02. Pembelaan

7 5 0
                                    

Setelah kami selesai memesan dan melahap semua hidangan yg kami pesan tadi dengan percakapan yg ringan, lalu setelah nya, bang Abi ingin mengajak gue jalan jalan tapi gue nolak. Karena aku tidak enak dengan abang abi, walau gue tau dia senang saat aku senang.
tapi, bang abi nggak nyerah, dan pada akhirnya bang abi mengajak ku membeli buku. Ya Buku.
Dia memohon mohon agar aku jangan menolaknya.

GRAMEDIA.
Jika urusan buku, aku nggak akan nolak.
Dan bang abi telah hafal dengan itu.
Setelah dibelikan buku, gue dan bang abi pulang kerumah.
Saat kami tiba di rumah.
didepan pintu,aku bisa melihat sepasang mata menatap tajam kepada kami.
'ROSA CARLISE'
"Dari mana aja kalian?"
"Dari mana kau LARA, HAHH?"
tanya nya dengan nada tak santai.
"d-dar-ri gram-med-dia Ma" Sahut ku, dengan terbata bata dan kepala yang menunduk.

Mama menengok kedua tangan gue yang penuh dengan tumpukan buku yang masih bersegel dan ber plastik layaknya buku yang baru dibeli.
"Beli buku lagi? buku yg nggak jelas itu kau beli lagi? Hah??!
Nggak ada manfaatnya kau minta beliin itu, ngabis ngabis in, nge buang buang uang abi aja, GAK TAHU KAU LARAAA?" katanya. yang sangat amat amat menusuk.

"Mah, beliin buku itu kemauan abi sendiri, dan beli buku itu, jelas bermanfaat ma. Tolong ma, jangan bilang ini membuat uang aku ke buang buang.
lagian baru 3 kali abi beliin buku buat Lara. Jangan di galakin mulu Lara nya. Kalo mau marah, marahin abi aja, jangan Lara"
Seketika kepala gue yang menunduk tadi, terangkat dan menatap kearah samping.
Aku bisa melihat bang Abi tersenyum tipis tetapi terkesan tulus. Gue nggak tau harus ngapain. Sampai akhirnya bang abi berkata
"Mah. Tolong, jangan siksa Lara Terus. Jangan Kasih hukuman yang berat terus karena hal kecil yang Lara perbuat.
Abi nggak mau denger mama ngomong kasar lagi sama Lara, marahin Abi aja Ma." Tutur nya panjang, Yang berhasil membuat gue terharu dalam diam.

"Kenapa sih kamu Abi!!. selalu aja belain anak yang penyakit dan nggak jelas asal usul nya ini."
JAwabnya, yang lagi lagi menusuk dan meremuk hati dan batin gue.

"Apa mama bilang? anak yang gak jelas asal usulnya? kenapa mama tega banget ngatain Lara begitu mah?" Jawab bang Abi.

"Emang kenyataan nya gitu, yakan Lara" yap. tak perlu dipertanyakan keadaan gue sekarang. tetes air mata gue mulai meluncur deras dengan kepala yang menunduk berusaha menghindari tatapan tajamnya.
"Mah, cukup mah, cukup.
aku nggak tau kenapa mulut mama bisa se enak nya mengatakan itu, tapi yang pasti kalau emang lara asal usul nya memang takjelas dan penyakitan, kenapa mama malah mengangkatnya jadi anak dulu?
Seharusnya mama nggak angkat Lara kalo Ngangkat Lara cuman buat Lara tersiksa karena perkataan mama yang begini" Tanya nya panjang, dengan tangan yang mengepal, bagaikan menahan emosi yang semakin membara.
Gue ciut. Gue ga tau harus ngapain, yang gue lakuin adalah nunduk dengan telinga yang hampir pecah karena ucapan mama angkat

"Jujur ya abi, mama kasian aja pas saat dia bayi dia sudah terkena penyakit yang lumayan serius, dan saat ibu panti bilang, bahwa mama kandungnya dengan sengaja membuang nya kesini karena ber alasan tidak mampu, ternyata berdusta.
mama dia orang kaya, Lara anak pertama dan Lina anak kedua, hanya beda 7 menit kelahiran Mereka yang terlahir kembar. tetapi dia kecewa dan malu salah satu bayi nya berpenyakit yg sulit di sembuhkan.
Yang akhirnya membuat dia jadi tinggal di panti. Yaudah karena empati mama angkat dia" jelas nya panjang lebar. Air mata gue terus meluncur hebat, nggak tau bagaimana memberhentikannya.
"Dulu mama empati? Kasian sama penyakitnya? Sekarang abi tanya, mama nggak kasian liat Lara yang punya penyakit baru?"
"Penyakit baru? PENYAKIT APA YANG DATAANGG LARAA, MAMA UDAH CAPEKKK YA, mama dah rela rela in bolak balik rumah sakit agar penyakit sejak kecil mu itu hilang, sekarang? Punya penyakit lagi? Belum puas uang mama terkuras karna penyakit mu itu, hahh?"
Gue nggak tau apa yang di maksud bang abi itu, tapo gue ngerasa nggak ada penyakit yg serius di diri gue.
Gue tatap bang abi, yang telah menatap gue dari lama.
"Mama mau tau penyakit apa?"
"Apa? Apa lagi? Mama nggak ikhlas kalau penyakitnya menguras uang mama lagi."
"Nggak, penyakit Lara ini nggak perlu uang mah."
"Pakai apa kalau nggak pakai uang. Bilang sama mama penyakit apa lagi yang menimpa anak pembawa sial ini."
"Penyakit trauma psikis"

Kepala gue tidak menunduk lagi, mata gue melotot karna kaget.
Apa maksud bang abi bilang seperti itu?' Gue bertanya itu pada diri gue sendiri
"Cuih, kau?-" Dengan tiba tiba jari telunjuknya mendorong dahi gue kasar, gue nggak tau harus berbuat apa "punya penyakit trauma psikis?" Lanjutnya.
"Kau itu sangat pantas mendapatkan penyakit itu, kau iyu pembawa si-"
"CUKUUUP MAHH KU MINTAA CUKUPPPP.."
"LIHAT ABI SEKARANG LARA! LIHATT," gue nggak tau maksudnya, karena otak gue campur aduk.
"Kau-" "Kau pasti sudah ngibulin abi ya? Pasti udah ngehasut abi Sampe dia bela KAU terus Lara! Sampai dia rela jadi anak durhaka karena berani sama ibu kandungnya sendiri, ini pasti karna ka-"
"MAHHHH, CUUUKKUUUUPPPP" teriak bang abi "aku nggak suka mama kayak gini"
"Mama juga nggak suka kamu bela anak pembawa s-"
DARRRR
Bunyi pintu yang di tutup keras dan kasar oleh Lara.
"Aku nggak habis pikir sama mama. Tega banget, aku kecewa sama Mama"

Lara Kind Girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang