CHAPTER 3

373 31 25
                                    



"Shel....Kenapa kamu pergi secepet ini hiks....."  Adelio menangis memeluk batu nisan bertuliskan Ashel Alifia yang merupakan pacarnya.

Hari ini satu kelas izin menghadiri proses pemakaman Ashel, tidak ada yang menyangka ia akan pergi dengan cara tragis. Ashel ditemukan tidak bernyawa di samping rumahnya dengan kondisi fisik yang mengenaskan.

Tubuhnya sudah tidak berkulit karena kulitnya berceceran dimana-mana beserta darah yang begitu banyak dan otak yang sudah tergeletak di samping tubuhnya.

Sekarang di pemakaman menyisakanku dan sahabat-sahabat Ashel karena pihak keluara sudah pulang terlebih dahulu, kalo bertanya kenapa aku masih disini oh sudah jelas Fiony yang memintaku untuk bersama mereka.

"Sabar Del mungkin ini takdir."  ucap Ferrel menenangkan Adelio yang sedang terpuruk.

"Takdir apa Fer? Ashel ditemukan ga bernyawa dalam kondisi fisik yang memilukan, ini pasti ada orang yang bunuh Ashel dengan sengaja Fer." sahutnya emosi.

"Udah ya udah." Ferrel memeluk Adelio karena ia tau temannya sedang butuh sandaran.

"Tapi Ashel Fer...... hikss.......Gw gamau kehilangan dia." Adelio membalas pelukan Ferrel.

"Bukan cuman lo kok yang kehilangan, kita semua juga kehilangan Del. Waktu Marsha meninggal aja kita hancur Del hancur." jelas Ferrel yang mulai meneteskan air mata.

"Maaf ya Fer gw terlalu egois sampe sampe lupain kalian, maaf ya guys."

"Santai aja Del." balas Kathrina.

"Aman bro gw tau kok lo kalo bucin kayak gimana jadi santai aja." ucap Gito.

"Iya kek ke siapa aja lo." lanjut Kathrina.

Kemudian suasana yang tadi berkabung berganti dengan senyuman yang diperlihatkan mereka.

"Dan sekarang lo." Fiony menunjukku yang membuat suasana berubah 360 derajat dengan sangat cepat menjadi seram, semua mata tertuju padaku. Mungkin yang di dalam tanah juga begitu.

"Lo yang bunuh Ashel kan." ucap Fiony dingin menuduhku.

"Kok nuduh gw sih Fio, gw gatau apa-apa kenapa nuduh gw?." tanyaku heran karena Fiony sudah menuduhku yang tidak-tidak 2 kali.

"Karena gw yakin lo dendam kan karena mau gw gampar waktu itu, dan lo lampiasin itu ke Ashel kan sampe ngebunuh dia." jelasnya yang tentu saja tidak masuk akal.

"Ya engga lah Fio ga mungkin lo lakuin hal setega itu." jawabku tegas.

"Tapi lo tega dorong gw sampe kebentur tembok?." lanjutnya.

"Apa? Dia dorong kamu sampe kebentur tembok? Kok kamu ga cerita sih ke aku." ujar Ferrel heran saat mendengar pernyataan pacarnya.

"Biar kamu sendiri yang urus." timpal Fiony melirik padaku.

Brukkk

Adelio mendorongku hingga aku terjatuh.

"Apa bener lo yang bunuh Ashel?." tanya Adelio dingin.

"Engga Do ga mungkin gw bunuh dia." jawabku menyangkal.

"GW NANYA APA BENER LO YANG BUNUH ASHEL????!!!!." Teriak Adelio mencengkram kerahku hingga aku berdiri menghadapnya.

"Bohong dia Del, dia pasti mau balas dendam." ucap Fiony memanaskan situasi.

"Jawab gw apa bener lo bunuh Ashel." tanya Adelio lagi.

"Engga Do engga harus berapa kali sih gw jawab, mana mungkin gw bunuh dia. Lagian buat apa sih." jawabku pasrah karena terus ditekan.

"Sialan lo." Adelio mendorongku.

WHO'S?Where stories live. Discover now