Kingdom || 2

341 248 139
                                    


Orang yang sama berada disituasi yang berbeda. Lantas bagaimana caranya agar aku bisa menyikapinya. Dengan cinta dan ketulusan yang sudah ada, ataukah dengan ujaran kebencian terhadap sifat yang telah berbeda?
~Elle~

***

Matahari seakan bersembunyi di balik awan kelabu. Salju turun dengan lebat di luar, membentuk selimut putih tebal yang membungkus seluruh kerajaan. Hanya suara angin yang berhembus kencang menemani kesunyian pagi.

Di dalam kamar yang hangat, seorang gadis terbaring lemah di atas ranjang berukir. Demam tinggi membuat tubuhnya terasa remuk, dan batuk-batuk kecil menggores tenggorokannya. Dari jendela kamarnya, ia bisa melihat pepohonan di taman kerajaan yang kini diselimuti salju.

Elle menghela napas panjang. Bagaimana bisa ia tiba-tiba terbangun di tubuh seorang putri kerajaan? Seorang putri yang hidup di abad pertengahan, di dunia yang sangat berbeda dari dunianya.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Seorang pelayan wanita dengan tatapan lembut memasuki ruangan, membawa nampan berisi semangkuk sup hangat dan sebotol obat. "Maafkan aku, Tuan Putri, mengganggu istirahatmu," ucap pelayan itu dengan suara lembut.

"Dokter menyarankan agar Tuan Putri meminum obat ini." Elle tidak merespon, tetap diam, bergelut dengan pikirannya.

"Tuan Putri?"

"Terima kasih. Letakkan saja di sana," ucapnya.

Bukan meletakkannya, pelayan itu malah mendekati sang putri. Dengan senyuman hangat, ia berucap, "Tuan Putri, mari saya bantu untuk makan dan minum obat. Tuan Putri harus cepat sembuh, itulah yang dikatakan Raja."

"Tolong letakkan saja." tegas Elle tanpa mau melirik sedikitpun.

Pikirannya sedang kacau, berantakan. Elle tidak tahu harus bagaimana, agar dirinya bisa keluar dari masa ini. Wajah Dean dan Bibi Melly hadir pada mimpinya tadi malam. Tak dapat dipungkiri, bahwa dia sedang merindungan mereka.

Sang pelayan menundukkan kepalanya, memberi hormat. "Maafkan hamba, Tuan Putri, telah lancang menentang peritah. Mungkin Tuan Putri sedang membutuhkan waktu untuk sendiri. Hamba permisi."

...


Hari demi hari berlalu, Elle jalani di kehidupan yang tidak dia kenali. Dia mencoba beradaptasi dengan semua hal-hal baru. Dari cara berpakaian, cara bersikap, dan masih banyak lagi. Kemudian dia sadar, dan nenemukan sebuah fakta tentang tempat ini. Bahwa dia sedang berada di abad pertengahan, yaitu abad di mana belum ada teknologi modern seperti abad 21.

Entah kesialan atau keberuntungan yang dia dapatkan. Sebab di abad ini, dia menjadi Putri kerajaan yang sangat dihormati dan disayangi oleh semua kalangan.

Malam ini, di atas langit itu, terdapat bulan yang bersinar terang. Bulan purnama yang sangat indah, beserta bintang yang bertabur di sekelilingnya.

Senyum mengembang di wajahnya, senyuman yang manis tapi tidak dengan matanya yang menyiratkan kesedihan. Elle duduk di atas ayunan besar yang terbuat dari kayu, beserta hiasan daun yang merambat di sisi-sisi ayunan tersebut. Di depan sana terdapat kolam ikan yang cantik beserta air mancur yang ada di tengah.

Hari ini, di istana kerajaan Theodore akan diadakan pesta makan malam bersama kerajaan Wiston. Sehingga banyak sekali pelayan yang disibukkan oleh jamuan makan malam ini.

Elle mendongak ke atas dan melihat langit yang begitu indah. Dia mengadahkan tangannya dan melihat telapak tangannya yang terkena cahaya dari sinar bulan.

"Dua minggu ... kenapa itu berlalu begitu cepat. Apakah aku tidak akan pernah melihat wajahmu lagi, Dean? Bibi Melly, apakah aku tidak akan pernah lagi mendengar suara mu yang sering kali memarahi dirku? Aku ingin kembali." Elle menundukkan wajahnya.

Suara langkah kaki mendekat ke arah nya. Elle mendongak dan melihat siapa yang sedang berdiri di depannya.

Tubuh tegap dan atletis tersaji di depan matanya. Seorang lelaki gagah dengan pakaian rapi bak Ksatria, memberikan hormat kepada Elle. Elle terdiam, sejenak bulir air mata jatuh dan luruh melewati pipi.

Elle berdiri dari duduknya, mendekat ke arah lelaki itu. Dia menyentuh ke dua pipi sang lelaki tersebut, dan menatapnya intens. Lelaki itu terkejut dengan perilaku Tuan Putri, ia pun dengan cepat membuang mukanya ke samping.

"Ap-" ucapan lelaki itu pun terhenti karena merasakan pelukan erat yang ia dapatkan.
Elle memeluk tubuh lelaki itu dengan sangat erat, bahkan dia bisa merasakan detak jantung lelaki itu yang berdetak dua kali lebih cepat.

"Dean ...."

Sepertinya tuhan sudah mengabulkan salah satu doa Elle. Lelaki yang sedang di peluk oleh Elle memanglah memiliki bentuk paras dan tubuh seperti Dean. Akhirnya Dean ada di sini.

"Apa yang Tuan Putri lakukan?! Maafkan hamba karena berani menyentuh Tuan Putri," ujar lelaki itu sambil menjauh melepaskan pelukan Elle. Ia kemudian bersujud sopan di hadapan Elle.

Tangannya luruh begitu saja, setelah mendengar ucapan Dean, sang Kesatria. Elle perlahan teduduk jatuh ke tanah. "Tidak. Dean, kamu tidak perlu berlutut!" racau Elle.

Dean tetap menundukkan kepalanya, takut dengan Tuan Putri yang tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Ia bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Setelah Tuan Putri bangun dari komanya, dia menjadi sedikit aneh.

Elle menyeret kedua kakinya mendekat ke arah Dean. Dia mengangkat wajah Dean, agar bisa menatap matanya.

Dean bisa melihat kalau kedua mata Tuan Putri menyiratkan kesedihan dan luka. Tapi jujur, ia tidak tahu apa pun mengenai hal ini. Tapi entah kenapa, ia sedikit merasakan perasaan yang aneh. Bukan cinta atau kasih sayang yang ada di film-film, melainkan rasa kasihan terhadap keadaan yang sedang dihadapi Tuan Putri. Ia berfikir, apakah Tuan Putri baru saja kehilangan orang yang dia sayang.

"Dean ... sekarang katakan kepadaku dengan jujur. Apakah kamu mencintaiku?"

Dengan perlahan lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Hamba mencintai Tuan Putri sebagai bangsawan yang baik hati."

Elle perlahan mendekatkan wajahnya dan mengikis jarak antar keduanya. Dengan nada miris dan rendah, dia berbicara. "Apakah hanya itu? Apakah itu bukan cinta seorang pria kepada wanitanya?"

"Tidak."

Elle tersenyum miris. Dadanya sangat berat untuk bernapas. Sesekali isakan tangis keluar dari mulutnya.

"Baiklah," Elle menghapus air matanya, "mungkin aku yang sudah salah menilai."

CASTLE : Unwanted Dreams [Revisi Part]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang