04. Separuh Awak Diri

34 7 0
                                        

04. Separuh Awak Diri

--HAPPY READING--

“Mengenai Mas Anta, yang sudah menggores diri, tapi semesta lagi-lagi mengorek nadinya sampai mengoyak hati.”
--Serenada

"Uang Nada hilang!?"

Gerald dan Bang Aldo membelalakkan mata saat Nada memekik keras di cafe kampus tempat mereka berkompromi.

"Yang benar aja, Nad! Kamu belum bayar praktek juga, 'kan!?" Bang Aldo berdiri, ia segera membantu Nada mencari-cari uang seikat tebal yang hilang itu di dalam tote bag atau tas laptop Nada.

"Beneran, Abang! Nada ingat banget sudah taruh di tote bag. Enggak ke mana-mana juga!" sahut Nada panik, masih sibuk menghambur aduk isi tasnya.

Bang Aldo mendengus sebal, mencubit lengan Nada. "Makanya, naruh duit banyak jangan sembarangan, setan! Habis tuh, diambil sama teman kamu!"

Gerald, ia sedikit menyemburkan kopi yang tengah diminum, kaget. "Teman, Bang? Siapa memang?"

"Siapa lagi, kalau bukan tu.yul. Duit kamu merah-merah, 'kan, Nad? Nah, Karena kamu setan, ya, sederajat aja sama tuyul."

Ngawur.

Nada mencebikkan bibir, bisa-bisanya Nada dianggap bersekutu dengan setan junior. "Tapi... Dari dulu uang merah Nada nggak pernah ada kronologinya diambil sama tuyul. Nada serius!"

Lengang. Mereka bertiga akhirnya saling tatap, bingung.

"Ketinggalan kali, Nad," dalih Gerald sangat yakin dengan pendapatnya. Mata Gerald juga terlihat fokus, tanda Gerald serius.

"Nggak, Rald! Nada ingat banget-banget sudah taruh sebelum berangkat tadi," tekan Nada seraya memicingkan mata.

Senyap lagi. Nada menggigit jarinya gelisah. Hari ini terakhir membayar uang praktek, Ya Tuhan.

"Kalau kamu nggak bayar, nggak bisa ikut praktek, dong!" seru Bang Aldo menakut-nakuti, membuat Nada kembali histeris sendiri. "Nada ceroboh, payah, nggak guna! Mas Anta juga jerih payah ngumpulin uang itu!" ketus Nada memukuli kepalanya. Ingat! Mas Anta memperjuangkannya berbulan-bulan.

Bang Aldo dan Gerald panik, lekas menghentikan Nada yang seenaknya memukuli dan menghukumi diri begitu saja. "Udah, Nad... Udah! Jangan kayak begini. Biar aku bayarin dulu." Gerald, itu suaranya.

Bang Aldo dan Nada mendelik kaget, SERIUSAN?

Seorang Gerald mau meminjamkan uang? Impossible!  batin Bang Aldo berpikir keras.

"Oi Egerald, yang bener, praktikum nggak sedikit," tutur Bang Aldo lagi, menurunkan kacamata multifungsinya.

"Serius, Bang, Nad. Lebih rumit lagi kalau nggak dijalanin cuma karena terhalang biaya, 'kan." Gerald tersenyum tulus, terlihat sangat meyakinkan.

Nada terdiam beberapa menit. "Tapi, yang ada malah nyusahin kamu. Pasti kamu juga butuh untuk perkuliahan kamu, tahu. Ngerepotin, biarin Nada cari solusi sendiri--"

Jari telunjuk Gerald refleks berada di tengah bibir Nada, mengatup bibir ranumnya.

"Demi Mas kamu, Nada."

Tenggelam. Kata-kata Gerald membuatnya bungkam—Hal yang selalu membuat Nada hanyut dalam tatapan teduh Gerald. Dan... Kata Masnya, membuat Nada tak bisa berkutik.

Hanya saja, rasa duka merasa tak pantas memiliki Gerald itu sangat luas.

Gerald, ia tipikal pria baik. Sementara Nada? Ah, lupakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐞𝐫𝐞𝐧𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐢𝐤𝐬𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang