End of-

794 67 8
                                    

Menurutku, bukan suatu hal yang aneh jika kita melupakan kehadiran keluarga yang kita kenal akrab saat masih kecil dan perlahan menjauh karena memiliki urusan masing-masing.

Itu terjadi pada semua keluarga. Bukan hanya untukku saja. Coba hitung berapa banyak keluarga yang hidup sendiri-sendiri setelah menikah? Banyak, bukan? Hampir semua keluarga.

Namun, beda halnya jika keluarga yang kita kenal akrab saat masih kecil adalah kembaranmu sendiri.

Banyak yang berkata bahwa kembaran pasti memiliki perasaan yang terhubung walaupun tidak dalam radius yang dekat.

Saat kembaranku dalam masalah yang kurasakan adalah keinginan untuk bertemu menjadi lebih kuat. Namun saat kembaranku tidak dalam masalah, tidak ada bad mood apa pun yang terjadi padaku. Aku hanya hidup seperti biasanya.

Yang kurasakan setelah diadopsi adalah perasaan bersalah. Aku tahu Ariel sedang sedih dan aku menebak kesedihannya akan berlangsung lama. Setelah itu, Ariel tidak sedih lagi. Aku bisa merasakannya sejenak sebelum rasa sesak tiba-tiba datang saat Ariel sedih karena ibu kami meninggal.

Tidak, Ariel.

Seharusnya kau tidak menangisi ibu seperti itu. Seharusnya kau mendoakannya mati lebih cepat sedari awal. Dan apakah makhluk seperti itu harus ditangisi? Yang kulihat darinya dan yang kuingat darinya hanyalah penyiksaan bertubi-tubi terhadapmu. Dia bukan manusia sama sekali di mataku. Tidak mungkin ada manusia seperti itu di dunia ini.

Setelah itu, perasaan yang kurasakan setelah kematian monster itu adalah normal.

Ariel sedang baik-baik saja. Aku merasa senang.

Namun beberapa puluh tahun kemudian, aku merasakan rasa sakit yang sama seperti ketika Ariel kehilangan monster itu.

Namun perasaan itu lebih kuat dari sebelumnya. Dan setelahnya, aku melihat Ariel di televisi. Sebagai seseorang yang ikut mengantarkan kematian dari keluarga Thompson yang terkenal.

Rasa sakit itu benar-benar tidak terbendung hingga aku bahkan menangis saat Ariel memberikan pidato di sana.

Kau sangat sedih, rupanya.

Kupikir, kakek itu sepertinya adalah orang baik. Dia memberimu kebahagiaan dan rasa sakit yang kuat saat kehilangannya.

Tidak berselang lama dari itu, aku melihatmu menikah melalui televisi. Aku senang. Kau berada di dalam keluarga yang kau sayangi dan menyayangimu.

Hingga setahun kemudian, aku merasakan rasa sakit itu lagi. Aku bertanya-tanya siapa yang mati di keluarga Thompson. Namun ternyata rasa sakitmu tidak berlangsung sehari atau tiga hari, tetapi berbulan-bulan.

Aku tidak tahu di mana tempatmu tinggal. Karena itu aku hanya bisa menghampiri tempat kerja suamimu dan bertanya-tanya pada karyawan di sana. Siapa tahu, mereka mengenalmu.

Namun, kau ternyata lebih terkenal dari yang kupikirkan.

"Istri Tuan Erick pernah membawakan bekal makanan untuknya namun dia bahkan melempar bekal makanan itu di depan karyawan lain."

"Tapi, aku juga akan berperilaku seperti itu jika istriku memakai pakaian yang lusuh ke kantor."

"Ya. Pakaiannya sangat lusuh seperti pembantu. Pembantuku bahkan lebih bergaya daripada pakaiannya. Apakah boleh istri dari seorang bos kelihatan seperti itu?"

