Inizio

9 2 0
                                    

Tim Grey :ArlenLangit, Mei Anggelianti

...

Keramaian kedai Kovi seketika lenyap, yang terdengar adalah ungkapan benak Michal yang bermonolog sembari tangannya sibuk menekan layar monitor untuk melayani pesanan gadis yang berhasil merebut dunianya secara sepihak. Michal menyebutkan isi pesanan yang telah di-input untuk memastikan bahwa pekerjaannya telah sesuai keinginan pelanggan itu.

Selamat pagi, Nurin. Apa kabarmu hari ini? Apakah perasaanmu sudah membaik setelah berkomunikasi kembali dengan kekasihmu?

"Ini kembaliannya dan silakan ditunggu pesanan Anda," ujar Michal bicara secara formal memberikan kembalian dan struk pemesanan pada gadis berkerudung merah muda di depannya.

"Terima kasih, Michal!" ujar Nurin pelan dengan seulas senyum.

Melihat senyummu pagi ini, jawabannya adalah hubungan kalian baik-baik saja. Michal memberi salam secara formal dan melayani pembeli berikutnya pun dengan formal seperti biasa, sebab pemilik kedai masih duduk di salah satu meja untuk mengecek apakah para pegawainya mematuhi SOP. Michal mencuri pandang, tentu saja pada wanita cantik yang berbeda kepercayaan sekaligus adalah teman baiknya. Jika kata orang di dunia ini tak ada persahabatan antara pria dan wanita tanpa melibatkan perasaan itu tak benar. Buktinya, Michal dan Nurin tetap bersahabat meski berbeda keyakinan, pula membuktikan pada dunia bila persahabatan mereka masih terjalin bahkan Nurin telah memiliki pasangan.

Rekan kerja Michal memanggil nomor antrian yang dihafalkan Michal adalah milik Nurin. Wanita cantik memakai pakaian muslimah itu bangkit ke meja kasir untuk mengambil kopi pesanannya, ketika bertemu mata dengan Michal, Nurin mengatakan sesuatu tanpa suara.

"Aku pergi dulu," ujar Nurin tanpa suara dihiasi senyuman.

Michal mengangguk pelan seraya mempertahankan senyum dengan sewajar mungkin, meski sebenarnya ingin sekali tersenyum lebar pada sahabatnya. Namun, ia mengalihkan pandangan dan menemukan pelanggan muda yang sering memesan dengan cara agak lain dari pada lainnya.

"Selamat pagi, mau memesan menu apa?" tanya Michal sesopan mungkin.

"Selamat pagi, Kak Michal. Ganteng banget pagi ini, aku mau memesan kopi secakep Kak Michal ada?"

"Ada. Macchiato, mau memesan itu atau menu lain?" tawar Michal masih mempertahankan senyum di bibir tipisnya.

"Astaga meleleh rasanya dapat senyuman Kak Michal, itu saja sama cake pop flavor lima." Gadis berponi membingkai wajah imutnya itu menyebutkan pesanan lain.

Michal mengulang pesanan atas nama Angela itu untuk memastikan tak salah input dan mengabaikan senyuman sekaligus tatapan terpesona padanya itu. Michal menyebutkan sejumlah harga dan gadis di depannya membayar menggunakan pecahan nominal tertinggi.

"Maaf, adakah uang pas, Nona?" tanya Michal seraya memajukan sedikit tubuhnya.

"Angela, panggil saja gitu. Enggak ada uang pas, ambil saja kembaliannya." Angela menyunggingkan senyum terbaiknya.

"Nona yakin?" tanya Michal memastikan.

"Ya."

"Terima kasih atas tipnya, Nona Angela. Pesanan Anda akan segera dibuatkan, silakan tunggu." Michal memberikan struk pembelian dan pemesanan pada Angela.

Angela mengambil kertas tipis dari tangan Michal berlama-lama, ya, tangan gadis itu sengaja ditangkupkan meski hanya untuk mengambil selembar kertas tipis itu.

"Halus sekali tangannya," celetuk Angela spontan.

Michal menarik tangannya secara sopan dan memberi salam pada pelanggan nyentriknya itu. Angela tak ingin pergi, masih ingin berdiri di depan meja kasir, tetapi karena antrian di belakangnya masih panjang, mau tak mau ia pergi menunggu di meja. Michal kembali melanjutkan pekerjaannya seperti biasa, bahkan hingga jam makan pada umumnya datang tetap melayani pembeli. Jam makan Michal tentu saja berbeda dari jam makan yang dihitung tengah hari, pun harus bergantian dengan rekan kerja lainnya. Kebetulan Michal mendapatkan giliran istirahat pertama, rekan kerja lain segera menggantikannya karena pesanan banyak berdatangan saat tengah hari. Michal melepas apron dan pergi ke bagian belakang bangunan, muncul lewat pintu belakang dan mulai berpikir akan makan siang di mana, dengan menu apa?

Kolaborasi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang