Chapter 21 : Obrolan Pagi

48 4 3
                                    

"Ohayou, Itadori-san."

Suara terdengar tidak asing bagi Yuuji, itu membuatnya tersenyum geli sembari membalas ucapan selamat pagi dari Sukuna. "Ohayou, Ryoumen-san. Anda tidak ke kantor hari ini?"

Sukuna yang membuka horden kamar rawat  Yuuji dan sembari mengeser daun jendela, dia tersenyum menghampiri wanita yang masih terbaring di bangsal itu. Hari ini Yuuji sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap dengan keadaan semakin membaik, tidak seperti di ICU  kemarin, keadaan Yuuji sudah sangat memperhatinkan  dengan alat-alat penopang kehidupan yang menurut Sukuna sendiri, seperti tidak ada harapan hidup untuk Yuuji. "Saya akan ke kantor nanti, setelah Mama saya datang ke sini," ujar Sukuna mengambil alat makan dan sarapan yang sudah di siapakan untuk Yuuji.

Yuuji mengangguk, " Ryoumen-san, Anda sudah menjenguk Junpei. Bagaimana keadaan dia sekarang?"

"Dia sudah baik, bahkan Junpei dalam waktu dekat ini dibolehkan pulang."

"Saya ingin sekali menjenguknya," ujar Yuuji.

"Masih ada hari esok, Itadori-san. Lebih baik anda sarapan dulu." Sukuna membantu Yuuji untuk duduk bersandar di bangsal dengan menumpuk beberapa bantal. Merasa posisi Yuuji sudah nyaman, Sukuna perlahan menyodorkan segelas air minum tepat di bibir Yuuji dan setelahnya diteguk beberapa kali, Sukuna memberikan sesuap sup hangat. Di sela kesibukanya menyuapi Yuuji, Sukuna hanya menatap sembari tersenyum melihat Yuuji menikmati sarapannya. 

"Ryoumen-san sudah sarapan?" tanya Yuuji, dia baru menyadari pria ini akan ke kantor dan belum sarapan, tentu saja bukan hal yang bagus, kan?

"Saya sudah sarapan tadi," Sukuna menyodorkan kembali sup ke bibir Yuuji. 

"Apa saya bangun terlalu siang, ya?"

Mendengar pertanyaan Yuuji yang tiba-tiba itu, membuat Sukuna seketika teringat dengan keadaan Yuuji yang beberapa kali mengigau dan merancau semalam. Tentu saja, itu membuat tidur siapapun tidak nyenyak, termasuk dirinya, bahkan keringat dingin berkucuran membuat baju Yuuji lepek dalam semalam.

"Itadori-san, anda masih tahap pemulihan, istirahat lebih banyak tidak akan jadi masalah."

"Tapi, Ryoumen-san. Saya —"

"Sudah Itadori-san, ini masih pagi. Bahkan saya belum berangkat ke kantor."

"Itu lain cerita Ryoumen-san. Saya— Hmmm ..."

Sukuna langsung membungkamkan Yuuji dengan sesuap sup yang sengaja dia lakukan, dan dia terkekeh melihat ekspresi Yuuji yang kesal sembari mengunyah beberapa potongan sayur yang sudah masuk ke mulutnya.

"Anda lama-lama cerewet juga, ya, seperti saya. Apa jangan-jangan kita jodoh?"

Yuuji yang masih mengunyah itu terhenti sejenak mencerna omongan Sukuna, lalu Yuuji menelan kunyah cepat dan kasar.

"Apa maksud anda mengatakan itu?"

Riak ke dua wajah insan itu begitu kontras saling berpandangan, Yuuji sudah merenggut kesal dan Sukuna nyengir semakin lebar.

"Loh, Itadori-san, bukankah orang yang berjodoh itu sangat mirip satu sama lain? Saya pernah dengar katanya jodoh itu cerminan dari kita sendiri."

"Ryoumen-san, saya rasa anda ini memang belum sarapan, dan ini juga masih pagi. Dan tolong jangan berhalusinasi. Apa jangan-jangan anda masih bermimpi dengan mata melek?" cerocos Yuuji bersungut-sungut, semakin membuat Sukuna tidak menahan tawanya.

"Dan kenapa anda tertawa Ryoumen-san?"

"Anda lucu, Itadori-san," kata Sukuna di sela tawanya, bolehkah dia menertawakan orang sakit marah di pagi hari. Dan Apa itu akan menjadi sebuah dosa besar?

I can't help falling in love with you (FemYuuji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang