Hari minggu, hari dimana pertemuan itu sudah tiba. Asya turun kebawah dengan dress berwarna hitam. Awalnya dia menolak memekai dress ini, namun sang mama tetap kekeh memaksanya.
"Cantik banget anak mama," puji sang mama melihat kecantikan anak satu-satunya hari ini. Bagaimana tidak, rambut yang dibiarkan tergerai, wajah sedikit dipoles, dan hels yang berwarna senada .
"Pasti calon kamu langsung suka," ucap papa. Asya tidak lagi membalas ucapan kedua orang tuanya, dia memikirkan bagaimana nasibnya nanti.
Melihat Asya yang hanya berdiam saja, sang mama akhirnya mengajak untuk berangkat sekarang. Didalam mobil tidak ada percakapan, hanya hening saja. Jarak restoran yang dituju dengan rumah Asya tidak jauh, hanya 15 menit saja. Sehingga mereka sudah tiba didepan restoran tersebut.
Mereka masuk kedalam, lalu duduk pada meja yang sudah dipesan. Tak lama yang ditunggu sudah tiba, terpancar wajah senang pada mereka semua.
"Kalian udah lama ya? Maaf ya kita sedikit terlambat."
"Ngga kok, jeng. Kita juga baru sampai kok." Mereka semua sudah duduk. Namun hanya orang tuanya saja yang datang, tidak dengan anaknya. Lalu kemana anaknya itu?
"Ini anaknya kamu ya jeng?
"Iya jeng. Eh Asya kenalan dulu sama tantenya," ucap Davira – mama Asya. Menegur Asya yang masih memainkan handpone.
"Iya ma," jawabnya. Asya mengangkat kepala lalu mengulurkan tangan, dan betapa terkejutnya dia dengan orang yang berada didepannya ini. Bukankah tante ini yang pernah bertabrakan dengannya waktu dimall.
"Asya tante." Menjulurkan tangannya.
"Panggil nya gausah tante, mama aja."
"Ehh- iya ma," jawab asya malu-malu.
"Anak nya mana jeng?"
"Tadi masih dijalan sih. Bentar lagi sampai kayanya."
Tidak lama yang ditunggu sudah tiba. Gilang – papa Dafka menatap dirinya marah, sedangkan Dafka hanya santai lalu ia duduk disalah satu kursi yang kosong.
"Maafkan anak saya yang terlambat," ujar Gilang tak enak.
Marcel tersenyum."Gapapa namanya juga anak muda."
Asya tidak mengindahkan suara yang berada disekitarnya, dia tetap sibuk dengan handpone nya. Hingga dirinya tidak tahu siapa yang sudah duduk didepannya itu.
"Anaknya ganteng sekali jeng," Ujar Davira menatap Dafka kagum.
"Anak kamu juga cantik jeng," balas Elina.
"Jadi udah bisa kita mulai ya acaranya. Dafka, papa rencana nya mau jodohin kamu sama anaknya teman papa, yang berada didepan kamu sekarang." Dafka sontak kaget, pasalnya Elina – mamanya tidak mengatakan itu kepadanya waktu itu.
Flashback on...
Elina berada dikamar Dafka, dia sedang menjenguk si bungsu yang sedang sakit, karena Dafka tidak mau untuk dibawa kerumah jadilah mamanya yang pergi ke apartement. Setelah beberapa jam disana Elina memberitahu Dafka mengajaknya untuk berkumpul dihari minggu nanti.
"Al mama mau bicara serius sama kamu," Ucap Elina. Dafka dirumah dipanggil dengan sebutan Al, nama panggilan kesayangan dari keluarganya.
"Hmm."
"Nanti hari minggu ikut mama sama papa ya, kita mau ketemuan sama temannya papa. Jangan pakai-pakaian yang ga bener, pakai yang sopan."
"Mau ngapain sih, ribet amat," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFKA [ON GOING]
Teen Fiction"Gimana kalo kita taruhan aja?" "Kalo kalah, lo harus jadi pacar gue." "Oke, kalo gue menang lo harus jadi babu gue". "Deal!" Keduanya.