Chapter 20 : Kabar Baik

38 5 1
                                    

Ruangan serba putih dengan suara alat bantu pernapasan dan elektrokardiograf mengiringi waktu yang terus berlalu, Sukuna yang lengkap dengan pakaian khusus untuk mengunjungi Yuuji di ruang ICU, hanya bisa bergeming di balik masker biru yang menutupi separuh wajahnya. Manik birunya hanya menatap sendu wanita yang terbaring lemah dengan wajah yang berangsur membaik dari sebelumnya. Ini sudah sangat malam, tapi Sukuna tetap terjaga menunggu Yuuji di samping, sembari mengelus tangan wanita itu, dan sesekali mengajaknya berbicara.

"Itadori-san,  Saya ..." menarik napasnya sempat tersendat, entahlah dia ingin menangis  melihat keadaan Yuuji seperti ini. Rasa tidak percaya masih menyelimuti pikirannya, andai dia tidak datang terlambat, mungkin kejadian ini tidak menimpa Yuuji, "Maaf, Saya sangat men—"

"Ryo ... san"

Terdengar lirih dari bibir yang pucat bergerak lemah, Sukuna hanya menatap Yuuji tidak percaya, perasaannya membuncah saat melihat  kelopak mata yang pucat itu perlahan menampakan berlian cokelat terangnya yang kosong. "Itadori-san ..." bisik Sukuna berharap Yuuji merespon panggilanya. Namun, kening Yuuji berkerut dengan air mata mengganak di pelepuk mata bersamaan dengan isak yang lolos begitu saja dari bibir pucatnya,"Tolong ... " racaunya semakin terisak dengan napas mulai tersendat.

 "Itadori-san ..." entah apa yang bisa Sukuna lakukan sekarang, dia hanya berusaha menenangkan Yuuji yang terus meracau dengan merengkuh tubuh yang terbaring lemah itu sembari berbisik, "Saya di sini bersama Anda, Itadori-san. Anda sudah aman," Bukannya bertambah baik dan tenang, Yuuji semakin menangis sesenggukan, itu membuat Sukuna tanpa sadar menebarkan feromonya berharap menenang Yuuji.

"Ryoumen-san, " bisik Yuuji disela tangisnya.

"Iya ini saya, apa yang anda pikirkan Itadori-san? Anda sekarang sudah aman," Sukuna melepaskan rengkuhanya dan menatap wajah Yuuji yang basah dengan air mata. Perlahan Sukuna mengusap sembari membisikan kata-kata penenang,"anda sekarang aman Itadori-san, anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun."

Yuuji mengerjap, dan berusaha mengendalikan dirinya, suara berat dan feromon milik Sukuna cukup membuat perasaanya berangsur membaik, walaupun rasa sakit, jijik dan takut itu masih dirasakan di sekujur tubuhnya. 

"Ryoumen-san, apa itu ... " ujarnya sedikit berbisik menangkap samar bayangan seorang pria yang membelakangi cahaya.

"Ada apa Itadori-san?" tanya Sukuna,  wajahnya menegang saat jemari Yuuji hampir menyentuh pipi kanannya.

"Ini ... anda, kan?" Yuuji berusaha menyakinkan dirinya dengan meraba wajah yang bersiluet hitam. "Ryoumen-san" bisiknya saat tangan besar itu memegang tangannya sampai suara pintu terbuka mengitrupsinya. 

Cepat-cepat Yuuji menarik tangannya dan reaksi itu membuat Sukuna juga langsung menegakan tubuhnya. Shoko berjalan cepat menuju bangsal Yuuji bersama beberapa perawat yang akan memeriksa setiap alat bantu yang terpasang ditubuh Yuuji.

"Bagaimana perasaanmu Yuuji?" tanya Shoko setelah memeriksa catatan dari perawat yang bersamanya.

"Saya tidak bisa menjelaskanya, Ieri-san," Yuuji mengatakanya sedikit meringis, tentu saja rasa nyeri dan ngilu dengan beberapa denyar yang dia yakini itu adalah luka yang telah dioperasi dan dijahit, bisa dia rasakan saling bergesekan saat bergerak dan berbicara.

Shoko mengangguk dan memaklumi, "Keadaanmu sudah mulai stabil, dan  sampai besok keadaanmu tetap stabil dan semakin membaik, kemungkinan kamu bisa dipindah ke ruangan rawat inap." 

Yuuji mengangguk mendengar penjelasan Shoko, "Irei-san, Apa wajar saya melihat siluet beberapa wajah orang? Apa ini karena efek samping saya baru siuman? "

Pertanyaan itu membuat Shoko terkejut sembari menatap Sukuna yang masih diam berdiri di dekat pojok bangsal Yuuji.

"Itadori-san sempat mengatakannya kepada saya tadi, dia melihat wajah seorang pria," terang Sukuna meyakinkan, dia sendiri berharap ada kabar baik datang lagi dari pemeriksaan Yuuji.

"Lebih baik aku periksa dulu," Shoko mengeluarkan senter kecil dari sakunya dan menyoroti tepat di mata Yuuji secara bergantian. Dia melihat respon dari pupil Yuuji yang mengecil saat dia memeriksanya. "Aku perlu mendiskusikan ini dengan dokter spesialis mata."

"Apa ada kemungkinan Itadori-san sembuh dari kebutaanya?"

"Kemungkinan bisa, tapi peluangnya akan lebih besar kalau Yuuji operasi kornea mata."

Sukuna mengembangkan senyumnya sembari menatap Yuuji yang terlihat memikirkan sesuatu.

"Tapi aku tidak memastikan apapun untuk sekarang mengenai operasi itu, perlu diskusi dan pemeriksaan lebih lanjut. Nanti akan aku kabari kau lagi, dan kau Yuuji istirahatlah yang cukup ini sudah larut malam," ujar Shoko melangkah pergi menuju pintu dan menghilang saat daun pintu itu tertutup rapat.

"Ryoumen-san, sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Yuuji, di merasa serak dan ingin makan sesuatu, tapi dia sendiri tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan.

"Saat anda sampai di rumah sakit, anda sudah tidak sadarkan diri. Terhitung hampir 7 jam. Apa anda ingin sesuatu?"

Yuuji menggeleng, "saya sudah merepotkan anda, Ryoumen-san. Lebih baik anda istirahat saja."

"Itadori-san, yang sakit itu anda bukan saya, seharusnya saya yang bilang seperti itu kepada anda." Sukuna menghela napas, di kembali mendudukkan diri di sebelah kiri Yuuji. "Dan jangan merasa anda ini telah merepotkan saya. Saya berusaha menolong anda semampu saya. Jadi, sekarang istirahatlah dan cepat pulih," kata Sukuna sembari membenarkan selimut Yuuji.

"Anda itu ternyata cerewet, ya, Ryoumen-san."

Komentar Yuuji membuat Sukuna terkekeh, dia sedikit geli mendengar bahwa dirinya cerewet. "Ini demi kebaikan Anda, karena saya juga ingin anda cepat sembuh"  dan karena saya juga mencintai anda, Itadori-san.

"Terima kasih Ryoumen-san, anda sudah menolong saya."

"Sama-sama, Itadori-san. Lagi pula Saya pernah mengatakan, saya akan menolong anda. Anda lupa dengan ucapan saya hari itu?"

Yuuji menggeleng, bibirnya membentuk senyum. Bolehkah dia memiliki rasa lebih untuk pria ini? dia sangat perhatian, tapi ...

"Ini sudah malam Itadori-san, sekarang Anda harus istirahat dan mimpi yang indah. Apa Anda ingin saya nyanyikan lagu lullaby, supaya cepat tidur?"

"Tidak perlu, Ryoumen-san."

"Anda yakin, tidak ingin mendengar suara indah nan merdu ini."

"Ryoumen-san, saya bukan bocah yang nina bobo kan baru bisa tidur."

"Baiklah saya mengerti."

Perlahan Yuuji menguap dan perlahan mulai menutup kedua matanya, rasa lelah dan kantuk benar merengkuhnya sekarang bersama rasa sakit terendam oleh malam, dan terasa mengambang tidak jelas. Namun samar dia mendengar suara gumaman di sebelahnya, berbisik seperti mengungkapkan sesuatu kepadanya.

"Itadori-san, saya mencintaimu. Oyasumi " ucapan itu diakhir kecupan hangat di kening Yuuji yang sudah terlelap. Perlahan Sukuna merebahkan kepala di bangsal Yuuji berbaring dan ikut tidur dengan memegang tangan diperban didekatnya.

Kedua insan itu terlelap bersama, tapi apakah perasaan mereka yang sama akan saling diungkapkan?

Bersambung...

18 Mei 2024


Halllooo, tidak terasa sudah dichapter 20, gimana readers tercinta pencinta SKIT selama membaca cerita sampai sejauh ini?

Terus apa harapan kalian  sama cerita ini dichap berikutnya?

Apa Sukuna dan Yuuji ini akan bersama dengan ikatan pernikahan? atau tidak?







I can't help falling in love with you (FemYuuji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang