chapter I

17 5 0
                                    

Gelap. Dingin. Sepi. Minimnya penerangan membuat hawa di ruang yang cukup luas itu semakin menakutkan. Suara-suara aneh pun mulai terdengar, seperti gemersik ranting, juga rentihan seorang wanita yang sedang dianiaya.

Suaranya begitu jelas, membuat lima gadis remaja yang berada di sana mulai mengeratkan genggamannya. Duduk melingkar, mengepung lilin yang hanya menyala di tengah ruangan.

Bias cahaya lilin menerpa wajah mereka. Memperlihatkan raut ketakutan dan kegundahan.

Namun, mereka tetap bertahan. Demi menguak kasus kematian temannya dengan cara yang sulit di percaya.

"Kamu yakin dia akan datang, Sal?" Putri memecah keheningan dengan nada yang cukup lirih.

"Aku membaca pengalaman orang-orang di internet, dan kebanyakan dari mereka berhasil." Jawab Salsa dengan sedikit ragu.

Pasalnya, sesuatu yang mereka lakukan ini cukup gila. Bagaimana tidak? Pemanggil Arwah, mana ada manusia normal yang percaya itu.

Ini semua demi kamu, Del. Batin Salsa.

"Tapi kan, bisa saja pengalaman mereka itu bohong? Seperti kebanyakan orang jaman sekarang yang rela membuat cerita palsu hanya untuk mencari sensasi." Sahut Cika.

"Udah, gak perlu banyak bicara dulu. Bagaimana kita bisa tau ini akan berhasil atau tidak? Kita bahkan belum mempersiapkan apa-apa." Tegas Salsa dengan nada yang sedikit tinggi.

Suasana kembali senyap, mereka semua hanya duduk diam dan larut dalam pikiran masing-masing.

Hujan tak kunjung reda, lilin pun hampir tak nampak lagi cahayanya. Tapi, belum ada satu hal pun yang mereka lakukan.

"Apa kita akan memainkan jaelangkung?" Celetuk Putri.

"Jaelangkung sudah kuno. Dengan mengamati boneka kayu yang seakan di beri arwah itu, sudah tidak keren lagi. Sedangkan, ritual yang satu ini lebih mantap! Kita bisa bertemu, dan berkomunikasi langsung dengan mereka. Keren, bukan?" Lanjutnya dengan menyeringai, memperlihatkan kegairahannya.

"T-tapi, bukankah ini cukup gila? Maksudku, bagaimana jika terjadi sesuatu yang-"

Salsa dengan cepat langsung memotong ucapan Salwa, "yang takut silahkan pergi, dan tak ada lagi persahabatan diantara kita." Sahutnya dengan sedikit penekanan.

Mereka semua terdiam. Perasaan bingung, ragu, dan cemas tercampur menjadi satu. Karena bagaimanapun, mereka semua sadar bahwa ritual ini adalah sesuatu yang berbahaya.

Jlep! Gelap gulita.

Lilin yang redup cahayanya itu, tiba-tiba padam begitu saja. Padahal batangnya belum habis mencair, dan angin pun tidak sekencang itu.

"Apa benar jika lilin padam tandanya dia akan datang?" Ucap Ratih seperti ingin mengkonfirmasi.

"Ya! sudah cukup. Gak perlu banyak bicara, mari kita ucapkan mantra!" Seru Salsa dengan antusias.

"Aku memanggilmu, aku memanggilmu, datanglah dari bayangan..."

Kelima gadis remaja itu berkali-kali mengucapkan mantra. Suaranya menggema ke seluruh sudut ruangan. Melesak melenting ke udara, dan di sambut lolongan anjing dikejauhan.

Ritual Pemanggilan ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang