💚💚💚
Keadaan Zergio masih tak berubah, sehabis dibawa dan diperiksa oleh dokter, anak kecil itu masih tampak asik memejamkan mata. Terpejam tenang seolah sengaja menghindari orang orang sekitarnya.Sebenarnya, kondisi Zergio sendiri sudah cukup stabil. Meski sempat masuk ruang UGD karena hilang kesadaran tiba tiba, juga membuat semua orang panik karena detak jantungnya yang melemah.
Namun om Danu, selaku dokter keluarga yang menangani Zergio, sudah memastikan, bahwa kondisi Zergio sudah berada di posisi aman.
"Dek, capek banget ya, Nak?" lirih mami Luna mengusap lembut dahi sang putra.
Entah sudah berapa kali mami Luna mencoba berkomunikasi dengan si bungsu, tapi tetap saja, tak ada respon apapun dari sang empu. Berakhir hanya helaan napas pasrah yang bisa mami Luna lakukan sebagai penguat diri.
"Belum bangun juga, Mi?" Suara yang datang dari belakang secara tiba tiba itu, sedikit membuat mami Luna terperanjat.
"Kak, kapan masuknya?" Kak Ray tersenyum mendengar pertanyaan sang mami.
"Barusan, Mi." Mengambil duduk di ujung brankar.
Sejenak, mami Luna tertawa pelan. "Mami gak kedengeran,"
"Gapapa, wajar. Mami lagi fokus liatin adek," Kak Ray turut tertawa. Memandangi wajah adiknya yang perlahan mulai kembali merona.
Tak seperti pagi tadi, pucat pasi.
"Gak kerasa ya, Mi. Pas diliat liat, adek udah besar ternyata." celetuk kak Ray mendapat anggukan.
"Habis ini udah masuk SMP, Kak."
"Padahal, perasaan baru kemaren lusa Mami nganter adek ke gerbang TK."
"Yang pulangnya, nangis nangis gara gara gak kebagian naik perosotan. Padahal baru hari pertama," timpal remaja itu tertawa, mengingat kelakuan sang adik yang menurutnya konyol.
Mami Luna jadi teringat juga. Wanita itu turut tertawa dan berkata. "Baru hari pertama, dan ngambek gak mau sekolah lagi sampai dua minggu."
"Sampai disogok mobil mobilan sama papi."
"Tapi baru dipake lima hari an, malah dirusak sama masnya." tambah mami sedikit melirik ke ujung sofa ruangan, dimana salah seorang putranya tengah tertidur pulas.
Sepertinya, lelah setelah berjam jam berlarian di jalan akibat terserang panik.
Mami Luna masih teringat, bagaimana keringat di dahi putra ketiga nya itu terlihat saling berlomba membasahi tubuh. Raut wajah khawatir tak bisa disembunyikan, bertanya panik tentang keadaan si bungsu, sampai membuat yang lain kewalahan untuk menenangkannya.
Tapi menyaksikan adegan itu, mami Luna justru tersenyum senang. Karena kelakuan Hafeezy tadi, merupakan wujud kasih sayangnya terhadap Zergio.
Setidaknya, anak itu tak benar benar marah pada si bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rigel Ajishaka
Teen FictionTak banyak kata, ini hanyalah sebuah kisah tentang si bungsu Ajishaka yang hidup bahagia bersama kedua orang tua sekaligus ke enam kakaknya. Ini hanyalah kisah, tentang si bintang yang bersinar di naungan keluarga cemara. Tentang si bungsu yang di s...