The End?

745 19 1
                                    

"Nis....aku tau ini mendadak, tapi di depan keluarga kamu aku mau nyampein perasaan aku ke kamu, aku cinta sama kamu nis. Aku gak tau perasaan kamu ke aku gimana, tapi dari awal Nisa hadir, rasanya hidup ku jadi lebih berwarna dan aku berharap kamu mau terus mewarnai hidupku kedepannya. Will you grow old together with me?"

Pikiran Nisa tiba tiba ngeblank  dan perasaan senang bercampur takut muncul tiba tiba.

"Aku gak bisa terima lamaran kamu mas

"Kenapa nis? 

"Kamu berhak buat bahagia dengan perempuan lain mas, masih banyak perempuan tulen di luar sana bukan jadi jadian kaya aku, apalagi aku gak bisa ngasih kamu keturunan"

Roni, Aisyah, serta ibu nya Nisa hanya terdiam di sana. Mereka tidak tau harus merespon seperti apa di situasi tersebut. Tiba tiba mas Hakim berdiri kembali dan memeluk Nisa  sambil berbisik pelan di telinganya

"Nis, mau gimanapun nantinya, mau kamu balik lagi jadi Rahmad atau kamu nolak aku sekarang dan menghilang dari hidupku, kamu tetap akan punya tempat spesial di sini" Ucap mas Hakim sambil mengarahkan tangan Nisa ke dadanya

"Hari ini aku cuma mau ngungkapin perasaan aku ke kamu nis, setelah satu tahun kedekatan kita rasanya aku gak bisa lagi nahan perasaaan ini"

"Hiks...hiks...m-maafin aku ya mas, aku egois banget ya?"

"Enggak kok, aku justru seneng karena kamu ternyata masih peduli sama aku, masalah keturunan aku gak masalah, kalaupun mau kita masih bisa adopsi.

Tangisan Nisa makin menjadi di pelukan mas Hakim. Tidak bisa dipungkiri, pelukan mas Hakim  adalah titik terlemah bagi Nisa, pelukan yang mengingatkan nya dengan pelukan sang  ayah. Usapan demi usapan di kepala nya membuat Nisa semakin tidak bisa menolak apalagi meninggalkan mas Hakim.

"M-mas... aku terima lamaran kamu, I want grow old with you too"

Mendengar hal tersebut membuat pelukan mas Hakim semakin erat, hari itu rasa cintanya terhadap Nisa tumbuh berkali kali lipat, begitupun Nisa yang menyadari bahwa dirinya tidak akan bisa hidup tanpa mas Hakim.  Satu hal lagi yang disadari Nisa adalah dirinya tidak bisa kembali menjadi Rahmad lagi. Ia harus mengikhlaskan Rahmad menjadi bagian dari masa lalu nya yang tidak akan kembali lagi.  

Mas Hakim memasang cincin ke jari Nisa dengan tatapan penuh kebahagiaan. Momen tersebut diiringi oleh sorakan Roni dan Zahra yang sedari tadi melihat kemesraan mereka. Nisa memeluk mas Hakim dengan erat sambil membisikkan sesuatu.

"Janji jangan pernah tinggalin aku ya mas, karena gimanapun kamu nyakitin aku, rasanya aku gak bakal bisa benci sama kamu, makasih buat semua effort nya kamu"

"Iya nis aku janji" 

Setelah pelukan tersebut, Nisa menghampiri ibunya disusul oleh mas Hakim. Ia meminta persetujuan dari ibu nya. Perasaan nya menjadi lega ketika ibunya mengangguk setuju sambil menahan haru.  

"Ibu restuin hubungan kalian dan untuk nak Hakim, tolong jaga dan sayangi anak ibu seperti kamu sayang sama diri kamu sendiri"

"Pasti bu, Hakim pasti bakal jagain dan sayang sama Nisa sepenuh hati, lagian siapa si bu yang tega nyakitin perempuan secantik Nisa"

"Ish... gombal aja terus"

Percakapan tersebut disambut tawa oleh Roni, Zahra dan Aisyah. Suasana cerah dan sejuk pagi itu seakan menyambut hangat hubungan antara dua insan manusia yang bahkan diri mereka di masa lalu tidak akan sangka akan terjadi. 

------

"Saya terima nikah dan kawin nya Sintia Anissa binti Suryono dengan mas kawin seperangkat alat solat dan emas 20 gram dibayar tunai"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang