Bab 04 : starboy
Jam menunjukan jam 05.40 dan Lara baru saja selesai mandi, rambut dan badan nya yang masih basah di tutupi dengan handuk dan tangan Lara dengan terampil membuka lemari dan mencari pakaian sekolahnya. Selang 20 menit, akhirnya dia sudah siap dengan pakaian nya dan barang bawaannya,
lalu Lara akan kebawah untuk sarapan.
Dia menemukan Johan( Papa angkatnya ), dan abang nya sudah tiba lebih dulu di meja makan, dan mamanya di dapur sedang membuat dua teh panas dan satu susu panas"Dek" panggilnya. Bukan bang abi yang memanggil Lara. tapi,
"I-iya, ma" jawabku terbata bata karena teringat kejadian malem tadi
"Sini bantuin ibu bikinin dan anterin minuman abang sama papa" katanya dengan sedikit teriak karena dari dapur ke meja makan lumayan jauh jaraknya, tapi masih bisa terdengar jelas.
Buru buru gue lepas tas ransel yang ada di tangan gue tadi, lalu menyusul mama dengan menundukan kepala.
"Heh, ngapain diam aja, cepetan bawain ini"
"I-iya ma-"
"Satu lagi" ujarnya, kalimatnya terputus beberapa detik "sampai kau ngadu sama papa kau, habis kau La Ra" kalimat terakhir sengaja ditekan, dan matanya melotot tajam ke arah gue yang membuat jantung gue berdebar kencang ketakutan.
Bukan kali pertama dia tertekan dan ketakutan begini, sudah beberapa kali. Dan dia sudah mengikuti kemauan mama angkat nya itu untuk tutup mulut kejahatan mulut mau pun tangan mama angkat nya itu.Tangan gue yang gemetar sambil membawa dua teh dan satu susu tadi di perhatikan oleh papa, dan abi langsung mengerti apa yang terjadi di dapur, meski dia tidak melihatnya langsung.
Dari tatapan bang abi, Lara juga bisa membaca tatapan itu, bahwa abi seperti bertanya ingin bertanya apa yang terjadi padanya, lalu saat mama dan papa nya lengah, Lara balas tatapan abi tadi dengan gelengan, Lalu menunduk lagi.
Beberapa menit sudah berlalu, mereka semua sudah selesai menyantap sarapan pagi ini.
"Pa, ma, Abi pergi nganterin Lara dulu ya"
"Loh? Kenapa kamu nganterin dia? Biasanya juga dia naik bus sendiri" jawab mama kepada abi
"Itu biasanya Ma, hari ini biar Abi aja yang nganter, lagian Abi juga mau melamar kerja kesalahsatu perusahaan hari ini"
"Oh"jawab mama singkat.
"Abang dah dapat perusahaan yang cocok?"
"Udah Pa, abi dah rencanain 3 perusahaan ternama yang teman abi bilang gaji nya lumayan dan ngga jauh jauh banget, kalau ketiga nya ketolak abi cari perusahaan lain aja deh"
"Oh. Baguslah, Papa doain keterima"
"Makasih Pa, Abi dan Lara berangkat dulu ya pa,ma" gue hanya terdiam dan sedikit menunduk dari tadi."Etss, belum. Jangan buru buru donk bang" sahut Papa
"Apa lagi pa, liat deh jam, kasian Lara nanti terlambat loh" sahut Abi
Papa hanya tersenyum, lalu beralih menatap gue "Lara"
"H-ha? A-apa pah?" Jawab ku masih dengan terbata-bata
"Kenapa dari tadi nunduk dan diam aja, sini bentar Lara" jawab papa.
Gue nggak tau alasan papa nyuruh gue mendekat, tapi gue menurut saja, dan bisa di lihat mama melotot tajam kepada gue, yang di sadari bang abi juga.
Saat gue udah di samping meja makan Papa, tangan papa ter ulur dengan sesuatu.
"Ini" Papa memberikan gue sebuah wadah dari kertas yang biasanya digunakan untuk uang cash. Dan benar saja isinya adalah uang.Sebelum gue menyambut itu, gue natap mama yang masih dengan tatapan yang sama, tajam.
"U-untuk apa pa?"
"Kebetulan guru pelukis Lara yang bernama Bapak Ardi, adalah teman dekat Papa, Lara pandai melukis, cuman perlu latihan sedikit di rumah, tapi kata Lara, Lara ngga punya uang buat beli alat alat dan bahan buat melukis, jadi Lara cuman latihan setiap ada jam kosong, disekolahan doank, bapak Ardi ada usulan buat minta uang ke Papa, atau Mama. Tapi kata Lara, Lara ngga mau minta minta lagi, udah banyak permintaan Lara, jadi Lara nggak mau meminta itu padahal itu hobi Lara dan impian Lara bukan?, dan akhirnya pa Ardi ngehubungin Papa, dan menjelaskan semuanya, katanya juga, Lara takut Mama, atau Papa nggak dukung Lara melukis, tapi Lara, Papa sangat mendukung Lara, uang itu Lara gunain buat beli alat lukis ya?, wujudin impian Lara ya?
Nanti abis pulang sekolah Abang Kamu ngejemput dan bantuin belinya, Abang ngga ada kesibukan kan bang? mau bantuin Lara nanti kan?"
"Iya Pa ngga ada kok, nanti abang Bantuin kok, tenang aja, Pah" "yaudah kami jalan dulu ya Pah" kata abi kepada papa nya.Dan hal aneh yg membuat Lara kembali Gelisah karena mama angkatnya itu meninggalkan meja makan itu duluan tanpa bilang.
Setibanya kami di depan gerbang sekolah, tangan gue terulur ke arah abang abi, "nih" gue beri helm yang gue pake tadi kepada bang abi, yang di sambutnya dengan tersenyum
"Kenapa senyum-senyum gitu bang?" Tanya gue.
"Ternyata seorang Lara yang dulu remehkan menggambar dan melukis itu membosankan ternyata jadi hobi juga kan sekarang? Ahahaha"
"Hehe, gatau nih haha" gue balas tawanya.
"Nggapapa, abang abie tetap dukung, support, dan semangatin Lara kok." Sahutnya "udah gih masuk, udah hampir telat kamu"
"Yaudah, Lara masuk ya, hati-hati bang di jalan"Kaki gue dengan lincah Lari sampai kekelas dan sampai di depan pintu gue hampir ngos ngosan karena lari, takut terlambat, untungnya tidak.
Seperti biasa, Ruangan kelas XI c sekolahku terletak di lantai dua. Kelas ini bersebelahan dengan Laboraturium Bahasa. Ketika masuk kelas itu terlihat kursi- kursi dan meja-meja yang terususun rapi. Kelas yang berisi empat puluh murid itu rasanya sangat berisik, dan terdapat beberapa lampu neon di atasnya. Ada jendela-jendela kecil yang diletakkan di samping kanan dan kiri ruangan yang juga membuat ruangan itu terlihat cukup penerangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Kind Girl.
RomanceLara yang hampir setiap malam nya bercerita kepada bulan tentang keluh kesal nya. dirinya yang sangat amat tertutup. namun jika kamu bilang dia adalah orang yang pendiam, nggak banyak omong, maka artinya kamu tidak dekat dengannya. banyak luka dan r...