"Kau tidak tahu rumornya? Sudah jelas Nyonya Thompson diperlakukan buruk oleh Tuan Erick. Aku pernah melihat beberapa lebam di tubuh Nyonya Thompson."

"Aku pikir aku juga pernah melihat sudut matanya terlihat lebam tapi Nyonya mencoba menutupinya dengan rambut."

"Dan jangan lupakan bibirnya yang selalu terlihat terluka saat datang ke kantor."

"Sudah kuduga, bos sepertinya tidak menyukai istrinya."

"Jika dia menyukai istrinya, tidak mungkin dia berganti wanita setiap hari."

"Nyonya Thompson sangat tidak beruntung. Kenapa dia tidak bercerai saja?"

Dan seperti itulah aku menghamburkan uang untuk setiap informasi yang kudapatkan.

Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar ucapan orang-orang mengenai Ariel. Pada akhirnya aku hanya melamun di tengah kedai kopi yang ramai.

Hingga ingatanku terlempar pada hari-hari di mana Ariel disiksa oleh monster itu. Dan aku pun tertawa. Tawa penuh ironi. "Kau tidak pernah berubah."

Ariel tidak pernah berubah. Dia selalu bertahan hidup dengan monster di rumahnya.

"Kau pikir kau ini apa? Penjinak?" gumamku, menggelengkan kepalaku dan menunduk melihat kopi di tanganku. Kupikir itu adalah langkah yang salah. Karena selanjutnya, yang kulihat di dalam kopi itu bukan hanya hitam, tetapi juga wajahku. Ekspresi wajahku yang terlihat sangat mengenaskan. Merasa kasihan dengan kembaranku yang benar-benar bodoh. Kita memang tidak kembar identik. Namun, tidak mungkin bentuk otaknya pun tidak sama seperti otak milikku. Apakah dia bodoh? Tidak bisa berpikir?

"Seharusnya kau pergi dari sana. Apa yang sebenarnya kau lakukan?" tanyaku pada bayanganku yang terpantul dari kopi hitam yang belum kuminum sama sekali.

Aku mengangkat wajahku, memandang kursi kosong di hadapanku dan menghela napas panjang. "Sekarang, apa yang harus kulakukan?"

Menemukan Ariel sangatlah sulit. Aku meminta detektif swasta untuk mencari Ariel atau menculiknya. Namun, perumahan elit itu tidak memperbolehkan orang asing untuk masuk kecuali yang berkepentingan. Pada akhirnya, aku pun tidak dapat menculik Ariel karena Ariel sangat jarang keluar rumah dan pasti terisolasi oleh pagar.

Dan pada saat aku merasakan rasa sakit di seluruh tubuhku, akhirnya aku mencoba untuk pergi ke kediaman Thompson. Namun, yang kudapatkan benar-benar nihil. Aku ingin berbicara padamu namun kau tidak muncul sekali pun.

Pada akhirnya, aku kembali ke rumahku dengan tangan kosong. Sungguh, aku tadinya ingin menjadi manusia yang tidak bergerak sama sekali dan menikmati hidup santai dengan uang-uangku. Namun jika seperti ini, aku harus mulai bekerja, bukan?

"Hah ..." Aku menghela napas panjang saat melemparkan tubuhku ke atas kasur. Mataku menatap tembok bercat polos dalam durasi waktu yang lama. Jika seperti ini, aku harus memohon untuk membiarkanku bekerja di perusahaan lain selain perusahaan ayah tiriku.

Tapi, untuk mengeluarkanmu dari sana dan menghilangkan monster itu darimu, aku rela melakukan apa pun.

Ariel, aku berjanji.

Aku akan mengeluarkanmu dari sana apa pun yang terjadi.

Walaupun pada akhirnya monster itu juga harus mati seperti yang terjadi pada ibu kita.

—End Of Disney's POV—

Lupa banget update wkwkwk

Follow vote dan komen setelah membaca

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang