Dua puluh tujuh.

6.4K 378 9
                                    

" Mami papi " Ucap Sabil tanpa suara.

Erna dan Denis langsung masuk dan mendekat kearah Sabil, dengan cepat Erna memeluk tubuh anak bungsunya yang sudah satu minggu lebih tak ia temui. Erna menangis tersedu-sedu sambil memeluk Sabil.

" Maafin mami sayang, maaf " Ucap Erna yang terbata karena menangis.

Sedangkan Denis yang juga ikut menangis hanya berani menatap Erna dan Sabil yang sedang berpelukan, Denis merasa sangat malu mengingat ia sudah berlebihan menghukum Sabil hanya karena tak bisa menerima fakta tentang anak lelakinya.

Sabil Sama sekali tidak menjawab perkataan Erna, Erna perlahan melepas pelukannya pada Sabil dan menoleh pada Nadia yang juga sedang menangis, Erna langsung memeluk tubuh Nadia erat. Tangis Nadia kembali pecah saat Erna memeluknya.

" Mi anak Nadia mana mi hiks hiks Nadia mau anak Nadia mi. Nadia gak papa jaga anak Nadia sendiri tapi suruh dokter balikin anak Nadia "

" Sabar Sayang, Nadia tenang ya nanti cape kalau nangis terus. " Ucap Erna Sambil terus mengusap punggung Nadia .

" Sabil panggil dokter aja, Nadia gak akan tenang " Kata Erna.

Sabil mengangguk lalu berlari kemar untuk mencari dokter. Tidak lama Sabil kembali ke ruangan Nadia bersama dokter, dokter pun langsung menyuntikan obat agar Nadia tenang.

" Ibu Nadia ini masih shok , Ini saya obat tidur semoga setelah bangun nanti dalam keadaan normal dan bisa bicara dengan tenang " Ucap dokter.

" Baik dok, terimasih. " Ucap Metta

" Saya permisi " Ucap dokter lalu pergi meninggalkan ruangan.

Terjadi keheningan didalam ruangan Nadia, tidak ada yang membuka suaranya. Semua pada sibuk dengan pikiran masing, Sabil masih berpikir dari mana Ema dan Denis tau tentang kejadian ini.

Bugh!!

Pukulan keras mengenai pas diwajah Tama dari Denis membuat Sabil dan Erna tersentak kaget. Tubuh Tama yang belum siap menerima pukulan Sampai terjatuh.

" Brengsek! kamu laki laki satu satu nya dikeluarga kita Tama! Papa sekolahin yang tinggi bukan untuk menjadi laki-laki pengecut seperti ini sialan! " Ucap Denis sambil terus memukuli Tama, Tama pun pasrah dan tidak melawan sama sekali.

Bush! Bughh!! Bugh!

" Papi stop, udah pi anak kita bisa mati nanti " Ucap Erna yang langsung memeluk Tama yang terlihat menahan karena pukulan demi pukulan yang di berikan Denis.

" Biar mi, biar mati sekalian anak ini. Bikin malu tau gak! Kamu menghamili 2 perempuan Tama dan yang 1 seumuran adik kamu! Yatuhan, liat dia Tam liat! Masa depan dia hancur ditangan laki laki yang papi didik ! hiks hiks Malu papi malu " Ucap Denis yang kini menangis, ia benar benar tak percaya anak laki laki nya yang ia banggakan melakukan kesalahan sefatal ini.

" Kamu bepikir gak? Bagaimana kalau adik kamu di hamili orang lain Tam ? Akan sehacur apa adik kamu, akan sehancur apa papi sama mami hiks hiks papi sampai menghukum adik kamu Tam karena papi ga percaya anak laki laki papi, jagoan papi melakukan hal seperti ini. Semua ini salah papi, papi gagal mendidik kamu papi yang bodoh pagi gagal hiks hiks papi gagal " Sambung Denis lagi sambil memukul kepalanya sendiri diakhir kalimatnya, Sabil yang dari tadi hanya melihat kejadian sambil menangis langsung berlari mendekati Denis dan memeluknya.

" Papi stop, ini bukan salah papi hiks hiks jangan kaya gini pi. Papi gak salah " Ucap Sabil sambil memeluk Denis.

Orang tua mana pun akan hancur jika tau anak laki laki yang di bangga banggakan yang di didik dengan sepenuh hati yang di sekolahkan tinggi tinggi dengan harapan anaknya akan tumbuh menjadi laki laki yang menghormati perempuan, menyanyangi dan memperlakukan perempuan manapun dengan baik. Bahkan saat Sabil memberi tau Erna dan Denis saat itu, Erna dan dan Denis malah menyalahkan Sabil karena mereka tak percaya anak sulungnya akan membuat kesalahan seperti ini hingga Denis memilih menghukum Sabil dengan membiarkan Sabil meninggakan rumah dan mencabut semua fasilitas Sabil.

good girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang