Tinggal Serumah

1.4K 85 4
                                    

"Hah? Haruto? Kenapa dia pengen ikut tinggal disini?"

Jeongwoo menggosok-gosok lengannya yang merinding kedinginan. Walaupun begitu nyatanya anak itu menyukai suasana ini, malam yang dingin dengan latar suara gemercik hujan membuat dirinya merasa damai.

Ya, sebelum ia mengangkat telepon dari mama.

"Sebenarnya mama yang nyuruh Haruto buat tinggal sama kamu. Soalnya kata tante Icha Haruto mau ngekost katanya capek bolak balik dari rumah ke kampus jauh"

Mendengar dari ucapan diseberang, Jeongwoo jadi menyetujui hal tersebut. Karena setahunya rumah Haruto itu memang sangat jauh, katanya sih di pinggir-pinggir desa. Jeongwoo juga kurang paham itu maksudnya gimana.

Sejak keluarga Haruto memutuskan untuk tinggal jauh dari perkotaan, Jeongwoo jadi jarang bertemu dengan Haruto. Ketika itu saat keduanya masih kelas 4 SD, sampai sekarang tentunya. Bahkan dirinya tak tau bagaimana perubahan wajah Haruto yang baru. Ia hanya mengetahui kabar-kabar kecil dari keluarganya.

"Jadi mama mikir daripada ngekost lebih baik Haruto ikut tinggal sama kamu aja? Kan rumah kamu deket tuh sama kampusnya. Daripada Haruto ngeluarin uang buat sewa kost kan? Jeongwoo masih inget dong..."

Yang disebut pun menghela nafas "ya... Dalam harta kita ada hak orang lain"

"betuuuulll pinter anak mama. Tapi mama mau mastiin lagi, sebenernya mama gak maksa buat kamu setuju juga karna takutnya Jeongwoo jadi keberatan, kamu bisa pikir-pikir lagi kok"

Mengangguk-anggukkan kepalanya sedikit. Ia tau, kalaupun dirinya tidak setuju atas penawaran tersebut sang mama akan tetap mencarikan tempat yang lain. Jeongwoo memang suka mamanya yang dermawan, tapi ia kurang suka jika mamanya akan memberikan yang lebih dari yang mama beri padanya.

Jeongwoo kan suka cemburu.

Dengan tangan kirinya yang ia ulurkan sampai keluar pembatas balkon rumahnya untuk menyentuh beberapa tetes air langit malam, Jeongwoo menyahut "Jeongwoo si gak keberatan ma tapi Haruto-nya gak papa? Maksudnya kali aja Haruto emang pingin sendiri, gitu"

"mama udah nanya anaknya. Katanya kalo Jeongwoo gak keberatan dan gak terpaksa sama sekali Haruto pun begitu"

"jadi, gimana?" lanjut mamanya.

Setelah berpikir singkat dan dirasanya sudah cukup matang Jeongwoo menganggukan kepalanya mantap "iya ma... Jeongwoo mau kok"

'lah kok gue kek yang ditanya mau dilamar anak orang apa kagak njir!'

"sip! Anak mama emang yang paling baik. Mama langsung ngabarin tante Icha ya?"

Setelah mengiyakan dan telpon yang terputus, Jeongwoo kembali masuk dan menutup pintu balkon lalu melempar dirinya ke kasur empuk yang dingin karna suhu yang sedari siang tadi memang hujan tiada henti.

Saat bangkit untuk mengambil minum suara pesan masuk menghentikannya sejenak, lalu melanjutkan sembari membuka roomchat yang ternyata dikirim dari kontak sang mama.

|sekalian biar kalian berdua balik akrab kayak jaman TK dulu...
|udah lama mama gk liat kalian berdua rangkulan deh
21.04

Apaan sih ma....|
Paling orangnya juga dah lupa|
21.04

Jeongwoo mengernyit dalam. Sambil meminum segelas air putih ia jadi teringat, saat dirinya dan Haruto memakan es krim. Waktu itu mereka kelas 2 SD, siang hari itu benar-benar terik sampai es krim yang sedikit meleleh di tangan mereka pun tak dibiarkan lolos jatuh dengan sia-sia sedikitpun.

Kala itu Jeongwoo mana mengerti cara memakan sesuatu dengan benar, jadi sisa-sisa es krim banyak menempel di sekitar mulut sampai pipinya. Haruto yang melihat itu tak bisa membiarkannya berakhir dengan mencuci wajah Jeongwoo dengan air hingga dirinya sendiri yang menjilat habis semua sisa es krim di wajah Jeongwoo.

"iihhh luto paansih... Mulutnya bau stobeli!"

"biarin! Orang mulut kamu juga bau pisyang!"

Jeongwoo dengan cepat menggeleng ribut. Bisa-bisanya dirinya mengingat kembali. Benar-benar memalukan.

Ia pun cepat-cepat kembali ke kasur dan memejamkan matanya dalam keadaan wajah yang memerah. Semoga saja Haruto tak mengingatnya sedikitpun.

🦋🐺🐺🦋

°sepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang