Kingdom || 3

226 192 33
                                    

Kenapa disaat kita sudah nyaman di dunia yang kita punya. Tiba-tiba dunia itu hilang tanpa aba-aba. Aku tidak nyangka kalau aku harus mulai dari awal, melangkah meninggalkannya dengan penuh sesal.

~Elle

***


"Oh, haha ... Baiklah, lalu siapakah dirimu?" Elle sedikit menjauhkan tubuhnya dan mencari posisi duduk yang pas.

"Hamba adalah panglima perang kerajaan Wiston. Hamba ke sini, karena sedang mengawal Putra Mahkota dan anggota keluarga kerajaan yang akan melaksanakan makan malam."

"Apakah kamu tau? Kalau dunia ini buk-"

"Adikku, mengapa Kau ada di sini bersama pengawal ini? Apakah kalian ada hubungan spesial?" ucap Luciana yang tiba-tiba datang. Elle dengan sigap berdiri dan kemudian diikuti Dean.

Dean menunduk sopan. "Maafkan hamba Tuan Putri Luciana. Hamba tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuan Putri Elle. Kami hanya membicarakan sesuatu." Hati kecil Elle sedikit tersentil karena mendengar pernyataan Dean.

Luciana tersenyum lembut, senyuman yang bisa menghipnotis siapa pun yang melihatnya. "Lalu kenapa kalian berbicara dengan cara duduk di rumput? Seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati kebersamaannya."

"Hamba hanyalah rakyat rendahan yang tidak pantas menjalin hubungan dengan Bangsawan."

"Kau sudah belajar banyak materi. Dan kau sungguh pintar memahaminya. Bagaimana dengan dirimu, adikku? Apakah Kau tidak kasihan kepada anggota kerajaan yang sudah menunggumu sedari tadi?!" Luciana.

"Ha? Mengapa mereka menungguku?" bingung Elle.

Luciana mendekat, dan kemudian mengelus pipi Elle dengan perlahan. "Apakah kehilangan ingatan juga menghilangkan etikamu? Waktunya makan malam, aku kasihan melihat mereka yang menunggumu, jadi aku mencari dirimu."

Astaga Elle, apakah Kau bisa melupakan hal penting seperti ini. Pasti di sana banyak bangsawan yang menunggu dirimu. "Baiklah, maafkan aku sudah merepotkan dirimu." Kemudian Luciana dan Elle pun pergi dari tempat itu.

Dean memegang dadanya dan merasakan jantungnya sedikit aneh. Ia menatap kepergian Elle yang semakin menjauh. "Apa ini? Ada apa dengan jantungku? Hah, sepertinya aku perlu berobat, ada yang salah di sini," monolognya.

___

Pintu besar yang berlapiskan emas, tersaji di depan matanya. Elle pun menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Dia mencoba santai dengan keadaan ini. Elle berfikir, pasti setelah ini dia akan dimarahi habis-habisan karena tidak tepat waktu.

Pengawal membuka pintu tersebut. Elle pun masuk ke dalam ruangan itu, ruangan yang sangat besar dan megah. Langkah kaki Elle terhenti ketika mendapati banyak orang yang sedang menatapnya dengan intens.

"Apa aku akan mati di sini?"

Elle tersenyum canggung, dan menundukkan kepalanya memberi hormat kepada semua orang yang ada di sana. Semua orang terdiam, hingga akhirnya ada seorang pria paruh baya angkat bicara.

"Apa yang Kau lalukan Anakku? Kemari lah."
Suaranya lembut dengan nada santai. Elle heran, kenapa mereka tidak marah. Bahkan tadi Luciana marah kepada dirinya, tidak mungkin kalau mereka tidak marah.

Kemudian Elle berjalan menuju ke arah pria tersebut. Pria itu memakai jubah yang sangat mewah yang terbuat dari emas dan jangan lupakan dengan mahkota yang terpasang di atas kepalanya.

"Apakah pria ini adalah Raja dari kerajaan Wiston?"

"Aku minta maaf, karena telah mengecewakan kalian. Tapi terimakasih atas kesabaran kalian karena sudah menungguku," ucap Elle.

Pria paruh baya itu berdiri dan mengelus rambut Elle. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak Anakku, seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu, sebab tidak bisa menjenguk saat dirimu sakit."

Elle bingung, mengapa orang ini menyebut dirinya dengan sebutan 'Anakku'. Bukannya Elle adalah putri dari keluarga kerajaan Theodore.

"Putriku, Ia adalah Raja William, yaitu Raja dari kerajaan Wiston. Ia sudah menganggap dirimu seperti anaknya sendiri," tutur ayah yang seolah tau dengan pemikiranku.

"Ah iya. Maaf aku tidak tau," jawab Elle.

"Kemari, duduklah di dekat putraku Eden," ucap Raja William sambil mengarahkan Elle ke tempat duduknya.

Elle pun menuruti perintah dari Raja William. Setelah itu mereka makan bersama dengan tenang.

Elle melihat ke samping kirinya yang terdapat putra Raja William yang bernama Eden. Entah kebetulan atau di rencanakan, saat Elle melihat ke samping, Eden pun juga balik menatapnya. Eden mengangkat satu alisnya sambil tersenyum.

Elle tidak paham dengan kode wajah dari Eden. Dia pun hanya menatap Eden dengan heran. Tanpa mereka sadari, ternyata semua orang yang di sana sedang memperhatikan tingkah lucu mereka.

"Hei, kenapa kalian sangat lucu? Hahaha ...," cetus Gerald, kakak lelaki Elle. Semua orang pun kemudian tertawa melihat tingkah lucu mereka.

"Apakah Kau juga melupakan diriku, Putri Elle?" tanya Eden. Dengan senyum canggung, Elle perlahan mengangguk.

"Hah, Baiklah. Aku adalah Eden, teman masa kecilmu. Aku sedih, karena kamu mengalami hal yang tak terduga, sampai membuatmu hilang ingatan."

Jujur, Elle tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia juga tidak tahu kehidupan apa ini. Bisa-bisanya dia tersesat di masa ini.

"Itu benar putriku. Eden adalah temanmu sedari kecil. Bahkan ibu masih ingat, kalian selalu bermain bersama di taman kerajaan sampai lupa waktu untuk mandi," celetuk Ardelle.

"Apakah itu benar ibu? Sepertinya masa itu benar-benar menyenangkan. Maafkan aku telah melupakan semuanya."

"Tidak. Ini semua terjadi karena kecelakaan," Eden. Elle mengangguk.

"Oh iya, Anakku. Apakah Kau sudah menyetujui tawaranku?" tanya Raja William tiba-tiba.

"Tawaran? Aku tidak paham dengan perkataan Raja," jawab Elle.

Raja William mengarahkan pandangannya ke arah Raja Edward. Raja Edward pun membalasnya dengan terkekeh kecil.

"Aku belum sempat membicarakan itu bersama Putriku," Raja Edward.

"Apa yang ingin Ayah bicarakan kepadaku?" tanya Elle.

Raja Edward menarik napas panjang dan kemudian membuangnya dengan perlahan. Ia mulai tersenyum. "Sebenarnya ayah dan Raja William sedang merencanakan pernikahanmu dengan Eden."

Belum sempat Elle menjawab, Luciana langsung menyelanya. "Ayah, apa yang ayah katakan?! Kenapa ayah tidak memberitahukan kepada kita sebelumnya?!"

"Luciana ... kenapa Kau sangat marah? Wajar jika Raja Edward tidak memberitahukan kepada kalian, sebab kondisi Elle yang sedang sakit. Oleh karena itu, tujuan makan malam ini direncanakan." balas Raja William.

"Sial!Bisa-bisanya Elle merebut Eden dariku! Eden itu milikku!"  batin Luciana. Luciana terpaksa menahan emosinya.

"Benarkah itu Edward? Kalau itu memang benar, aku sangat setuju," Ardelle.

"Iya ibu aku juga sangat setuju. Eden dan Elle sangat cocok, mereka berdua pasti akan bahagia," sahut Gerald.

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan dirimu, Putriku? Apakah Kau setuju, jika menikah dengan Eden?" tanya Raja Edward.

"Apalagi ini tuhan? Kau sudah mengirimku ke masa ini, lalu apa ini? Aku dijodohkan? Aghh! Aku benar-benar sudah terjebak di tempat ini!"  batin Elle frustasi.

CASTLE : Unwanted Dreams [Revisi Part]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang