21. Curhatan Zhan

619 100 14
                                    

Sinar mentari pagi sudah berhasil menerobos celah tirai di kamar besar itu. Namun sepasang pemuda masih nyaman saling berpelukan di atas ranjang empuknya.

Zhan membuka mata perlahan. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sosok tampan yang masih memejamkan mata dengan wajah damainya. Ia tersenyum.

Seandainya kau tahu jika aku juga sangat mencintaimu, Yibo!

Zhan bangun perlahan agar tak membangunkan tidur damai pemuda di sampingnya. Ia melangkah ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Setelah ritualnya usai, ia keluar dari kamar Yibo dan melangkah menuruni tangga. Sampai di bawah, ia melihat di teras samping ada nyonya Liu sedang menikmati teh paginya. Ia memutuskan untuk menyapa, mengingat semalam dirinya belum sempat berbincang dengan ibu dari orang spesial di hatinya.

"Pagi, Bibi," sapa Zhan dengan senyum cerahnya.

Nyonya Liu menoleh, ia tersenyum ramah melihat siapa yang sudah menyapanya pagi ini.

"Pagi, Zhan. Kemarilah, temani bibi minum teh sambil kita melihat kelinci!"

Di sana memang ada taman kelinci milik Yibo. Meski Yibo jarang pulang, taman kelinci masih sangat terawat.

"Yibo belum bangun?" tanyanya setelah Zhan duduk di sampingnya.

Zhan menggeleng. "Belum, Bi. Biasanya dia akan bangun sendiri saat jam enam. Mungkin hari ini karena lelah jadi dia belum bangun meski jam enam sudah lewat."

"Kamu sangat mengerti kebiasaannya," komentar mama Yibo dengan senyum menggoda.

Zhan tersenyum malu. "Saat tinggal di Caiyi kebetulan kamar penginapan yang Zhan tempati berhadapan dengan kamar Yibo di rumah bibi Song. Jadi sedikit tahu kebiasaannya."

"Sedikit tahu? Menurut bibi, kamu tahu banyak tentang Yibo." Mama Yibo memicing menatap pemuda cantik di sampingnya.

Wajah Zhan merona. Mungkin memang tak bisa sembunyi dari orang yang sudah lama mengenal Yibo.

"Bibi boleh tanya sesuatu?"

Zhan menoleh langsung menatap mata madu yang sangat mirip dengan mata Yibo. Perlahan kepalanya mengangguk untuk menyetujui permintaan orang di sampingnya.

"Hubungan kalian benar-benar hanya teman?"

Zhan terdiam. Ia menimang jawaban mana yang harus ia utarakan di hadapan orang yang sudah melahirkan Yibo ini. Setelah beberapa saat, Zhan siap menjawab sejujurnya.

"Sebenarnya Yibo sudah pernah menyatakan perasaannya pada Zhan, Bi. Bahkan sering sekali mengucapkan kata cinta saat kami saling bicara.

Hanya Zhan yang tak pernah menjawabnya. Zhan masih ragu."

Nyonya Liu menyadari kehadiran orang lain di belakang mereka. Ia tersenyum dan berpura-pura tak tahu siapa orang itu. Ia kembali fokus pada pemuda cantik di sampingnya.

"Apa yang membuatmu ragu? Yibo pernah berbuat jahat padamu?"

Zhan menggeleng. Tatapannya tertuju pada kelinci putih yang tengah berlarian saling mengejar di taman kecil itu.

"Yibo baik, Bi. Sangat baik. Dia tak pernah menyakiti Zhan meski seujung kuku pun. Dia selalu menjaga dan memperlakukan Zhan dengan baik."

"Lalu kenapa?"

Zhan menghela napas. "Zhan ragu sama diri Zhan sendiri, Bi."

"Ada apa sama kamu? Kamu orang jahat atau pernah melukai Yibo?"

Zhan kembali menggeleng. Ia menyandarkan punggungnya dengan tatapan masih ke depan.

"Yibo itu orang baik. Di desa semua orang mengenalnya sebagai seorang penolong. Kehadirannya bagai pahlawan yang bisa menyelamatkan banyak orang.

Yi 2 Zhan (Yizhan) ✓||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang