CHAPTER 11

201 25 8
                                    

Udara di pagi hari kali ini tidak seperti biasanya, memang Jakarta penuh dengan polusi tapi hari ini dan ke depannya bakal lebih parah. Berita televisi memberi tau bahwa telah terjadi kebakaran di area hutan yang menjadi sumber dari polusi ini.

Hal itu membuat pemerintah menganjurkan untuk memakai masker dan kacamata untuk menjaga kesehatan, ya dengan berat hati aku harus mengeluarkan uang untuk membeli dua barang itu.

Mau di sekolah atau di ruang umum harus menggunakan masker dan kacamata, supaya terhindar dari asma dan rabun disebabkan jarak pandang yang terhalang oleh kabut dan asap yang pekat. Padahal, libur adalah kata yang paling tepat untuk masalah ini.

Di sisi lain ada seorang siswi memasuki area sekolah dengan napas memburu dan kaki yang dihentakan membuat semua perhatian murid tertuju padanya, memasuki kelas ia melempar tas ke kursinya dengan keras sehingga membuat atensi kelas yang tadinya sedikit berisik berubah menjadi hening.

Fiony menghembuskan napas berat lalu melihat para murid yang menatapnya aneh, termasuk Flora.

"APA KALIAN LIAT LIAT!!!???." tanya Fiony tegas membuat semua murid ciut.

Bagaimana tidak, seminggu Fiony tidak masuk sekolah karena kejadian waktu itu dan selama itulah pacarnya Ferrel tidak menemuinya sama sekali. Bahkan tadi pagi Ferrel tidak menjemputnya untuk pergi ke sekolah yang membuat Fiony harus diantar oleh supirnya dan hampir terlambat.

Untung saja dengan kekuatan finansialnya membuat ia dengan mudah lolos dari satpam yang berjaga, tinggal ia ancam saja apa susah pikirnya. Dan sekarang sekalinya ia masuk sudah membuat ulah lagi.

"Ini semua gara gara lo ya Flora." tuduh Fiony padaku yang sedang asyik menggambar, aku yang merasa terpanggil memutar badan dan berhadapan dengan Fiony di bangku belakang.

"Kok gw?."tanyaku heran menunjuk diri sendiri.

"Kalo bukan karena baso sialan lo itu, semua ini ga akan terjadi." jawab Fiony dengan ketus.

"Lo sendiri yang mau nyiram gw tapi balik ke lo sendiri kok nyalahin gw sih." timpalku malas menanggapi tuduhan Fiony lagi.

"BERANI YA LO!!!." bentak Fiony berdiri di hadapanku, aku yang tidak terima berdiri juga untuk menghadapinya.

"BERANI!!!!." jawabku dengan nada yang tidak jauh tinggi.

Fiony yang tidak senang dengan Flora mengangkat tinggi tangannya berniat menamparnya sekuat tenaga hingga tubuhnya yang pendek itu terguling guling tapi sebelum niatnya terpenuhi

"Selam.... FIONY KAMU MAU APA ITU!!!!!." teriak bu Oniel yang baru masuk itu mengalihkan perhatian semua murid yang ada di kelas, dengan segera semuanya duduk di bangku masing masing kecuali aku dan Fiony yang masih berdiri.

"Dia ngeselin bu." jawab Fiony menunjuk aku dengan santai seperti tidak ada salah.

"Kamu tau kan Flora lagi sakit." timpal bu Oniel menghampiri aku lalu mengelus pelan kepalaku.

"Oh iya Flo, apa ada kemajuan?." lanjut bu Oniel yang ku jawab dengan gelengan, sejauh ini ingatanku belum pulih sama sekali. Walau ingatan samar samar terus memenuhi kepalaku, termasuk yang kemarin.

"Emang dasarnya penyakitan ga akan sembuh bu." jawab Fiony melipatkan kedua tangannya di dada dan menatapku sinis, namun berkat perkataannya itu dihadiahi jeweran dari bu Oniel.

"Sekali lagi kamu gitu akan saya laporin ke kepala sekolah, tidak peduli orang tua kamu penyumbang terbesar di sekolah." ucap bu Oniel yang membuat Fiony bergedik ngeri, walaupun ia punya kuasa tapi hanya bu Oniel lah satu satunya orang yang ditakuti olehnya.

Kemudian bu Oniel melepas jewerannya di telinga Fiony lalu melangkah ke meja guru.

"Baik anak anak buka buku halaman 78." seru bu Oniel, kemudian duduk karena sedari tadi berdiri.

WHO'S?Where stories live. Discover now