Berkelana Lebih Jauh Lagi

17 0 0
                                    

Suatu malam ketika sedang bersantai, Leopold mengatakan kepada Astrid untuk ikut dengannya ke Hindia Belanda. Astrid berkata kepadanya, "Tumben sekali, kau langsung menyetujui Papa untuk mengunjungi negeri yang jauh itu lagi." Leopold berbalik ke arah istrinya dan berkata,

"Aku jatuh cinta dengan negeri itu sama seperti aku jatuh cinta denganmu."

Astrid tersenyum lebar dan berkata, "Kau ini ada-ada saja, kalau begitu, mari kita berangkat. Sudahkah kau bertanya kepada Papa mengenai hal ini?" Leopold menjawab, "Belum, aku belum membicarakan hal ini dengan Papa.". Keesokan harinya, Leopold pergi ke ruang belajar Albert di mana ia sedang menulis di mejanya. Melihat Leopold masuk, Albert menyapanya, Ada apa, Leopold? Ia meminta izin untuk berkunjung lagi ke Hindia Belanda, kali ini untuk mengeksplor lebih luas lagi mengenai Hindia Belanda.

Albert tertawa, ia sangat yakin anaknya itu jatuh cinta dengan negri yang jauh tersebut. Ia berkata, "Baik, kau diperbolehkan pergi, tetapi bawa kamera milik mu dan jangan lupa untuk mengambil banyak foto dari petualanganmu di Hindia Belanda. Papa akan mengirimkannya ke Ratu Wilhelmina." Wajah Leopold menjadi berseri setelah mendengar perkataan Albert. Ia menjawab, Baik Papa, segera aku laksanakan.

Malam itu, keluarga tersebut makan malam bersama. Pembicaraan mereka lagi-lagi mengenai Hindia Belanda. Elisabeth bertanya, "Apa yang membuatmu begitu senang pergi ke sana?" Leopold dengan sangat yakin menjawab, "tentu saja karena alam, dan juga cuaca di sana membuat kerasan untuk tinggal di sana, Mama." Elisabeth mengangguk, dan meneruskan suapan daging domba nya. Makan malam itu berlangsung dengan hangat, Baudoin juga ikut makan malam dengan digendong oleh pengasuhnya. Tiba-tiba saja ia menangis, Astrid dengan tenang menggendongnya. Ia segera berdiri dan mengayun-ayunkan tubuhnya bersama dengan bayi itu.

"Jadi, kapan kita akan berangkat?" Ucap Leopold. Albert menyunggingkan senyum tipis, dan berkata kepadanya, "Sabarlah terlebih dahulu anakku. Papa juga ingin kau dan Astrid untuk pergi mengunjungi Kongo." Sesaat setelah Albert menyebut nama Kongo, mata Leopold membelalak. Ia berkata, "Tetapi itu adalah dua bagian dunia yang sangat jauh jaraknya, Papa!" Albert menjawab, "Kau benar, tapi sekalian saja pergi. Kau dan Astrid adalah cahaya baru bagi mereka, dan aku yakin mereka akan dengan senang menerima kedatangan kalian ke negri mereka." Leopold menganggukkan kepalanya, mengingat kata-kata yang Astrid keluarkan waktu itu.

Namun, keduanya sangat senang bisa kembali mengunjungi Hindia Belanda. Albert meminta mereka untuk mengunjungi bagian-bagian terpencil dari Hindia Belanda, bukan perkotaan seperti yang mereka waktu itu kunjungi. Josephine Charlotte berkata kepada mereka, "Jadi kalian akan meninggalkan ku lagi? Untuk yang kedua kalinya." Leopold mengangkatnya dan menggendongnya, "Tidak Papa dan Mama tidak akan meninggalkan kalian untuk waktu yang lama. Papa akan minta Opa dan Oma untuk mengurus dirimu dan Baudoin terlebih dahulu, sementara kami pergi untuk sementara waktu." Putri kecil itu mengangguk.

Mereka berangkat menggunakan kapal yang sama dengan kapal yang membawa mereka ke Hindia Belanda pada tahun 1928. Mereka sampai di Kalimantan. Sesampainya di sana, Leopold dan Astrid menginjakkan kaki di sebuah pelabuhan kecil, dan langsung disambut oleh Gubernur Jendral setempat dan beberapa warga lokal yang menjadi pemandu mereka. Astrid menarik napas panjang, "Sama seperti 4 tahun yang lalu." Perjalanan memakan waktu 2 minggu, menuju sebuah pelabuhan di Kalimantan.

Mereka dibawa menuju istana kerajaan Suku Dayak. Keadaan di Kalimantan sangat berbeda dengan Bandoeng. Sejauh mata mereka memandang, mereka hanya melihat hanya melihat beberapa gedung kokoh dan sisanya kebanyakan terbuat dari kayu, membentuk pondok-pondok kecil. Sesampainya di istana Kerajaan Suku Dayak, mereka langsung di sambut dengan beberapa anggota keluarga kerajaan, secara langsung berhadapan dengan Raja.

Leopold dan Astrid takjub dengan bangunan istana di sana. Seluruh bangunan terbuat dari kayu, dan tampak seperti rumah besar. Namun, isinya sangat berharga, sebagian besar ornamen terbuat dari emas, dan terdapat beberapa benda pusaka seperti senjata tradisional dan alat musik yang terbuat dari emas dan batu mulia. Istana tersebut sangat sejuk, dan tidak memiliki banyak lampu, karena mendapat pencahayaan alami yang baik dari sinar matahari.

AstridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang