#15

201 16 1
                                    

"Nathan... Ini beneran kamu kan, Nathan?"

"Ya ampun, nggak ngangka banget ketemu kamu di sini," ucap wanita itu dengan tangan yang tetap melingkar pada tubuh Nathan.

Dalam sekali gerakan, Nathan menghempaskan tangan wanita itu dan mengambil beberapa langkah mundur.

"Apa-apaan lo. Nggak sopan banget," tegas Nathan.

"Nath, aku mau minta maaf," balasnya lirih.

"Minta maaf buat apa? Masalah kita udah selesai, Nov. Nggak ada lagi yang perlu dibahas."

"Tapi kamu masih marah sama aku."

"Gue marah karena lo nggak sopan dateng-dateng main peluk aja. Soal masalah itu, gue bahkan udah nggak kepikiran sama sekali. Jadi jangan lo ungkit-ungkit lagi," jelas Nathan dengan tatapan tajamnya.

Jo bergerak maju dan menepuk pundak Nathan untuk menenangkannya.

Wanita yang berdiri di hadapan Nathan mulai terisak dan menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. Hati Viora tak tega melihatnya yang tampak rapuh. Ia memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Nov, duduk dulu yuk," ucap Viora yang disambut tatapan heran dari ketiga temannya.

Viora menatap mereka bergantian dan memberi isyarat agar mereka pun tenang.

Masih terlihat raut amarah di wajah Nathan, namun Viora memutuskan untuk tidak banyak bicara padanya, agar dia bisa menenangkan dirinya dulu.

"Lo ngapain di sini? Lo tinggal di sini? Bukannya lo di Bali?"
Giliran Jo yang bertanya pada wanita yang masih terisak itu.

"Gue lagi di rumah om gue di sini," jawab Nova lirih.

Hening beberapa saat di tempat yang mereka duduki saat ini, kemudian wanita di samping Viora berkata, "Nathan, aku boleh minta waktu buat bicara berdua nggak?"

Nathan mengernyitkan dahi dan menatap dengan pandangan tidak suka.

"Mau ngomongin apa lagi sih? Semuanya udah selesai dan gue nggak mau bahas masa lalu lagi," seru Nathan dengan rahang mengeras.

"Aku mohon sekali ini aja, Nath. Aku perlu ngobrol sama kamu."

"Apa sih-"

"Nath," potong Viora membuat Nathan menghentikan ucapannya.

"Please, Nath. Aku cuma minta waktu 10 menit aja buat ngobrol," pinta Nova sekali lagi.

Entah kenapa tiba-tiba Nathan menoleh ke arah Viora seakan meminta persetujuan. Viora yang sedikit terkejut dengan sikapnya, hanya bisa menganggukkan kepala.

"Sumpah gue liat mukanya aja males anjir," celetuk Dea begitu Nova dan Nathan berjalan menjauh dari bangku yang mereka duduki.

"Sok pasang tampang melas lagi di depan Nathan," cibir Dea lagi.

"Kita niatnya di sini mau healing, malah ketemu nenek lampir," imbuh Jo sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Husss... Udah ah.. Kalo gue malah kasian ya ngeliat kondisi dia yang sekarang, entah apa yang jadi masalahnya," balas Viora dengan tatapan mengarah pada Nathan dan Vova yang duduk tak jauh darinya.

"Lo mah terlalu positif thinking, Vi. Mudah-mudahan aja Nathan nggak luluh sama tangisan dia sih," sahut Jo sembari menyesap wedang ronde-nya.

"Eh dulu bukannya mereka dijodohin ya? Terus kenapa batal tuh, Jo?" tanya Dea pada lelaki di sebelahnya.

"Iya dulu perjodohan mereka batal, nggak lama setelah kita lulus SMA. Kalo soal alasannya kenapa, nanti biar Nathan sendiri aja yang cerita deh," jawab Jo.

KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang