03. Ketenangan

7 6 0
                                    

Kamar yang sunyi, gelap, dan mengerikan tidak membuat Lara ketakutan, justru ucapan Mama Angkat nya lah yang membuat dia ketakutan sekarang.

Apakah ucapan mama tadi benar?'
Apakah ucapan mama tadi kebohongan?'
Apakah ucapan mama tadi kenyataan?'
Apakah ucapan mama hanya kepalsuan?'
Tanya nya kepada diri sendiri.

Air mata itu terus meluncur di pelupuk pipinya, air itu seakan-akan tidak ingin berhenti meluncur dan pikiran Lara sekarang campur aduk.
Bagaimana jika ucapan mama tadi benar adanya?'
Anak buangan?'
Anak pungut?'
Anak terlantar?'
Anak pembawa s¡al'?
Atau? Anak yang malang?
Tanpa Lara sadari isakan tangis nya terdengar sesekali sampai di sebrang kamarnya.

Abi juga tidak tenang karena kamar sebrang nya terus bersedih sedih, dia tak tega.
Sampai pada jam 01.45 , Lara masih belum tidur juga, begitu pula dengan seseorang yang berada di sebrang kamarnya.
1 jam ber lalu.
Tiba tiba hanphone Lara berbunyi, sebuah notifikasi muncul di layar hp nya.
*Abang abie send a message*

Abang abie?' Batin Lara berkata.
Dengan mata yang basah, dan tangan yang ragu ragu membuka pesan itu.
Di bukanya pesan itu dan muncul lah kata kata penyemangat untuk Lara
'Lara, berhenti dulu nangis nya ya, besok kan sekolah.
'Nanti matanya kayak panda loh, nanti cantiknya ilang, gimana coba?
'Ngga usah dipikirin lagi ya omongan mama, masih ada bang abie yang menjaga dan sayang sama Lara, okey?
'Atau kalau ngga bisa tidur, mau abang temenin malam ini? Sampai Lara bener bener tenang dan tertidur baru Abang balik ke kamar abang lagi, ya?
'Abg mohon, jangan nolak ya Lara?
'Abg ngga tenang kalo Lara ngga tenang
Entah kenapa hati Lara merasa hangat setelah membaca beberapa chat itu.
Lalu dengan lincah tangan Lara mengetikkan balasannya kepada abi
'Makasih yah bang, tapi Lara ngga papa sendirian aja,
'Lara uda mulai tenang kok ngga usah khawatirin Lara lagi. balas lara
'Ngga Lara, kamu belum belum tenang sepenuhnya, jangan nolak ya Lara? Abang mohon...
'Yaudah bang, masuk aja, Pintunya ngga Lara kunci kok, ketiknya lagi.

Selang beberapa menit, *ceklekk bunyi ganggang pintu yang hendak terbuka, lalu kepala bang abie mendongak sebelum melangkah kan kaki nya ke kamar Adiknya itu, lalu berkata "Boleh abang masuk?"
"Iya bang masuk aja"
"Gelap banget ya, abang nyalain lampunya ya, kalo ngga dinyalain ntar susah donk abang bedain yang mana guling yang mana adek abang tersayang?" jelasnya.
membuat gue ketawa ringan sambil berkata"iya bang, nyalain aja"
"Oke deh" saat lampu dinyalakan terlihat warna isi kamar nya sebagian besar warna ungu dan hanya sedikit warna lain di kamar ini. Melihat itu abi tidak heran, sebab dia tahu bahwa adiknya ini sangat suka dengan warna ungu dan putih.

Bisa terlihat pula posisi Lara yang terlentang dengan kaki yang sejejer dan tangan yang memegang kipas.
"Sini bang" kakinya melangkah semakin dekat dan dia duduk di sebelah adiknya yang sedang rebahan
"Dek," panggilnya
"Iya bang, kenapa"
"Sini," selang beberapa detik bantal yang tadi abi sandari dia ambil lalu di taruh di pangkuannya sambil menepuk nepuk bantal nya mengisyaratkan Lara untuk rebahan di bantal pangkuannya itu. "Rebahan nya disini Lara" ujarnya
"O-ohh, iy-iya iya" terbata bata karena dia sedikit canggung, dulu memang sering abi memangkunya saat mau tidur sewaktu kecil, tapi sekarang, dia rasa sudah besar, jadi dia bingung harus bagaimana yang akhirnya dia hanya menurut,
Kepalanya telah jatuh kebantal pangkuan abi itu dan sepasang mata kakak ber adik bertemu, walau bukan kakak adik kandung, tapi abie telah menganggapnya adik kandung, begitu pula Lara.

"Dek" panggilnya, sambil memainkan dan mengelus rambut nya Lara.
"Iya?"
"Jangan di masukin kehati lagi ya omongan mama"
"Iya bang, hehe" jawabku "Lara boleh tanya nggak, bang?"
"Boleh, donk"
"Aku di angkat jadi anak mama pas bayi umur 7 bulan kan"
"Hmm"
"Terus, mama berusaha nyembuhin penyakit Lara kan"
"Iya,"
"Terus kata mama, gara gara Lara, mama jadi ngasih perhatian lebih ke aku, dari pada abang"
"Hmm.." abi hanya menghayati dan mendengari Lara berbicara
"Terus, kata mama..." kata nya terputus beberapa detik "abang kesel dan benci sama Lara, karena Lara udah ngambil kasih sayang mama waktu itu"
Mendengar itu abie langsung mengingat kejadian 15 th yang lalu.
Sekarang umur Lara 17, dan Abie 24.
Saat itu umurnya 9 tahun dan Lara yang berumur 2 tahun, dulu abie merasa kasih sayang yang ibunya berikan telah sirna karena anak yang tiba tiba muncul dalam hidupnya.

"Itu dulu Lara, iya emang benar abang kesel sama mama dan benci sama Lara, karena kan dulu kita sama sama kecil, Lara.
Abang belum paham, dan abang masih kekanak kanakan, kalo pertanyaan yang mau Lara tanya kan itu, abang masih benci sama Lara apa ngga, Ya tentunya udah nggak, malah abang sayang sama Lara dari pada diri sendiri." jelasnya.
"Kenapa gitu?"
"Karena se iring berjalannya waktu, abang suka berada di deket Lara, saat umur Lara 5 tahun abang baru sadar bahwa Lara ternyata baik, nggak pelit, nggak nakal, nggak pernah ngejailin abang, atau ngambil mainan maupun barang abang, Lara selalu izin sebelum mau meminjam nya" ujarnya "karena, saat abang kecil itu abang sering ke rumah temen abang dan rata rata punya adik juga, seumuran sama kamu, tapi dia berbanding terbalik sama kamu, dia pelit sama abangnya, dia suka mukul, dia suka ngambil mainan sembarangan, suka ngejailin. Bahkan sampai sekarang Lara masih Lara yang abang kenal"
"Makasih yah bang, udah sayang dan peduli sama Lara"
"Tentu Lara, sekarang ada abang disisi Lara, Abang bakalan jagain Lara, tapi abang nggak bisa janji untuk setiap waktu bisa jagain Lara" jawabnya
"Iya bang, Lara ngerti kok, lagian Lara bisa jaga diri Lara sendiri kok" ujarku sambil tersenyum tulus
"Nah ini baru Lara yang abang sangat kenal, punya semangat dan tersenyum riang" katanya "udah tidur aja, besok sekolah" tangannya mengelus pipi ku dengan lembut dan berkata "abang balik ke kamar dulu ya, jangan begadang lagi, tidur okey?"
"Siapp abanggkuuhh" dengan tangan hormat kepada abi
Bang abi tersenyum dan kakinya mulai melangkah meninggalkan kamar itu dan tangannya mengapai ketikan lampu, lalu tek bunyi lampu yang di matikan.
Lalu kaki abi sudah melangkah keluar dan pintu telah tertutup rapat, baru lah Lara mencoba memejamkan matanya dan tertidur dengan hati yang hangat dan terlelap dengan tenang.

                             ¤•¤

Lara Kind Girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang