Josephine Charlotte telah bermain di Kastil Styvunberg sejak pagi. Kedua anak itu bersemangat menunggu orang tuanya pulang. Anak perempuan itu sudah bangun sangat pagi, dan bersiap-siap untuk menyambut kepulangan orangtua nya. Josephine Charlotte berkata kepada Madame Du Roy, "Ketika Papa dan Mama pulang, aku akan memeluk mereka dengan sangat erat. Aku sudah sangat rindu dengan mereka, padahal aku baru sehari tidak bertemu mereka!"
Ia segera lari ke kamar Baudoin dan membangunkannya dari tidur yang lelap. Ia mendekati ranjangnya, dan berbisik di dekat telinganya, "Baudoin, ayo bangun! Papa dan Mama akan pulang hari ini." Baudoin terkaget-kaget, namun ia tidak menangis. Masih setengah sadar, ia berkata kepada pengasuhnya, "Papa dan Mama akan pulang hari ini!" Madame du Roy tersenyum lebar mendengarnya.
Anak perempuan itu begitu bahagia. Ketika mereka sedang memetik mawar di taman, Anna memanggil Madame du Roy dari dalam istana. Dia memberi tahu Josephine Charlotte bahwa dia dipanggil oleh Anna, dan Jo menyuruhnya untuk bertemu Anna. Madame du Roy segera menuju ruang tengah dan menemukannya menangis tersedu-sedu di samping meja telepon. Matanya begitu sembap karena menangis, serta ia tidak dapat berdiri karena terlalu kaget hingga dirinya begitu lemas. Ia berkata,
Astrid telah meninggal, Madame, temanku Astrid telah meninggal!
Kedua wanita itu saling berpelukan, Anna berkata kepadanya, "Jangan beritahu Jo atau Baudoin, Raja sendiri yang akan memberitahu mereka." Madame du Roy berusaha menahan air matanya, dia harus memikirkan cara bagaimana cara memberitahu Josephine Charlotte bahwa Ratu Astrid tidak akan kembali hari itu. Dia kembali menemui sang putri, dan menemukannya sedang memetik mawar putih di taman. Madame du Roy mendekatinya, dan dia berkata, "Kau tahu, ibumu sedang flu dan dia tidak akan kembali besok, dia harus tinggal lebih lama di Swiss." Tanpa keraguan, dia menjawab,
Tidak, Madame du Roy, aku tahu Mama sudah meninggal.
Air mata langsung membasahi pipinya, putri kecil itu memeluknya. Dia menyuruh sang putri untuk tidak memberi tahu Baudoin tentang berita ini, dan membiarkan Leopold memberitahunya sendiri. Josephine Charlotte menyetujuinya, dan menunggu hingga Leopold akhirnya tiba. Malam itu, Leopold berbaring di tempat tidur dan dirawat oleh dokter. Pipi kanannya dibalut, setelah luka karena tersayat oleh pecahan kaca. Dokter juga memberikannya penopang lengan karena lengannya retak terbentur ketika mobil bersebut menabrak pohon.
Malam itu juga, Anna bertemu dengannya untuk pertama kalinya sejak tragedi itu. Ketika dia melihat Anna, dia menahan air mata dan berkata kepada teman mendiang istrinya,
Kenapa Tuhan harus mengambilnya dariku? Aku sangat mencintainya.
Suaranya pecah dan air mata mengalir di wajahnya. Anna tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Kau tahu Leopold, setiap orang dalam hidup ini memiliki nasibnya masing-masing. Jika sudah waktunya, inilah saatnya, kita tidak dapat menyangkalnya. Leopold berkata, "Tapi aku sangat mencintainya dan kami memang saling mencintai, kenapa Anna? Kenapa?!" Tangis Leopold semakin menjadi-jadi.
Dia berusaha untuk memberitahunya selembut mungkin untuk tidak melukai perasaannya atau membuat dirinya merasa bersalah, karena dia sedang menderita kesakitan dan baru saja kehilangan istrinya dan masih belum pulih dari luka-luka akibat kecelakaan itu. Pada akhirnya, Leopold mengerti.
Leopold meminta Anna untuk mengantarkan Baudoin ke kamarnya. Anna mengiyakan dan segera menghapus air mata, namun ingatannya tentang Astrid membuatnya kembali emosional dan meneteskan air mata. Sesampainya di kamar Baudoin, dengan suara bergetar ia berkata, "Baudoin, Papa memanggilmu ke kamarnya." Baudoin langsung menuju kamarnya.
Baudoin melihat ayahnya sedang terduduk di ranjang dengan lengannya diberikan penyangga. Leopold menyuruhnya untuk duduk di sampingnya, dan segara anak itu berkata,

KAMU SEDANG MEMBACA
Astrid
Historical Fiction"Kau harus tahu, Anna sayang, betapa takutnya aku menghadapi kematianku sendiri, aku belum siap memikirkannya, tapi..." Perempuan itu terus menerus membicarakan tentang kekhawatiran akan masa depannya. Anna hanya bisa menghiburnya saat dia merasa ge...