-ˋˏ✄┈┈✮𖠋⚠︎𖠋✮┈┈┈┈hampir seluruh wali murid datang dengan para anak mereka yang bersekolah di Dikara School, membawa sebondong kertas dengan kalimat yang menyakitkan. semua guru yang ada di sekolah itu pun tidak bisa memberhentikan demokrasi ini karena semuanya berjalan dengan fakta.
"TANGGUNG JAWAB DONG ANAK SAYA KERACUNAN GARA-GARA MAKANAN KANTIN SEKOLAH INI!"
"KARENA SAKIT DIA NGELEWATIN SEKOLAHNYA"
"PERHATIIN MAKANAN YANG DI JUAL ITU PENTING"
tidak ingin meladeni semua orang tua yang ada di depan kantin, ibu kantin begitu terancam karena ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi setelah semua siswa siswi SMP Dikara mengonsumsi jajanannya lalu berakhir jatuh sakit di rumah sakit.
"DI MOHON KEPADA SEMUA YANG ADA DI SINI UNTUK TIDAK MELANJUTKAN KERIBUTAN KARENA DAPAT MENGGANGGU SISWA DAN SISWI YANG SEDANG MELANGSUNGKAN KEGIATAN BELAJARNYA" ucap salah satu guru menggunakan mic sekolah dan dapat membuat teriakan-teriakan para orang tua itu terhenti seketika.
semua wali murid yang ada di sana pun baru tersadar dengan anak mereka yang masih beruntung dan masih belajar di sekolah itu, tetapi yang sudah ter racuni hanya terus mencoba membuat ibu kantin keluar dari dapurnya itu.
Triiiinggg............ Triiinnggg.........
bel waktu istirahat sekolah pun berbunyi, beberapa dari orang tua di sana memutuskan untuk bubar, tetapi beberapa dari mereka masih saja ada yang ingin berada di sana karena mengingat anaknya yang kini sedang berbaring di rumah sakit dengan tubuhnya yang pasti terasa begitu sulit.
seluruh murid yang sudah menyelesaikan jam pelajaran pertama mereka, berjalan menuju kantin untuk membeli sesuatu dan juga duduk-duduk santai di sana.
"Weh, emang bener makanan di kantin ada racunnya?" tanya karel yang mendengar info itu saat sepulang sekolah dan dirinya melewati beberapa wali murid yang ada di sekolah itu.
"Yang gue denger juga sih gitu dari maknya si bima" jawab jay dengan melirik bima yang kini tengah memantaunya juga di samping kirinya.
karel, jay, bima, dan idar. jangan bertanya lagi, mereka adalah kelompok pertemanan yang selalu membuat orang lain bingung jika melihat karakter diri mereka masing-masing. belum lagi jika semua temannya itu sudah berkumpul dan berulah sebelum kembali di panggil oleh guru untuk bertanggung jawab.
berjalan hingga tiba di kantin, karel dan idar langsung tertuju dengan ibu dari jovan yang kini sedang terduduk di salah satu kursi kantin sembari melamun.
jovan memang sudah izin sakit dari beberapa hari lalu, maka dari itu mereka pun tidak dapat menyontek kepada murid paling pintar itu di angkatan mereka.
"Tante?" panggil karel membuat ibu jovan menoleh.
"Nak karel" jawab ibu jovan dengan tersenyum.
idar pun menghampiri ibu jovan dengan duduk di sampingnya dan bertanya. "Jovan masih belum sembuh, tan?" ibu jovan pun hanya dapat menggeleng sebagai jawabannya kepada idar.
jay dan bima hanya dapat menatap ibu jovan dengan tatapan perhatiannya.
"Tante gak ngerti sama apa yang di makan jovan di sini, tapi tante gak kuat ngeliatnya" ringis ibu jovan dengan tangannya yang mengelus lengan karel.
bima yang melihat ibu jovan yang begitu khawatir akan teman mereka, jovan. bima pun membuat kode kepada temannya untuk mengikutinya dan tidak lupa berpamitan kepada ibu jovan.
karel pun bersama idar dan jay mengangguk mengerti saat biman menyenggol temannya dengan sengaja.
"Tante cepet temenin jovan ya, kasian tante kalo lama-lama disini" tutur jay yang mulai berdiri di ikuti karel dan idar.
ibu jovan pun hanya dapat menatap mereka satu-satu sembari tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih ya, Nak"
dengan begitu, karel bersama yang lainnya pergi meninggalkan ibu jovan dan mengikuti bima yang mengarahkan jalan mereka seperti ingin masuk ke dalam gudang sekolah.
"Lo mau ikut-ikutan ngerokok bim di sini?" dengan ragu idar bertanya membuat bima melayangkan tatapan sinisnya.
"Ya gue gak se nakal mereka lah" jawab bima dengan tangan yang mulai membuka pintu ruangan itu.
karel yang sudah di kenal sebagai penakut, ia sudah mengambil posisi di tengah di antara bima dan juga jay.
"Lakik apa lakiw lu?" ledek jay membuat karel langsung bersikap seolah-olah memiliki jati diri yang lakik itu.
idar yang melihatnya hanya menahan tawanya.
bima pun menyeret salah satu kursi dan mendudukinya di ikuti oleh ketiga temannya itu. "Gue mau bagiin teori yang baru gue pikirin"
"yaelah, gue kira mau di kasih apaan" ujar karel dengan wajah kecewanya.
"Gue bisa nebak teori yang lo pikirin" kata idar seketika membuat semua mata kini hanya tertuju padanya.
"Pada penasaran kan lu pada sama cewenya jovan...."
tidak ada yang tertawa, terkecuali idar.
"JAUH EGEEE" teriak ketiga teman idar secara bersamaan dan idar hanya dapat menggaruk kepalanya dengan sedikit senyuman.
"Gue mau bahas racun" lanjut bima yang sedari tadi sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.
"Bukannya lu anak musik ya? sejak kapan mau join dokter forensik?" ledek karel yang kini tidak akan membuat bima hanya diam begitu saja.
"Lo pada kagak ngerasa aneh sama jovan yang sampe separah itu kena racunnya, tapi ibu kantin sendiri juga gak tau apa-apa tentang racun yang ada di dalem makanannya"
"Apa dari makanan yang di titipin ke kantin ya?" lanjut karel dengan telunjuknya yang ia sandarkan pada dahinya.
"Bisa sih karna itu" sahut idar.
"Sekarang ibu kantin ada di mana?" tanya jay ketika dia mendengar suara yang tidak asing dari perutnya.
"Mau ngapain lo?"
"Beli mie lah"
"Bisa fokus gak lu!" ujar karel dengan memukul lengan jay sedikit kencang.
seketika mereka semua pun ikut terdiam ketika salah satu dari mereka sudah tidak lagi berbicara, dan mereka hanya memasang wajah mereka yang kini seperti sedang kesulitan memikirkan teori yang ingin mereka buat tentang semua murid yang berhasil memakan racun itu.
bel masuk pun kembali berbunyi dan membangunkan mereka untuk bergegas pergi memasuki kelas mereka sebelum guru yang akan datang duluan memasuki kelas.
"Pulang sekolah gas jenguk jovan?" ajak bima sebelum mereka benar-benar meninggalkan gudang itu.
mereka bertiga pun setuju dengan ajakan bima.
jovan yang masih hanya dapat berbaring di salah satu ruangan rumah sakit itu, ia benar-benar ketika dirinya sudah membeli salah satu makanan yang pada saat itu sebenarnya ia sudah melihat salah satu siswa yang mulai merasa kesakitan di kamar mandi, namun sayangnya jovan tidak mengetahui jenis makanan apa yang di makan oleh siswa itu.
memandangi jendela dengan tirai yang terbuka, sungguh jovan rasanya ingin memukuli perutnya yang terus terasa perih dan terlilit. "Sial banget harus gue yang kena" batinnya dengan memukul sisi ranjangnya kesal.
-ˋˏ✄┈┈✮𖠋⚠︎𖠋✮┈┈┈┈
KAMU SEDANG MEMBACA
TRENDING SCHOOL
ActionTrending School Satu masalah yang menjadi awal dari ditutupnya sekolah dalam beberapa hari selama masalah masih di tangani oleh pihak berwenang. Tidak hanya mau diam, beberapa siswa itu menguji nyali mereka dengan membantu para polisi secara diam-d...