Nara mendengar suara pintu yang dibuka dari luar. Dia bergegas turun dari kamar dan menyambut kedatangan Tante Trisa dengan senyum cerah.
"Tante, tumben pulang gak terlalu malam."
Tante Trisha hanya melirik sekilas, berjalan menuju dapur setelah meletakkan tas di atas meja makan, mengambil segelas air dan meneguknya dalam beberapa tegukan.
"Udah makan malam? Mau makan malam bareng aku?"
"Gak perlu, saya sudah makan diluar."
"Oh oke." Nara tersenyum kecil. "Lain kali kita makan malam bareng ya."
"Besok sekolah?" Tante Trisa mengalihkan pertanyaan. "Jangan terlalu lama absen, nanti tertinggal pelajaran."
"Iya." Nara mengangguk. "Istirahatnya sehari aja kok."
"Ya sudah, sana masuk kamar."
"Selamat istirahat, tante."
"Ya."
Begitu saja.
Hati Nara kian sesak membayangkan seberapa jauh jaraknya dengan Tante Trisa.
"Besok pagi jadwal tante padat?"
"Kenapa?" Trisa mengangkat sebelah alisnya.
Nara menggeleng. "Nanya aja."
"Tidak usah pedulikan jadwal saya, fokus saja pada sekolahmu."
Lagi, Nara hanya dapat meneguk salivanya kasar. "Ma," cicit Nara, berharap tidak di dengar oleh Tante Trisa namun ternyata salah besar.
Mata Tante Trisa langsung memicing tidak suka, dia menggulung lengan kemeja sampai ke siku. "Jangan berani sebut saya dengan panggilan itu."
Nara tersenyum sedih. Sampai kapan? Apakah benar selamanya akan seperti ini?
"Maaf."
"Jangan bersikap lembek begini, Nara."
Selalu saja berakhir seperti ini. Setiap kali Nara berusaha menggapai sisi Tante Trisa yang begitu gelap, dia akan selalu dihempas jauh ke dasar.
"Sekali aja gak boleh?"
"Sampai kapanpun saya gak sudi kamu panggil begitu."
"Terus kenapa Tante mau hidup sama aku? Kenapa Tante gak suruh Papa rawat aku?"
Tante Trisa memijat pangkal hidungnya. "Saya gak mau membahas ini, basi sekali percakapan yang tidak penting."
"Penting." Kedua tangan Nara mengepal. "Sejak kecil aku gak pernah bisa panggil Tante dengan sebutan Mama, semua orang tahu aku cuma keponakan Tante, gak ada yang tahu kalau aku masih punya Mama, gak ada yang perna tahu."
"Terus? Dengan kamu merengek seperti itu akan merubah apa?"
Nara bingung. Kenapa Tante Trisa sebegitu enggan mengakuinya sebagai anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKepada langit yang dititipkan riuh oleh laut. ... Nara itu berisik. Suka ngomong tidak jelas. Tidak bisa diam. Juga sering bertingkah aneh dengan pantunnya yang kelewat cringe. Sedangkan Langit tidak suka hal-hal merepotkan. Langit dan Nara bagaikan...