EEEE👉🏻👈🏻
Ampuni hamba, Ya Robb.
Dan orang-orang yang sedang berjuang di jalan-Mu.
; Aamiin😔
Misi, Nada mampir. Kali ini full dede bungsu
i hope u stay : )
02. Ditinggalkan, selalu.
--HAPPY READING--
"Takut kehilangan? Ya, soalnya nggak kuat jalani ini sendirian. Putri kecil juga butuh bahu tegak Ayah, 'kan?"
--Serenada di hari 7300 setelah kepulangan Ibu di susul Ayah.***
Fakultas kedokteran, cabang dari Universitas besar. Universitas ini memang punya banyak fakultas yang berdiri. Salah satunya psikologi, fakultas impian Nada sejak usia kecilnya.
"Tumben telat, Nad!"
Gerald, pria sebaya dengan kepribadian langka. Ah, tidak! Maksut Nada, Gerald si kategori pria yang tetap berusaha susah payah untuk memenuhi kebutuhan diri, padahal tak perlu, pun orang tua Gerald mempunyai beragam aset dan harta. Ya, pria dengan jurusan psikolog ini membuyarkan lamunannya. Tapi... Tidak heran juga, jika Nada absen menatap tulisan fakultas psikologi yang terpampang jelas setiap akan melewatinya. Nada teramat menginginkan itu.
"Sebelum berangkat, Mas Anta sempat kumat, pastinya Nada nggak mau ngelewatin hal terlangka itu," tutur Nada dengan senyum merekah di bibirnya.
Gerald ikut tersenyum kala mendengar sahutan Nada. Jika bertanya kenapa Gerald tahu, Gerald merupakan teman Nada pada saat bangku Sekolah Menengah Pertama. Jadi, apapun tentang Nada, lelaki dengan tubuh menjulang tinggi itu tahu. Sekarang ia manggut-manggut memahami.
"Eh, iya... Cie, yang bentar lagi bakalan praktikum. Semangat dan selamat, Nad! Aku harap, lancar sampai selesai, deh!" ujar Gerald mengangkat kedua alisnya.
Nada memutar netra biru lautnya saat melihat wajah Gerald. "Aamiin. Kamu juga bentar lagi sidang skripsi, loh. Kalau sudah hari-H, kabarin aku," sahut Nada, melangkah ingin meninggalkan Gerald. Apalagi setelah sadar akan keterlambatannya.
Gerald yang pada saat ini belum menuntaskan hajatnya, spontan menarik pergelangan halus Nada, mata legam milik Gerald mengunci pandangan gadis netra biru genetik itu.
Alis Nada sedikit berkerut sejenak, anehnya... Nada sulit mengalihkan matanya. Nada malah jatuh ke dalam sorot hangat Gerald yang di dalamnya penuh ketulusan.
"Astaghfirullah, setan betina!" Bang Aldo, kakak tingkat Nada dan Gerald itu merusak segalanya. "Iman kau lemah kali, Rald! Coba mata, tuh dibuka lebar-lebar, jelas-jelas ada setannya!" bentak Aldo seraya menepis tangan Gerald yang semula masih melekat.
Nada tentu saja menyipitkan matanya, kesal. "Heh, Iblis! Nada bukan setan!"
Payah. Aldo hanya akan semakin mengoceh. Sementara Gerald membekap mulut menahan tawa. Santai saja, mereka bertiga sudah menjadi kawan lama.
Sembari meminum susu coklat kotak yang ada di tangannya, Bang Aldo mulai membuka kalimat, "Iblis, coy!?"
"--Bang Aldo tampan gini nggak cocok dikata Iblis!" sambung Bang Aldo tidak terima.
Nada mencebikkan bibir, muak. "Emang mirip."
"Banget, Nad. Mukanya aja lusuh!" timpal Gerald menggelengkan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐫𝐞𝐧𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐢𝐤𝐬𝐚
Acak"Bersama untuk sebuah cita, tanpa harus terus bertengkar dengan semesta." -MangoSweet27 Jalan buntu, setelah Nada dan mas Anta ditinggalkan Ayah tak lama setelah kepergian Ibu, tanpa yakin akan bertemu kembali seperti sedia kala. "Mas Anta mau jad...