chapter III

14 6 1
                                    

"AAA.."

"D-dia datang! Dia benar-benar datang!"

Suara itu adalah milik Putri. Jeritan yang membuat para sahabatnya bertanya-tanya, terutama Salsa yang dari awal sangat penasaran dengan kasus ini.

"Dimana Put, dimana?!" Tanyanya sambil menggoyahkan bahu Putri.

"I-itu Sal, d-di pojok ruangan." Jawab putri dengan terbata-bata.

Sontak Salsa dan ketiga teman lainnya ikut menoleh. Dan benar, berdiri di sana, sosok Adel yang masih memakai seragam sekolah dengan berlumur darah.

Energi negatifnya sangat terasa. Amarah yang dikeluarkan sosok Adel membuat hawa di ruangan semakin mencekam.

"Sedang apa kalian?! Pergi atau kalian mau ku bunuh?!" Ungkasnya.

Mendengar ucapan itu, Putri dan tiga teman lainnya bergegas lari keluar, meninggalkan Salsa yang masih mematung.

"PUTRI, CIKA, RATIH, SALWA KEMBALI! KITA BELUM MENYELESAIKAN RITUAL INI!!" Teriak Salsa geram sambil menahan diri.

Tapi sayang, tidak ada satu pun yang datang. Teman-temannya itu benar-benar sudah diselimuti oleh rasa takut yang mendalam.

***

Sesuatu yang sudah terpanggil tidak akan kembali

Pagi ini Salsa datang lebih siang. Karena jujur, ia masih sangat jengkel terhadap sikap teman-temannya.

BRAK!

"WOI!"

Salsa menggebrak salah satu meja disana.
Pandangannya tertuju pada wajah orang-orang yang berani meninggalkan dia seorang diri, dan langsung menghampirinya.

"Gila ya lo pada ninggalin gue sendiran di rumah itu, kalian lupa sama tujuan kita?!" Ucapnya dengan nada rendah, namun penuh penekanan.

"Duduk dulu, Sal. Nih minum dulu." Ujar Salwa sambil menyodorkan botol minumnya.

"Gak usah basa basi! Gue ga habis pikir sama kalian." Tukas Salsa sambil menunjuk ke arah mereka.

"Lo yang gila, Sal! Lo gak liat sosok itu marah karena kita ganggu? Kita gak mau mati konyol kayak di film-film." Kali ini Putri yang angkat bicara. Dia benar-benar kesal dengan Salsa yang menurutnya sudah hilang akal.

"Tapi buktinya, gue baik-baik aja! Lagipun ini semua kan udah kesepakatan bersama!" Jawab Salsa tak kalah geram. Mereka berdua benar-benar sudah tersulut emosi.

"Udah, udah! Salsa benar, ini semua udah jadi kesepakatan, kita semua yang mau manggil sosok Adel. Putri juga gak salah, kita lari karena emang bener-bener kaget dan takut. Kita gak seberani lo, Sal. Jadi stop debat, karena ada hal yang lebih penting." Ucap Cika dengan panjang lebar.

Ketiganya mengerutkan alis, saling pandang satu sama lain berharap mendapat jawaban.

"Hal penting?" Tanya Salwa.

"Ratih sakit, nyokapnya ngabarin gue tadi pagi. Katanya, dari semalem pulang main sama kita, dia selalu ketakutan." ucap Cika dengan nada yang datar.

"Dan yang lebih parah, dia selalu bilang lagi di ikutin sesuatu, tapi nyatanya gak ada apa-apa." Lanjutnya.

"Hm, ada yang gak beres." Ucap Salwa.

”Gimana kalo pulang sekolah nanti kita kerumahnya? Gue ngerasa ada yang janggal." Ucap Putri.

"Hm, boleh." Sahut Salsa yang juga merasakan kejanggalan itu.

***

Ritual Pemanggilan ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang