Hari sudah berganti menjadi senin. Hari yang sangat dibenci oleh anak SMA Harapan Bangsa. Bagaimana tidak, karena mereka semua harus berdiri lama dibawah teriknya sinar matahari untuk mengikuti upacara bendera.
Semangat Dafka untuk berulah tidak ada habisnya, pasalnya kini dia ada dibarisan yang terpisah pada temannya. Bersiap saja dirinya akan mendengarkan tausiah bu Tuti lagi.
Dafka dapat melihat semua temannya yang hendak tertawa melihat dia yang berada pada barisan terpisah. Sama hal nya dengan teman Asya, mereka melihat Dafka yang berada didepan, sontak saja mereka langsung menyenggol lengan Asya.
"Pacar lo, noh." Ucap kaila yang menunjuk kearah Dafka.
"Ngga ada ya! Ingat Cuma TARUHAN," jawab dirinya penuh penekanan.
"Tuh, dia liatin lo."
"Biarin!"
Tak lama setelahnya, upacara sudah selesai. Semua murid sudah bubar, tiba tiba Angel datang menghampiri Dafka yang dijemur serta membawakan satu botol air mineral. Dafka tak menolaknya sama sekali, kini dirinya benar benar merasa haus, hal itu membuat Angel merasa senang.
Asya turun ke lantai satu, untuk pergi ke perpustakaan. Tanpa disengaja dirinya melihat Dafka dan Angel berduaan dilapangan."Apasih, ingat lo ga boleh cemburu. Cuma taruhan Asya." Batin dirinya. Lalu melanjutkan perjalanannya.
Dafka kini sudah bersama bu Tuti didepan. "Kamu lagi, kamu lagi. Hampir setiap hari ibu selalu berhadapan dengan kamu," gerutu bu Tuti.
"Ibu lagi, ibu lagi. Saya juga bosan bu, berhadapan dengan ibu setiap hari," jawabnya dengan enteng.
"Kamu pikir ibu juga ga bosan apa?" kesabaran bu Tuti benar benar diuji.
"Ngga, buktinya ibu selalu mau ketemu saya setiap hari."
Kali ini bu tuti sudah benar benar pusing menghadapi murid satu ini.
"Hormat dibawah tiang bendera sampai jam istirahat, sekarang!" Titah bu Tuti.
Dafka pun terpaksa menuruti, lalu berjalan menuju tiang bendera yang tidak jauh darinya kemudian membuang tasnya sembarangan.
Asya sudah keluar dari perpustakaan, dia dapat melihat sosok Dafka dari kejauhan yang berada di bawah tiang bendera. Berjalan menyusuri lorong, hingga mata elang Dafka menangkap sosok gadis yang tak asing bagi dirinya.
"Hei, bu ketu," teriak Dafka. Asya terus berjalan, tidak mengindahkan teriakan Dafka. Sampai pada akhirnya, ia merasakan tangannya dicekal oleh sesorang. Dia berhenti, lalu menatap sosok Dafka seolah bertanya kenapa.
"Kenapa ga dijawab," tanyanya.
"Nama gue kan Asya, bukan bu ketu," jawabnya dengan santai.
"Ingat, lo udah jadi pacar gue! Pacar Dafka Alaric Alvarendra ketua geng Blackhorse," ucap Dafka.
"Cuma TARUHAN!" gumamnya. Dafka tidak lagi menjawab, dia langsung menarik tangan Asya ke arah kantin sekolah. Setelah sampai dikantin, terlihat suasana masih sangat sepi, karena masih jam Pelajaran. Mereka berdua duduk dibangku yang ada di pojok kanan. Tempat yang biasa Dafka tempati bersama temannya.
Dafka sudah memesan dua porsi bakso, dan dua es teh manis. Setelah pesanan datang, mereka menikmati hidangan dengan tenang.
*
Jam Pelajaran ke dua sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Kali ini kelas 11 IPS 2 tengah menjalani Pelajaran matematika. Dafka dan ke empat temannya sudah bosan dengan apa yang diterangkan oleh bu Wati.
"Bu, saya ke wc bentar ya," izin Kenzie. Tanpa menunggu persetujuan bu Wati, Kenzie sudah berjalan terlebih dahulu.
"Jangan jangan itu anak mau bolos," celetuk Raga pada Nadeo, yang duduk satu meja dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFKA [ON GOING]
Roman pour Adolescents"Gimana kalo kita taruhan aja?" "Kalo kalah, lo harus jadi pacar gue." "Oke, kalo gue menang lo harus jadi babu gue". "Deal!" Keduanya.