"Jadi, kali ini apa yang membuat kamu mengajak Kaira untuk tinggal bersama Eyang? Papa melarang kamu nge-band lagi? Atau, Kaira tidak boleh ikut eskul bahasa?"
"Vanno cuma lelah, Eyang. Papa selalu memojokkan dan memarahi Vanno juga Kaira. Seakan-akan, Papa kerap mencari kesalahan kami. Apalagi, soal.. kejadian di sekolah kemarin."
"Eyang sudah dengar beritanya di televisi. Tapi, Eyang percaya kalau kamu tidak terlibat. Mungkin, Papa kamu hanya khawatir kalau kamu terkena masalah."
"Papa cuma mikirin nama baik keluarga dan perusahaan supaya sahamnya enggak turun. Sejak Mama pergi ninggalin kami, Papa selalu lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan anak-anaknya. Sempat ada ART yang membantu, tapi enggak pernah betah karena Papa selalu aja komplain. "
"Papa kamu itu, sejak kecil memang sangat berambisi untuk mencapai impiannya menjadi pengusaha sukses. Eyang juga enggak menyangka, kalau perusahaan makanan instan miliknya bisa sebesar sekarang. Mama kamu juga sebenarnya sudah lama meninggalkan mimpinya menjadi seorang model, sejak mengandung kamu. Eyang pun sedih, saat tahu dia pergi begitu saja tanpa pesan."
"Vanno kecewa banget sama Papa dan Mama, mereka enggak pernah ada lagi buat kami berdua. Rasanya.. Vanno iri lihat keluarga lain yang sangat harmonis. Kadang, Vanno juga merasa kasihan sama Eyang karena harus ambil rapor ke sekolah. Papa enggak pernah mau datang, alasannya selalu sama; sibuk dengan urusan kantor."
"Kaira enggak mau pulang, Eyang. Mau disini aja, Kaira benci sama Papa dan Mama. Papa selalu marahin Kaira karena nilai kecil, disuruh belajar terus enggak boleh main. Mama juga sering cuekin Kaira, setelah Papa enggak kasih izin Mama buat kerja."
"Maafkan orangtua kalian ya, Sayang. Mereka menikah di usia muda dengan pola pikir yang belum dewasa, jadi tidak mudah untuk saling mengerti satu sama lain. Begitupun saat memiliki anak, mereka masih belum memahami cara merawat dan mendidiknya. Makanya, dulu kalian sering sekali dititip ke rumah Eyang ketika masih kecil."
"Eyang tahu, kenapa Papa dan Mama memutuskan untuk menikah muda? Atau, Mama memang ingin menunda kuliah dulu?"
"Vanno, sudah malam. Ajak Kaira tidur di kamar atas ya, nanti Eyang panggilkan Mbak Siti untuk buatkan susu cokelat."
Saking kepikirannya, gue enggak bisa tidur setelah ngobrol sama Eyang Putri dan Eyang Kakung dari sore sampai malam. Kaira juga kedengaran mengigau terus dari kamar sebelah, sampai akhirnya dia ditemenin sama Eyang Putri. Kepala gue juga terasa pening, jadi gue memutuskan untuk menyetel televisi yang ada di kamar supaya bisa mengantuk tapi enggak berhasil.
Mata gue tertuju pada sebuah album foto bersampul biru yang terletak di rak buku. Saat gue buka, rupanya album itu berisi foto pernikahan papa dan mama sebab ada nama mereka ; Doni dan Amira yang ditulis pakai pulpen warna hitam dan diberi gambar mawar.
Tapi, fotonya hanya sedikit dan pernikahan mereka terlihat sederhana. Papa cuma pakai kemeja warna putih dan dasi pita, sementara Mama memakai gaun renda lengan panjang serta rambutnya disanggul rapi. Di lembar berikutnya tampak beberapa orang saudara dan kerabat dari Papa dan Mama yang sudah jarang gue temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANANA CHIPS
Novela JuvenilPindah ke SMA Citra Buana di Jakarta, membuat Garin cemas karena tidak pandai beradaptasi di lingkungan yang berbeda. Apalagi, ia adalah sosok gadis yang introvert dan tidak percaya diri. Sampai saat hari pertama masuk, Garin mengenal Shena dan Ghea...