Seanara: tante hari ini nara gak sekolah
Seanara: sakit
read.
Nara menatap layar ponselnya yang masih menyala, menantikan balasan dari Tante Trisa meski hanya sebuah pesan singkat namun ternyata nihil. "Lagi sibuk kali ya?"
Ia memperhatikan keadaan kamarnya yang sepi, matanya terpaku pada tumpukan sertifikat olimpiade dan banyaknya medali terpajang di sebuah lemari khusus pemberian Papa.
Harus sejauh apa lagi jalan yang ditempuh Nara agar mendapat pengakuan?
Sejak kecil Nara hidup berdua dengan Tante Trisa, Papa sudah meninggalkan Nara dan memilih hidup dengan orang pilihan yang katanya lebih tepat.
Satu-satunya harapan yang bisa Nara gantungkan adalah Tante Trisa.
drrt drrt
Tante Trisa: jgn lupa minta tugas pengganti.
Tante Trisa: ya.
Nara tersenyum kecil. Senyum yang amat dipaksakan dan terasa menyesakkan.
Bisa tidak ... sehari saja Tante melihat Nara sebagai anak yang butuh diberikan kasih sayang?
Karena entah pada siapa Nara bermanja seperti ini jika bukan pada Tante Trisa.
"ADUH NGAPAIN MELLOW GINI JIR?????? GUE JAGOAN! JAGOAN GAK NANGIS!" Nara mengepalkan tangan, mencoba menyemangati diri sendiri ditengah kesedihannya. "Ya elahhhh cuma gini doang harusnya lo terbiasa Nara!"
Tawa Nara berubah sumbang, meskipun berkali kali menguarkan hati ia tetap merasakan sakit yang tak terdefinisi di suatu tempat dalam lubuk hatinya.
Seanara: jangan pulang malam yaa
Seanara: Nara pengen makan malam bareng sama tante
Tante Trisa: saya sibuk.
Meski begitu mengapa Nara selalu mengemis kasih sayang?
Walau tahu akan sakitnya penolakan, kenapa ia masih terus berharap suatu saat Tante Trisa akan berubah mencintainya seperti yang Tante Kinan lakukan kepada dua anaknya?
Seanara: jaga kesehatan tante, i love you <3
Kenapa Nara tidak dicintai?
Apakah karena ia lahir dari kesalahan?
Bagaimana ya ... rasanya dicintai itu.
Sudahlah. Daripada sibuk memikirkan hal yang tidak mungkin bisa ia dapat, lebih baik tidur saja saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fiksi RemajaKepada langit yang dititipkan riuh oleh laut. ... Nara itu berisik. Suka ngomong tidak jelas. Tidak bisa diam. Juga sering bertingkah aneh dengan pantunnya yang kelewat cringe. Sedangkan Langit tidak suka hal-hal merepotkan. Langit dan Nara bagaikan...