Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama, tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusiaAku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiriKu senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginanKita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdayaViora terhanyut dalam penggalan-penggalan lirik yang dinyanyikan dengan indah oleh sang idola di atas panggung sana.
Di sebelahnya, Nathan pun sama seperti Viora, tampak mengagumi sosok pria yang berdiri gagah memperdengarkan suara merdunya.
Suara riuh penonton kembali terdengar memenuhi tempat itu.
"Gimana? Seneng nggak?"
Bulu kuduk Viora meremang karena tanpa aba-aba Nathan mendekatkan wajahnya dan berbisik tepat di telinga si gadis.
Beruntung Viora berada di tempat yang penuh dengan sorak sorai penikmat musik Tulus, sehingga ia tak perlu takut jika Nathan akan bisa mendengar debaran jantungnya yang berloncatan.
"Seneng banget," jawab Viora antusias, mencoba menghilangkan kegugupannya.
Tanpa permisi, Nathan mengangkat tangannya dan mengacak pelan rambut gadis di sampingnya sambil menampilkan senyum lembutnya.
'Sial,' gerutu Viora dalam hati.
Berdekatan dengan Nathan seperti ini tak baik buat kesehatan jantungnya.
Viora mencoba kembali fokus menikmati atmosfer di tempat itu. Mengesampingkan pikiran-pikiran yang tidak masuk akal di kepalanya.
Berpuluh-puluh menit sudah mereka habiskan energi dengan bernyanyi, jingkrak-jingkrak sambil berteriak mengikuti euforia yang tercipta di antara puluhan ribu penonton yang hadir.
Lelah, tapi mereka tak merasa menyesal bisa hadir di sini. Senyum lebar tak pernah pudar dari wajah Viora. Nathan yang menyadarinya pun ikut tertawa kecil.
"Bisa kering tuh gigi kalo nyengir mulu," ucapnya tertawa sambil tetap fokus pada kemudinya.
Saat ini Viora berada di dalam mobil yang dikemudikan Nathan, meninggalkan lokasi konser setelah konser berakhir 30 menit yang lalu.
Viora terkekeh malu menanggapinya.
"Nonton Tulus nggak pernah nggak bosen. Rasanya tuh pengen lanjut terus, nggak mau berhenti. Suaranya magis banget, jadi kita yang dengerin kayak disihir," jawab Viora masih dengan senyum menghiasi wajah cantiknya.
Nathan manggut-manggut menyetujui.
"Mau mampir makan dulu nggak, Vi? Atau langsung gue anter pulang?"
"Boleh makan dulu yuk, Nath. Habis energi gue di sana tadi."
"Mau makan apa?" tanyanya kembali.
"Lagi pengen sate taichan deh. Lo suka nggak?" Viora bertanya sambil menolehkan kepala ke arah lelaki di balik kemudi, takut kalau pilihannya tak sesuai selera Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
RomanceKepala Viora tak berhenti memutar kembali memori-memori 10 tahun silam. Memori yang sengaja ia letakkan jauh di dalam hatinya, berharap bisa melupakannya. Namun, ternyata hanya perlu waktu yang tepat untuknya kembali memenuhi otak Viora. Bertemu...