-*⁠.⁠✧15 - Hangat✧.*-

16.2K 1.2K 3
                                    

15 - Hangat

'...!'

'S!'

'Syl!'

Dirinya bingung, suara apa itu? Setelah menengok ke kanan kiri, tidak ada apa-apa. Hanya ada kegelapan di sini.

Langkahnya ia bawa. Dirinya sangat takut jika tiba-tiba ada jurang di hadapannya. Semua gelap, sunyi dan sepi. Dahinya berkerut, tangannya sedikit gemetar entah karena apa. Tungkainya berhenti, ia hanya berdiam diri di tengah kegelapan itu.

'Syl!'

Lagi-lagi suara itu terdengar di telinganya. Tapi tidak ada siapa-siapa disini, dirinya yakin bahwa dirinya hanya sendiri di sini. Selalu.

'Syl!'

Kepalanya terasa sakit, tenggorokannya terasa tercekat, lidahnya terasa kelu. Sekali lagi dirinya menengok ke kanan kiri. Tidak ada apa-apa di sini.

'Syl!'

'Sylves!'

'Sylvester!'

Kelopak kedua netranya langsung terbuka, telinganya terdengar berdengung. Pandangannya buram. Sial, rasanya tidak nyaman.

Nafasnya terengah-engah. Setelah beberapa saat pandangannya pulih. Hal yang pertama kali Sylvester lihat adalah Lauriel yang menatap cemas ke arahnya, serta Miguel yang terlihat khawatir dengan wajahnya, tidak ada lagi wajah datar.

Indra pendengarannya yang semula berdengung sudah tidak lagi berdengung. Sekarang dirinya bisa melihat dan mendengar dengan jelas, nafasnya juga mulai teratur.

"Syl...." Lauriel langsung mendekap erat tubuh Sylvester yang masih terbaring di kasur, tangisan lirih terdengar darinya. Miguel ada di sebelah kanan Lauriel, tangan Sylvester ia genggam erat.

Sylvester hanya tertidur tiga puluh menit saat dirinya melirik jam didekatnya, tapi rasanya dirinya tertidur sangatlah lama lebih dari tiga puluh menit.

Dan rasanya, dirinya tidak bernafas selama sesaat.

"You okay...?"

Sylvester mengangguk pelan dalam dekapan Lauriel saat di tanyai. Lauriel semakin mendekap Sylvester, ia mengusap lembut surai Sylvester. Miguel mengusap tangannya, raut cemas dan khawatir masih terlukis begitu kental di air mukanya.

'Hangat....'

-*.✧Sylvester✧.*-

Setelah memastikan bahwa Sylvester telah tertidur lelap di dalam selimut milik dirinya, Eleander bangkit, ia keluar dari kamar dan menutup perlahan pintu kamarnya. Tapi sebelum itu dirinya mengatur suhu ruangan terlebih dahulu.

Eleander melangkah menuju ruang tengah lantai dasar yang dimana seluruh anggota keluarga kecuali Sylvester sedang berkumpul. Fransisco, Margareta, Theodore, Miguel, Damien dan Danielo.

Lalu mereka berkumpul di ruang tengah, mereka sedang membahas tentang bisnis ataupun masalah perusahaan. Eleander duduk di sebelah Marcellus.

"Ander, dimana Sylvester?" Fransisco bertanya setelah menyeruput secangkir kopi hangatnya. Eleander segera menjawab ;

"Sylvester sedang tertidur di kamarku grandpa."

Fransisco mengangguk mengerti, ia lalu menyeruput kembali kopinya. Lauriel berdiri, ia tatap Fransisco.

"Pa, aku izin untuk pergi ke Sylvester terlebih dahulu," pamitnya. Fransisco mengiyakan dan Lauriel langsung melangkah dari sana. Miguel yang melihat kepergian sang ibu pun mengikutinya dengan meminta izin untuk pergi terlebih dahulu, dirinya ingin melihat adik sepupunya.

'Cklek

Pintu terbuka, Lauriel dan Miguel masuk ke dalam kamar. Gundukan selimut terlihat di atas kasur, hanya ada kepala yang menyembul di sana. Lauriel dan Miguel bersitatap sebentar, mereka lalu mendekati gundukan tersebut.

"Syl...?" panggil pelan Lauriel. Tidak ada sahutan, dirinya menatap dulu manik sang putra keduanya. Miguel menggeleng. Lauriel lalu memanggil lagi nama Sylvester.

"Syl."

"Sylvester, bangun," panggil lembut Miguel. Hanya ada kerutan di dahi Sylvester. Lauriel mengusap surai Sylvester, ada setetes keringat mengalir di pelipisnya.

"Sylvester."

"Syl."

Lauriel merasa cemas, ia terus memanggil manggil Sylvester. Miguel pun sama, raut khawatir terpancar di air muka keduanya.

"Syl!"

"Sylvester!"

---✿✿✿---

"Mommy sangat cemas saat cute boy tidak menyahut panggilan mommy" Lauriel yang duduk di pinggir kasur mengusap lembut surai Sylvester yang berada di dekapannya. Sylvester hanya mengangguk-angguk, ternyata suara Lauriel yang telah membangunkannya.

"Jangan seperti itu lagi ya...." Lauriel mengecup kening Sylvester, ia menangkup wajahnya, lalu ia dekap lagi Sylvester.

Syl—Ernest yang di perlakukan seperti itu bimbang, dirinya bingung harus bagaimana karena dirinya tidak pernah diperlakukan seperti ini. Antara senang dan sedih bercampur di dalam perasaannya. Rasanya memang hangat, tapi Ernest, tidak menyukainya.

"Syl." Miguel menyerahkan secangkir teh hangat, ia sodorkan secara perlahan. Sylvester menerima cangkir itu, ia minum teh itu. Perlahan tubuhnya terasa tambah rileks. Ia serahkan lagi cangkir tersebut pada Miguel.

"Sudah lebih baik?" tanya Miguel. Sylvester mengangguk pelan, dirinya masih bungkam. Lauriel menghela nafas dalam hati. Dirinya cemas dan khawatir.

"Mom," panggil Miguel pada Lauriel yang masih mendekap Sylvester. Lauriel mengangguk, lalu Miguel beranjak pergi.

✿✿✿Bersambung....

Terimakasih atas waktumu hanya untuk membaca cerita ini (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang