Swedia untuk yang Terakhir Kali

36 1 1
                                    

Aku menulis surat kepada kau, sepupuku Astrid yang tercinta, bahwa aku akan menikah dengan Putra Mahkota Frederick dari Denmark. Aku sangat menantikan untuk bertemu kau di hari bahagiaku nanti. Aku telah berbagi kabar ini dengan Paman Carl dan Bibi Ingeborg, serta menulis surat untuk Sepupu Margaretha dan Martha. Aku harap kau dan Leopold dapat menghadiri pernikahanku, dan mari kita mengadakan reuni di Swedia. 

Astrid begitu heboh dengan kabar yang baru saja ia baca di surat sepupunya, Ingrid. Artinya dia akan kembali ke negara asalnya dan menghabiskan waktu sebentar di sana. Ia menghampiri Leopold yang sedang membaca peta dunia, berkata kepadanya, "Sepupu Ingrid mengirim telegram sekaligus undangan pernikahannya. Akhirnya kita mengunjungi Mama dan Papa lagi, serta juga berkumpul kembali dengan Margaretha, Martha, dan Carl!" Leopold terlihat sedikit gugup, lalu ia menelan ludahnya. Astrid berkata kepadanya, "Jangan khawatir, kau tahu kan semuanya bisa berbahasa Inggris." Leopold berkata kepadanya, "Beruntungnya aku diterima oleh mereka." Lalu Astrid menciumnya di pipi.

Astrid memesan beberapa gaun baru untuk dikenakannya di Swedia. Gaunnya dirancang khusus, seperti pada acara pernikahan Martha dan Marie Jose, lagi-lagi Astrid mengundang seorang perancang busana Prancis yang akan membuatkannya gaun. Ia memastikan untuk menggunakan kesempatan ini dengan baik, dan menuangkan idenya untuk sebuah gaun yang ideal baginya terhadap perancang busana tersebut. Ia begitu senang dengan bahan gaun yang ringan dan mengalir dengan angin, dengan beraneka macam pola dan warna, untuk ia kenakan selama kunjungannya di Swedia nanti. Segala persiapan dibuat dengan matang, mengingat Leopold dan Astrid adalah salah satu tamu penting dari sekian banyaknya yang hadir di sana.

Astrid berkata kepada putrinya, "Jo, Papa dan Mama akan mengajakmu bertamasya ke Swedia selama dua minggu untuk pernikahan Bibi Ingrid." Josephine Charlotte sangat bersemangat saat diikutsertakan dalam perjalanan ini. Mereka memutuskan untuk membawa anak-anak mereka karena anak-anak tersebut sudah dirasa mampu untuk menjaga sikap mereka di depan umum dengan baik. Baudoin dan Albert  juga termasuk dalam rombongan. Josephine Charlotte berkata kepada adik laki-lakinya, "Kau dengar itu, Baudoin? Kita akan ke Swedia!" Baudoin dengan bersemangat melompat bersama saudara perempuannya. Astrid tersenyum melihat kelakuan mereka, mengetahui bahwa mereka sangat bersemangat untuk bertemu dengan kerabat mereka di Swedia.

Sebelum mereka pergi ke Swedia, Leopold dan Astrid menjadi lebih sibuk dari sebelumnya. Mereka menghadiri berbagai macam kunjungan publik yang sama secara bersama-sama, ditambah beberapa kunjungan publik masing-masing yang berbeda, karena jadwal mereka yang sangat padat.

Astrid membuka beberapa pameran seni, museum, dan melakukan kunjungan rumah sakit. Namun tak satu pun dari kunjungan publik ini yang membuat energinya tenggelam, bahkan dia suka mengetahui tentang kondisi orang miskin, dan menaruh empati pada mereka yang berkekurangan, memikirkan bagaimana caranya agar rakyat mereka bisa hidup sejahtera dan segala kebutuhan mereka terpenuhi. Kedua pasangan itu memiliki misi untuk mengubah rakyat Belgia menjadi lebih makmur dan menekan angka kemiskinan yang merajalela di negri tersebut. Leopold dan Astrid merasa itu adalah tanggung jawab mereka sebagai kepala negara untuk membuat nasib rakyatnya menjadi lebih baik.

Hingga seminggu sebelum keberangkatan mereka, Astrid masih melakukan beberapa kali kunjungan. Ia mengunjungi rumah keluarga kelas pekerja. Saat itu musim semi, jadi masih sedikit dingin, dengan tiupan semilir angin yang cukup kencang. Angin tersebut cukup untuk menghempaskan topi Wanita dari kepala mereka, jadi Astrid, ketika ia bersiap-siap menancapkan beberapa pin topi ke rambutnya agar topinya tidak terbang. Astrid mengenakan gaun Panjang selutut berwarna biru tua, sarung tangan hitam, dan mantel bulu berwarna hitam. Dia memutuskan untuk mengunjungi keluarga itu sendirian, daripada menunjuk salah satu perwakilan untuk mengunjungi tempat itu.

Turun dari mobilnya, Astrid ditemani Anna disambut oleh seorang pria berkumis panjang. Dia membungkuk padanya, dan tak berapa lama kemudian sang istri juga segera menyambutnya. Sang Ratu masuk ke dalam rumah mereka, dan menemukan kelima anak pasangan itu sedang mengantri untuk menyambutnya. Yang tertua adalah seorang putri, berusia sekitar 13-14 tahun, sedangkan yang bungsu, seorang laki-laki yang belum berusia 3 tahun, dan digendong oleh ayahnya. Ketiga anak perempuannya mengenakan gaun dan celemek yang mirip seperti ibu mereka, sedangkan anak laki-lakinya mengenakan kemeja dan celana panjang yang cukup lusuh. Sang tuan rumah berkata, "Maafkan saya, Nyonya, saya sampai harus memaksa Anda dan sebagian rombongan Anda untuk duduk di sofa tua yang reyot ini, kami masih belum punya banyak uang untuk membeli yang baru." Astrid berkata kepadanya, "Tidak apa-apa, Pak. Jangan khawatir, sofa ini nyaman dan enak untuk diduduki."

AstridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang