1. kesialan Asya

135 24 33
                                    

Menjadi anak dari seorang pemilik sekolah menjadikan Dafka seenaknya untuk membuat kerusuhan disekolah. Dihukum juga bukan hal yang berat untuknya dan keempat temannya, ruang BK saja selalu jadi tempat yang langganan mereka. Bahkan semua guru sudah bosan memperingatkan mereka.

Dafka membuka mata lantaran Cahaya matahari sudah masuk kedalam kamar miliknya. Melihat kearah dinding, jam sudah menunjukkan pukul 07.30, dengan santai dia beranjak dari Kasur menuju kamar mandi.

Setelah semuanya siap Dafka langsung keluar kamar dan menutup pintu menuju lift apartemennya. Sampai dibasemant Dafka mengeluarkan sepada motor kesayangannya lalu menancapkan gas menuju sekolah.

Sampai didepan gerbang sekolah Dafka tak lupa mengeluarkan 3 lembar uang berwarna merah kepada pak Mamat selaku penjaga sekolah, Dafka memang selalu menyogok pak Mamat Ketika dia terlambat. Pintu gerbang sudah terbuka Dafka langsung saja memarkirkan motornya diparkiran milik siswa.

Bu Tuti kini sudah ada dibelakangnya selaku guru BK yang selalu berkeliling sekolah. "BAGUS YA KAMU, DAFKA!" berteriak sambil melipatkan kedua tangannya didada.

"Ada apa bu?" tanya Dafka dengan santai.

"Kamu ga punya jam ya dirumah, kamu ga lihat apa ini udah pukul berapa ?"

"Yaelah bu, baru juga pukul 08.00 masih pagi ini," melihat jam dipergelangan tangan.

"Lagian kalo dihukum, hukumannya palingan itu itu aja," tambahnya.

Kesabaran Bu Tuti memang selalu diuji Ketika berhadapan dengan Dafka cowok paling nakal disekolah itu. Dafka kini sudah menjalankan hukuman yang diberikan oleh Bu Tuti dia mendapat hukuman disuruh keliling lapangan sebanyak 15 kali.

Diputaran ketujuh Dafka sudah berhenti karena cuaca panas semakin terik, Dafka memang tidak pernah selesai dalam menjalankan hukuman kini dia meninggalkan lapangan dan beranjak menuju kantin membeli makanan.

*

Bersama ketiga temannya Audie, Kaila, dan juga Raina, Asya keluar kelas menuju kantin mengisi perut yang sudah berbunyi. Sampai dikantin mereka menuju meja yang kosong.

"Kalian mau pesan apa, biar gue aja yang pesen sama Raina," Asya menanyakan Audie dan Kaila.

"Samain aja sama kalian berdua," Audie menjawab.

Tak butuh waktu lama kini keduanya sudah membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Ketika mereka sedang asik makan tiba tiba Asya dikejutkan dengan sosok Dafka yang selalu mengganggunya sudah berada disampingnya.

Dafka mendekat, ia menatap asya dari samping. "Ada apa?" Asya melirik Dafka sekilas.

"Mau gabung boleh ga?"

"Gak!" tukas asya.

"Yaudah, gue juga ga bakal pergi," ucapnya sambil meminum es Asya yang masih utuh.

Melihat itu Asya semakin dibuat menggeram dengan kelakuan Dafka.

Tak mau beradu mulut Asya mengajak ketiga temannya untuk meninggalkan kantin.

"Kayanya Dafka suka sama lo deh Sya," celetuk Kaila disela-sela perjalanan mereka.

"Ngaco! Siapa juga yang mau sama itu anak," gerutu Asya.

"Jodoh ga ada yang tau lo Sya," timpal Audie.

Tak mau menggubris ucapan Audie, Asya berjalan lebih dulu mendahului ketiga temannya untuk menuju kelas.

Asya menguap lebar lantaran telingannya terasa panas mendengarkan Pak Yono menjelaskan didepan. "Kamu denger Bapak nggak, Asya?" Tanya Pak Yono yang melihat Asya menguap.

"Enghh- apa Pak," tanyanya sedikit gelagapan.

"Bapak udah capek jelasin didepan kamu malah enak tidur, sekarang kamu keluar Pelajaran saya bersihin wc siswa yang didekat parkiran," perintah pak Yono.

"Ini saya cuma sendiri gitu Pak?" tanya Asya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kan kamu sendiri yang tidur," sindirnya.

Asya menghembuskan napasnya, dengan rasa malas dia keluar kelas sendirian melewati Lorong sekolah. Tak! Suara bola mengenai dirinya tepat dimukanya.

"Siapa sih," gerutunya sambil memegang bola.

Dafka berjalan mendekati ingin mengambil bola yang berada ditangan Asya.

"OH JADI LO YANG LEMPAR BOLA INI!" bentaknya.

"MAU LO APASIH ,DAFKA!" lanjutnya.

"Gue ga sengaja Asya beneran," tuturnya. Dafka sedikit panik Ketika melihat darah keluar dari bibir Asya. Dia maju satu Langkah memegang bibir Asya.

"Sorry!" ucap Dafka lagi lalu meraih tangan gadis itu membawanya pergi ke UKS untuk diobati.

Perempuan itu duduk ditepi brankar menunggu Dafka mengambil obat merah dan kapas. Dengan hati hati Dafka mengoleskan obatnya kebibir Asya.

Asya meringis menahan perih. Dafka meniup pelan luka itu sampai kering lalu....

Cup!

Dafka mencium bibir Asya, sontak langsung mendapat pukulan dari Asya.

"Biar lo cepat sembuh," celetuk Dafka sedikit tertawa melihat Asya yang sudah kesal padanya.

"Gila!" ucapnya lalu melenggang pergi meninggalkan Dafka sendirian di UKS.

Dafka yang ditinggal, tertawa sendiri didalam uks. Dia memang sangat senang menjahili Asya, karena menurutnya wajah Asya sangat imut, apalagi ketika dia marah kepada dirinya.

*

Asya sudah Kembali kekelas jam Pelajaran sudah berganti, dirinya tidak jadi menjalankan hukuman yang diberikan Pak Yono, karena ulah si Dafka.

"Udah beres sya?" tanya Kaila.

"Eh itu bibir lo kenapa Sya," celetuk Audie.

"Ga jadi, gara-gara Dafka gue kena bola basket yang di lemparnya," gerutunya.

"Terus itu lukanya udah diobatin belum?" tanya Raina.

"Udah, gue dibawa sama dia ke UKS diobatin, mana pake cium bibir gue lagi," cibir Asya, lalu menceritakan semuanya kepada temannya dengan nada sedikit kesal.

"Apa!" kaget mereka barengan.

"Kayanya beneran deh Sya Dafka suka sama lo," sela Raina.

"Tau ah, bodo amat." Meninggalkan temannya.

Asya berniat untuk pergi ke rooftop mencari angin dan menenangkan pikiran, menaiki satu persatu anak tangga hingga kini lagi dan lagi dia dipertemukan dengan sosok Dafka yang selalu mengganggu hidupnya dirooftop. Setelah dari uks dafka memang tidak masuk kelas, dia pergi ke rooftop untuk membolos Pelajaran selanjutnya.

"KENAPA SIH HARUS LO LAGI," gumam Asya kesal.

Senyum laki laki itu mengembang sambil memegang satu puntung rokok ditangannya. "Kayanya kita jodoh deh Sya," cetus Dafka.

"Ngaco!" jawab Asya. Dafka berdiri, berjalan mendekati Asya lalu menarik tangannya untuk duduk disampingnya. 

Asya tidak membantah, dia duduk disamping dafka. "Sejak kapan lo ngerokok?" tanya Asya.

"Udah lama, kenapa?" lalu mengubah posisinya menghadap ke Asya.

"Gapapa," jawabnya. Dafka langsung membuang puntung rokok yang ditangannya.

"Kenapa mau ngerokok ?" tanya gadis itu lagi, dia merasa belum puas dengan jawaban dafka.

"Mau aja," sahut Dafka seadanya.

"Jangan sering ngerokok, bahaya buat Kesehatan lo," ujar Asya sedikit menasehati.

"jadi ini lo khawatir gitu maksudnya sama gue," dengan nada yang menggoda.

"Gue cuma ingatin lo aja, jangan pede," gerutu Asya.

"Khawatir juga gapapa sya, gue juga bukan perokok aktif cuma kalo lagi suntuk aja," jawab Dafka berbohong.

Asya hanya menganggukan kepala saja tak menjawab lagi. Kini keduanya menikmati angin dirooftop itu hingga bel pulang sekolah berbunyi.


BERSAMBUNG.

DAFKA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang