Surabaya, 2014
Bau harum terasa dari segala sudut ruangan. Aku yang sedang berjalan melintasi estalase tempat roti dipajang, menikmati serta berpikir untuk membeli kembali roti yang sebenarnya sudah habis kumakan. "Hmm, sebentar lagi waktunya meeting," gumamku sambil tetap melihat-lihat roti beraneka warna dan bau harum yang sangat menggoda. Namun, tetap kuputuskan untuk keluar dari toko roti tersebut dan berjalan menuju kantor kedutaan Perancis, yang menjadi tempatku bertemu dengan Lady Rosemburg.
5 menit kemudian, aku sudah bisa merasakan udara segar kota Surabaya di pagi hari. Ah ya, ini sudah ke tiga kalinya aku kembali ke kota tempat kelahiranku tahun ini, dikarenakan jadwal dinas yang selalu dipakai untuk ke luar negeri. Rencanaku hari ini untuk bertemu dengan Lady Rosemburg hanyalah untuk berbasa-basi mengenai kerja sama antara Indonesia dengan Perancis. Sebenarnya, ini bukan tugasku, melainkan tugas diplomat senior. Namun, beliau tidak bisa datang hari ini, sehingga aku yang ditunjuk untuk menggantikan beliau.
Tempat ia biasa menjamu para tamu terletak di ruang tamu bangunan ini. Namun, tidak seperti biasanya, asisten Lady Rosemburg mengarahkan jalanku ke taman di halaman belakang. Lady Rosemburg sudah menunggu di meja jamu tehnya, sambil tersenyum ia berkata, "Silahkan duduk, Miss Tania." Lady Rosemburg sudah lama tinggal di Indonesia, sehingga ia fasih berbahasa Indonesia. "Terima kasih." ucapku seraya menarik kursi dari tempatnya.
Kami diam selama beberapa menit sampai akhirnya Lady Rosemburg berkata, "Hey Tania, mengapa kau diam saja? Bukannya kau ada perlu untuk menemuiku?" Aku terdiam sejenak lalu menjawab," Begini, Mister Hassler tak bisa menemui Anda hari ini, sehingga aku ditunjuk untuk menggantikannya, sudah tahukah anda bahwa beliau ingin membicarakan kerja sama antar Perancis-Indonesia?" Lady Rosemburg hanya tersenyum lalu berkata, "Seruputlah tehmu terlebih dahulu. Aku tahu kau sangat menyukai teh." Aku bertanya dalam hati, bagaimana ia bisa tahu? Ah, mungkin ia membaca arsipku terlebih dahulu sebelum mengijinkanku memasuki bangunan ini. Tak lama kemudian, sang pelayan datang menghampiri Lady Rosemburg dan bertanya, "Ada sesuatu yang anda butuhkan, Nona?" "Oh, tidak perlu, kami mempunyai waktu yang menyenangkan saat ini." Pelayan itu pun memberi hormat lalu pergi.
"Bagaimana rasa tehnya?" tanya Lady Rosemburg. "Cukup gula, namun kurang terasa keasliannya." jawabku jujur. "Tania, Tania, itulah mengapa Mister Hassler menyuruhmu untuk mewakilkannya, kau sangat cermat!" ujarnya sambil tertawa lepas. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengambil cookie yang terletak di sebelah cangkir tehku sendiri. "Oke, Tania, besok kirim saja proposal yang sudah kau buat ke email yang akan asistenku berikan." ucapnya sambil membenarkan topinya yang hampir terjatuh. "Okay, akan kukirim secepat yang aku bisa. Kalau begitu, saya mohon undur diri dulu." kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya.
YES! kataku dalam hati. Ternyata Lady Rosemburg tak seburuk yang aku bayangkan. Namun, aku masih harus membuat proposal dan kelangsungan negara Indonesia terletak pada proposalku. "Bakal jadi hari yang panjang nih." desahku pelan.
Tiba-tiba teleponku berdering.
"Missed call from Eddie 19:03"
Eddie? Ada apa dia meneleponku? Untuk apa dia mencariku? Mungkinkah, dia berada di Indonesia?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh dan Kopi
Storie d'amoreTania, bak secangkir teh yang tengah diombang-ambing oleh sang penyeduh, merasakan kehangatan si penyeduh itu sendiri, namun tak bisa mengungkapkannya. Jeremy, pecinta kopi, namun perangai yang ditunjukannya berlawanan dengan kopi itu sendiri. Jerem...