07. Panik

1.4K 147 34
                                    

💚💚💚

Satu persatu anggota keluarga papi Damar mulai berangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu persatu anggota keluarga papi Damar mulai berangkat. Papi Damar yang memang harus bekerja, serta trio putih abu abu yang sudah harus berada di sekolah pukul setengah tujuh.

Hanya tersisa mami Luna yang sedang membereskan meja makan serta menunggu si bungsu. Juga Leo yang tengah menunggu kak Ray yang katanya masih memindahkan file nya dari laptop ke tab.

Hari ini, bungsu kedua itu berniat ingin berangkat bersama kak Ray, katanya. Karena kebetulan, hari ini bertepatan dengan milad sekolahnya. Jadi, Leo bisa berangkat lebih siang dari hari biasa.

Sembari menunggu kak Ray, Leo terlihat duduk santai di ruang tengah. Memainkan ponsel sekaligus mengabari teman-temannya yang semalam membuat rencana telat bersama.

"Adek belum turun, Bang?" suara mami Luna yang mendekat membuat Leo menoleh. Terlihat mami berjalan sembari membawa kotak bekal yang sepertinya untuk sang adik.

"Kayaknya belum, Mi."

"Kok lama banget, ya. Tumben," gumam mami Luna melihat jam dinding.

Leo mengedikkan bahu. "Belum siap, kali." ujarnya sedikit acuh dan kembali fokus ke layar ponsel.

Mami Luna hanya menghela napas. Bungsunya itu memang biasa membutuhkan waktu lumayan lama untuk bersiap siap. Karena rutinitas pagi, pasti ada saja barang hilang yang membuat Zergio membutuhkan banyak waktu guna mencari.

Namun hari ini, mami Luna merasa ada yang berbeda. Rumah ini terasa sedikit sepi, karena teriakan Zergio di pagi hari yang biasanya terjadi, kini tidak terdengar.

"Abang, Mami boleh minta tolong? Tolong liatin adek, sekalian suruh cepet turun ya, Nak. Ini udah mau jam tujuh, takut telat nanti." titah mami menatap sang anak.

"Habis ini juga turun sendiri, Mi. Udah, biarin aja."

"Cuma samperin aja, Bang."

"Kan tadi udah disamperin, sama kak Ray?" tolak Leo masih acuh.

"Itu kan tadi, Abang."

Leo sedikit mendengus. Agak merasa kesal karena menurutnya, sang mami terlalu berlebihan. Namun meski kesal dan malas, bocah berseragam putih biru itu tetap bangkit menuruti perintah sang mami.

Tak berselang lama setelah Leo beranjak, Kak Ray terlihat mendekat. Sepertinya urusan remaja itu telah selesai. "Le , ayo ber--loh, Leo kemana, Mi?"  Menyadari hanya ada sang mami disana. 

Rigel AjishakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang