Dua puluh enam

10K 596 38
                                    

Tama, Sabil dan juga Lian sedang berada di depan ruang UGD dimana tempat Nadia dan Luna di periksa, Luna memang berhasil di selamatkan oleh Sabil namun Sabil tetap meminta agar Luna di periksa keseluruhan takut ada luka yang tak terlihat selama bersama Reyna. Tama sedang duduk dengan tangan nya yang saling bertaut dengan kedua sikunya bertumpu pada lututnya,Sedangkan Sabil masih saja menangis di dalam pelukan Lian. Lian pun masih sangat shok dengan apa yang baru saja terjadi namun Lian tetap berusaha menenangkan Sabil.

" Sudah sayang, Nadia dan Luna pasti akan baik baik saja " Ucap Lian seraya mengusap lembut lengan Sabil, Sabil tak menjawab hanya terdengar isak tangisnya saja.

Lian menoleh ke arah Tama, Lian sangat tau perasaan Tama yang mengawatirkan ketiga orang yang di cintainya yang sedang di periksa oleh dokter. Walau Nadia pernah berucap pada Tama bahwa Nadia sudah mengugurkan bayinya namun Tama bisa melihat keadaan perut Nadia yang membesar, Yang berarti Nadia masih mempertahankan anaknya. Iya anaknya yang entah bisa bertahan atau tidak dengan kejadian ini. Namun Tama lebih menghawatirkan keadaan wanita yang sangat ia cintai sedang meregang nyawa si dalam sana, Tama hanya bisa berdoa agar tuhan menyelamatkan Nadia dan anak yang dikandungnya.

" Tam, Reyna gimana?" Tanya Lian memecah keheningan dan Tama hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

" Sayang abang ke kantin dulu boleh? Abang mau beli minum buat kamu sama Tama " Sabil melirik tajam ke arah Tama lalu menggeleng, pertanda bahwa Sabil tidak mau ditinggal berdua dengan Tama.

" Gak mau bang, Bang Lian disini aja. Sabil mau tungguin Nadia sama Luna"

" Sebentar sayang, nanti abang langsung kesini lagi. Kalau dokter udah keluar telfon abang ya "

" Sabil ikut "

" Tunggu disini aja, nurut sama abang ya " Ucap Lian masih dengan lembut, akhirnya Sabil pun hanya bisa mengangguk pasrah.

Lian pun meninggalkan kakak beradik yang sedang perang dingin tersebut. Sudah 10 menit belum ada obrolan apapun dari keduanya, Sabil hanya menyadarkan kepalanya pada badan kursi sambil melipat tangannya di depan dadanya dengan tatapan kosongnya. Tama yang sedang menyembunyikan wajah cemasnya di balik tangannya langsung menegakan tubuhnya dan menatap dalam ke arah Sabil.

Tama rindu adik kecilnya, Tama sadar bahwa ia sangat egois dengan adiknya demi mengejar cintanya Tama rela membuat adiknya bersedih. Semua kesalahan ini di awali oleh Tama sendiri maka harusnya Tama lah yang menanggung akibatnya.

Beberapa waktu lalu saat Tama mengetahui bahwa Reyna mengandung anaknya Tama benar benar shok. Tama bimbang, ia ingin mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan namun disisi lain Tama menyukai Nadia dan sedang berusaha mendekatinya.

Kebodohannya yang kedua adalah Tama kembali menghamili wanita yang ia cintai itu. Semua yang Tama lakukan memang bukan kesengajaan, Tama terlena dengan nikmatnya bercinta hingga Tama mengabaikan efek dari apa yang ia lakukan. Lagi lagi Tama kembali diliputi rasa bimbang karena dihadapkan pilihan yang sama, Tama tak menyangka jika Lian ternyata tidak tinggal diam dan mencari tau kebenaran dari anak Reyna.

Tama terpaksa melakukan ide konyol Reyna tersebut yang menjebak Lian agar Lianlah yang bertanggung jawab dan menikahi Reyna. Awal Reyna memberi ide tersebut Tama jelas menolak ide konyol itu, Tama tak mungkin mengorbankan saudara baiknya namun rasa takut kehilangan Nadia lebih besar hingga akhirnya Tama pun menerima ide konyol Reyna. Reyna terus meracuni pikiran Tama dengan kata simbiosis mutualisme yang berarti sama sama menguntungkan. Tama dengan Nadia dan Reyna bisa menikah dengan Lian.

" Dek " Panggil Tama, namun Sabil enggan menoleh

" Dek " Ulang Tama, Sabil berdecak sambil menoleh kearah Tama. Namun belum sampai Sabil berbicara dokter yang memeriksa Nadia pun keluar, Sabil dan Tama reflek berdiri dan menghampiri dokter.

good girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang