Viora menyilangkan sendok dan garpu di atas piring yang telah kosong, lalu menyeruput lemon tea yang masih utuh.
Sejenak ia mengamati lelaki di hadapannya yang sedang sibuk dengan nasi goreng seafood-nya.
"Ada yang aneh ya sama muka gue? Makan gue belepotan?" tanya Nathan tiba-tiba sambil mendongakkan kepala menatap Viora.
"Hah?? Nggak ada yang aneh kok," jawab Viora dengan sedikit mengernyitkan dahi.
"Terus kenapa ngeliatin gue terus?"
Kali ini dia bertanya dengan senyum menggoda."Apaan sih geer banget lo." Viora membuang muka agar Nathan tak menyadari rona merah yang muncul di wajahnya.
"By the way, makasih ya lo udah banyak banget nolongin gue. Gue beneran nggak enak deh cuma traktir lo makan di warung pinggir jalan begini." Viora kembali menatap lelaki itu setelah berusaha menetralkan hati dan raut wajahnya.
Nathan memang berjanji akan membantu Viora mengambil mobil yang sudah selesai diperbaiki oleh Bang Beni, tapi tak ia sangka ternyata dia juga sudah membayar lunas tagihan service mobilnya.
Bahkan, kemarin Nathan rela meninggalkan mobilnya di bengkel. Dia menjemput Viora ke kantor dengan mengendarai mobil gadis itu, lalu mengantarkannya pulang ke rumah dan kembali ke bengkel memakai ojek online untuk mengambil mobil miliknya.
Viora sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki itu. Kenapa dia mau bersusah payah menolongnya seperti ini?
Viora sudah berjanji --lebih tepatnya memaksa-- akan mentraktir Nathan makan sebagai ucapan terima kasih padanya. Alih-alih memilih makan di restoran bintang lima, lelaki itu memilih warung kaki lima ini sebagai tempat makan malam mereka hari ini.
"Kan gue udah bilang, Vi, gue seneng kok bisa bantuin lo. Lo jangan merasa hutang budi gitu. Gue juga lebih seneng makan di warung kayak gini, malah lebih santai dan bisa menikmati," ujar Nathan sambil menatap Viora dalam-dalam.
"Ya udah deh, pokoknya makasih banyak ya."
"Iya sama-sama, Viora," sahutnya dengan senyum lembut yang tak pernah ketinggalan.
Tiba-tiba, Viora kembali memikirkan ucapan Dea saat ia menceritakan pertemuan pertamanya dengan Nathan.
Nova Ananda. Nama itu terbersit dalam pikirannya.
Sosok yang pernah bersinggungan dengan Nathan, dan juga dengan Viora.
Entah apakah sampai saat ini pun mereka masih ada keterikatan?
Perlukah ia menanyakan hal itu pada Nathan?
Atau lebih baik ia pendam saja di dalam hati, takut kalau pertanyaannya akan menyinggung Nathan.
"Lagi mikirin apa sih?" Pertanyaan Nathan membuyarkan lamunan si gadis.
"Hmmm.. Nggak mikirin apa-apa kok."
"Nggak usah ditutupin, Vi. Dari muka lo udah keliatan banget kalo lo lagi mikir serius. Kalo ada hubungannya sama gue omongin aja, siapa tau gue bisa bantu jawab biar lo nggak kepikiran terus."
"Nath, sorry sebelumnya kalo gue tanya soal ini ya..." Viora menggantung kalimatnya sejenak, menatap Nathan yang juga mengarahkan padangan padanya.
"Nova gimana kabarnya? Lo masih sama dia?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut gadis itu.
"Sorry kalo tiba-tiba gue nanyain ini, gue cuma nggak mau aja dikira pelakor karena jalan sama pacar atau suami orang," sambung Viora lirih.
Ada jeda yang terasa di antara mereka. Viora meremas jari-jari tangannya di bawah meja, berharap dapat mengurangi kecemasan yang ia rasakan.
Tanpa ia duga, Nathan malah terkekeh pelan mendengar pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
RomanceKepala Viora tak berhenti memutar kembali memori-memori 10 tahun silam. Memori yang sengaja ia letakkan jauh di dalam hatinya, berharap bisa melupakannya. Namun, ternyata hanya perlu waktu yang tepat untuknya kembali memenuhi otak Viora. Bertemu...