Penglihatan yang kabur semakin terasa jelas saat Haruto membuka matanya. Memegang kepalanya yang terasa begitu sakit sembari menengok arah jarum jam dinding yang menunjukkan pukul delapan lewat dua menit. Pikirnya ini hari kamis dan ia tak punya kelas pagi. Jadi ia putus kan untuk memejamkan matanya kembali sesaat, sebelum ia sadar akan sesuatu.
'Jeongwoo'
Dengan cepat pergi beranjak dari kamar untuk menemukan seseorang yang akhir-akhir ini jarang sekali Haruto lihat. Mulai dari dapur, ruang tamu, halaman belakang, gudang, basement bahkan Haruto nekat memasuki kamar Jeongwoo. Nyatanya ia tak menemukan cowok Park itu di mana-mana.
Haruto terduduk di lantai bersandarkan kasur milik Jeongwoo, sambil bermain-main dengan ujung selimut kasur yang menjuntai, dirinya terpikir.
Sekitar seminggu lalu, hari dimana ia di larikan ke rumah sakit. Ia baru menyadarinya malam hari saat dirinya juga baru sadar dari siuman, tak lama saat Jeongwoo masuk ke ruang kamarnya dan memberi tahu bahwa dirinya harus dirawat inap setidaknya satu hari.
Saat itu yang Haruto lakukan hanya menundukkan kepalanya. Jeongwoo memang tak beri tahu apa yang sebenernya terjadi pada dirinya, tapi Haruto yakin Jeongwoo pasti sudah mengetahui sesuatu saat ia lihat wajah Jeongwoo begitu prihatin pada dirinya. Haruto begitu malu sebenarnya, jadi ia habis kan waktu dengan mencoba tidur seharian sampai besok hari, saat ia di perbolehkan pulang kerumah.
Tak ada sesuatu yang berarti terjadi di rumahnya. Lagi-lagi yang Haruto lakukan hanya tidur dengan perasaan tak karuan. Ia begitu karna sebenarnya hanya mencoba menghindari Jeongwoo, kalau saja pemuda itu tiba-tiba menanyakan sesuatu dan Haruto tak bisa menjawabnya. Tapi ini sudah hampir berganti pekan. Haruto yang merasa bersalah berpikir ini sudah terlalu lama bagi mereka tak saling berbicara.
Mungkin Haruto akan coba memberitahunya pelan-pelan.
Haruto seketika duduk dengan tegak. Telinganya mendengar suara mobil Jeongwoo masuk pekarangan rumah. Tanpa menunggu lagi ia bawa kakinya berlari menuruni tangga. Begitu cepat tanpa takut jika dirinya mungkin saja jatuh terguling di sana.
Sementara di sisi lain, Jeongwoo yang baru saja membuka pintu begitu terkejut melihat pemandangan di depan sana. Haruto berlari dengan semangatnya menghambur di pelukan Jeongwoo. Tidak, Jeongwoo tidak memeluknya. Tangannya hanya mencoba meraih lengan Haruto, tapi tak bisa karna pemuda Watanabe itu memelukknya dengan erat.
"To? L-lo kenapa?"
Haruto menggeleng, "Jangan ngehindarin gue lagi, please"
Jeongwoo yang masih di peluk erat tak bisa menjawab. Berusaha menelan air liurnya dengan susah payah.
'Jadi dia baru sadar ya? Ciuman itu...'
"G-gue gak―"
"Gue mau ngaku, kalo ini semua bukan ruam biasa"
Haruto melepaskan pelukannya dan melihat reaksi Jeongwoo yang kebingungan serta mengerjabkan matanya berkali-kali. Haruto meringis pelan, ia paham Jeongwoo pasti terkejut mendengar pengakuannya.
"Gue tau lo pasti udah denger dari dokter, dan gue yakin lo gak bodoh buat ngira ini emang lebam biasa. Gue cuma gak mau lo khawatirin gue atau bahkan bunda sampai tau keadaan gue sekarang. Di kampus, gue ada selisih paham sama beberapa orang TAPI GUE UDAH BERUSAHA SELESAIN DAN MEREKA GAK TERIMA! G-gue selalu di pukul kalo gak nurut sama mereka. Temen gue Doyoung selalu coba bantu gue tapi dia jadi kena imbasnya. Gue udah gak mau ngerepotin banyak orang lagi. Gue juga udah coba laporin semua ini sama dosen dan selalu ketauan, akhirnya gue di ancem, kalo sampe gue beberin semuanya mereka bakalan usik keluarga gue. Gue gak tau mereka beneran atau cuma gimmick tapi gue berusaha buat sendirian kalo lagi di kampus, biar gak ada korban yang lain lagi"
Tak ada jawaban dari lawan bicara. Haruto takut sekali kalau saja Jeongwoo tiba-tiba memarahinya, jadi yang ia lakukan adalah mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk. Reaksi Jeongwoo sulit sekali ia artikan. Jeongwoo hanya menatap tepat dimatanya dengan mulut yang mengantup rapat. Haruto merasa Jeongwoo pasti begitu kecewa pada dirinya.
"G-gue udah boong sama lo, maaf..." terlalu malu dengan dirinya sendiri, Haruto kembali menundukkan wajahnya. Tak kuat dengan tatapan Jeongwoo yang seakan terus memaksanya untuk bicara lagi dan lagi.
Pada akhirnya yang terdengar adalah helaan nafas Jeongwoo. Dengan pelan ia tarik lengan Haruto untuk duduk di kursi terlebih dahulu sebelum akhirnya ia bicara. Kini mereka duduk berhadapan.
"Sebelumnya, gue juga pengen ngaku. Gue, udah tau semuanya"
🦋🐺🦋🐺🦋🐺
Nahloooo... Jeongwoo tiba-tiba jdi cenayang ༼ʘ̲̅ ɷ ʘ̲̅༽
Tingalin jejak, dan bintangnya beibeehh ༼,,•̃͡ ɷ-̃͡༽💕