-*⁠.⁠✧08 - Pergi✧.*-

23.4K 1.9K 13
                                    

08 - Pergi

"Mom."

Langkah Violetta terhenti, ia memutar badannya menghadap sang putra pertamanya yang berdiri tegap di ambang pintu seraya menatap lurus ke arah dirinya.

"Ada apa, Fer?" Violetta memasang senyum, ia melanjutkan langkahnya untuk duduk di single sofa ruangan tersebut. Kakinya Violetta tumpukan. Dengan anggun perlahan Violetta menyesap wine yang ada di genggaman tangan kanannya.

"Anak tadi." Ferlando terkesiap sejenak. Setelahnya pria itu menghampiri Violetta dan duduk di sofa panjang dekat sang ibu. Violetta meletakkan gelas winenya, ia berdiri dan melangkah menuju balkon. Ferlando menyenderkan punggungnya pada sofa, ia menajamkan telinganya.

"Sylvester Dimitri, bungsu Dimitri yang telah di abaikan oleh Dimitri." Violetta menatap sendu pemandangan malam dari balkon, ia menumpukkan tangan di pembatas balkon.

"Tapi... Bagi mommy ada sesuatu yang lain tentangnya."

"Sesuatu yang... Lain?" Ferlando mengernyit, ia menegakkan punggungnya menghadap sang ibu yang masih setia memandang sendu pemandangan malam dari balkon.

"Zavier juga pasti merasakannya, itu juga yang membuat mommy sangat terkejut dengan perubahan drastisnya." Violetta kembali melangkah, tungkainya ia bawa guna menyusuri ruangan tersebut.

"Itu...." Ferlando hafal betul sosok yang ada di dalam pigura foto yang di pegang oleh Violetta.

"Putra mommy sudah bahagia, bahagia di atas langit dan berada di taman bunga yang cantik." Sudut netra Violetta mengeluarkan air mata, air mukanya teduh.

"Tapi mommy masih merasakannya, betapa kehilangannya mommy, putra bungsu mommy yang bahkan tidak pernah mommy besarkan."

"Andai... Andai saja waktu bisa terulang kembali dengan begitu mommy bisa bertemu dan melihatnya menjadi putra yang bisa mommy banggakan."

"Mom...." Ferlando segera berdiri, lalu ia menghampiri ibunya dan memeluknya dari belakang.

"Tak apa, mommy tak apa Fer." Dengan lembut Violetta menghapus air matanya, menghalau perasaan yang dulu amat menyiksanya. Kehilangan.

"Aku juga menyayanginya mom, walau aku tak pernah mengenalnya tapi aku sangat menyayanginya sebagaimana perasaanku sebagai seorang kakak." Ferlando mengungkapkan perasaannya. Sebagai seorang kakak dirinya juga merasa kehilangan, kehilangan sosok sang adik.

"Ya Ferlando."

Ibu dan anak tersebut memiliki perasaan yang sama, rindu dengan sosok sang putra dan sang adik.

-*.✧Sylvester✧.*-

"Langsung tidur." Zavier tersenyum, ia mengusak pucuk surai Sylvester. Mereka berdua sudah sampai di mansion milik Damien Dimitri, dan sekarang sedang berada di halaman utama mansion.

"Hm, tentu."

Sylvester agak kesal. Dirinya emang anak kecil apa? Dibilang seperti tadi?

"Yasudah, kakak pulang dulu." Zavier memasuki mobil, sebelumnya ia membuka sebentar jendela mobilnya.

"Hati-hati, jangan ngebut," ujar Sylvester mengingatkan.

"Hm." Sekali lagi Zavier tersenyum. Perhatian sekecil apapun dari Sylvester tetap bisa membuat dirinya menjadi manusia paling bahagia di dunia.

Pemuda itu mulai melajukan mobilnya. Ia sempatkan juga melambaikan tangan ke arah Sylvester dan di balas oleh anak itu.

Sylvester melangkah masu. Tungkai pendeknya ia bawa memasuki mansion melalui pintu utama. Dirinya sudah terlalu lelah hari ini, niatnya ingin langsung ke kamar dan menyelami alam mimpi. Tapi niat tersebut harus di batalkan karena panggilan dari ruang tengah yang di lewatinya.

"Ada grandpa?" tanya Sylvester pada Fransisco yang duduk sambil menghisap cerutu. Fransisco terlihat memakai OverCoat hitam. Ia duduk duduk angkuh sambil menumpukan kaki kirinya, di jari tangan kanannya terselip sebuah cerutu dengan asap yang hampir pudar.

"Ikut grandpa pergi." Kalimat tersebut di lontarkan oleh Fransisco setelah menghisap singkat cerutunya. Kedua netra merahnya menatap sang cucu, ia tersenyum tipis kepada Sylvester yang berdiri di hadapannya.

"G-grandpa emang mau kemana?" Sylvester gugup, ia merutuki suaranya yang seperti tikus tercekik tadi.

Mau bagaimana, soalnya Fransisco berpakaian berbeda dari biasanya. Jika biasanya Fransisco hanya memakai kemeja dan celana hitam sekarang pria tua itu memakai pakaian lengkap di tambahi dengan OverCoat juga sarung tangan hitam, apalagi penampilan wajah Fransisco yang menambah auranya.

'Serem.'

"Ke London." Fransisco berdiri setelah ia meletakkan cerutunya di tempatnya yang berada di atas meja dekat tempatnya duduk. Ia menarik pelan tangan kanan Sylvester.

"Oh...." Sylvester mengangguk-angguk. Tapi setelahnya kedua netranya melotot lucu ke arah Fransisco saat orang itu menarik tangan kanannya.

"Tunggu, London?!" serunya, ia menarik tangannya dari Fransisco yang tersenyum rumit.

"Iya, kita mau ke London." Fransisco sedikit terkekeh geli, ia lalu mengusak surai Sylvester yang masih melotot lucu padanya.

"Nggak mau! Aku mau tidur!" Sylvester menggeleng brutal. Dirinya mencak-mencak, padahal kan ia mau tidur masa harus di batalin sih.

"Nanti bisa tidur di pesawat." Fransisco yang masih tersenyum menggendong Sylvester ala karung beras.

"Nggak mau! Maunya di kasurku!" Sylvester memberontak, ia memukuli punggung Fransisco yang seenaknya saja menggendong dirinya ala karung berasa seperti ini.

"Nanti kasurnya di bawa," ucap enteng Fransisco. Pria tua itu menurunkan Sylvester untuk duduk di mobil. Fransisco juga duduk di samping Sylvester. Mereka duduk di kursi penumpang dengan orang kepercayaan Fransisco yang menjadi sopir, lalu ia mengambil susu kotak rasa vanilla yang entah darimana dan di berikan ke Sylvester yang masih merenggut kes.

"Nih, jadi good boy dan nurut kata grandpa ya," titahnya lembut sambil mengusak surai Sylvester yang menerima susu kotak tersebut.

'Ck,' decak Sylvester dalam diam. Dirinya benar-benar tidak bisa melawan, apalagi lawannya adalah sang tuan besar sekaligus kepala keluarga Dimitri. Fransisco.

✿✿✿Bersambung....

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang