-ˋˏ✄┈┈✮𖠋⚠︎𖠋✮┈┈┈┈
"Kenalin pak saya jovan, saya kebetulan lewat sini dan mau berbagi rezeki pak" tutur jovan dengan begitu lembut.
mendengar suara anak lelaki ini yang berbeda dengan anak lelaki biasanya yang selalu mengambil uang miliknya, ia mulai percaya dan melihat jovan dengan jelas sedang tersenyum kepadanya.
"Maksud bapak siapa yang mau ngambil uang bapak dari sekolah saya?" tanya jovan yang masih penasaran.
"I-Itu nak, biasanya ada anak laki-laki yang datengin saya buat ngambil minta uang dari saya" jelas bapak itu membuat jovan penasaran dengan anak laki-laki yang di maksud oleh bapak pengemis itu.
"Bapak tau siapa namanya?"
dengan begitu bapak itu hanya menjawab jovan dengan menggeleng.
"Makasih ya bapak atas infonya, lain kali bapak bisa bilang saya kalo bapak di datengin dia lagi" tutur jovan dengan menaruh uangnya di tempat yang selalu di siapkan oleh pengemis itu.
dengan senang hati, bapak pengemis pun berterima kasih kepada jovan atas ucapannya yang membuatnya dapat tenang berada disana.
kembali berjalan menuju rumahnya, jovan sudah menghubungi teman-temannya untuk datang ke rumahnya lebih awal.
sementara kembali ke lingkungan sekolah Dikara, bu sarah kembali dengan membawa setangkai bunga mawar di tangannya.
bersama beberapa orang tua yang di tinggalkan, bu sarah menaruh bunga itu tepat di sebelah foto itu terpajang.
"Maafin ibu ya nak, ibu gak sempet nolongin kamu" tutur bu sarah dengan menahan tangisnya.
"Disya, nama kamu akan ibu kenang sampai kapan pun" lanjut bu sarah dengan satu tetesan air mata di pipinya.
Disya memang tidak memiliki hubungan darah dengan bu sarah, tetapi karena kekurangan disya bu sarah dapat mempelajari banyak hal dari disya.
Tidak seperti anak lainnya, disya sudah ditakdirkan sejak dirinya lahir untuk berbicara tidak menggunakan mulut nya, melainkan menggunakan jari-jari tangannya.
melihat bu sarah yang begitu tersedu-sedu, seorang laki-laki tegap yang sedang berjaga di sana tertarik untuk menghampiri bu sarah.
dengan tangannya yang menepuk bahu bu sarah pelan, bu sarah pun menoleh kepada seorang laki-laki itu dengan mengelap air matanya.
"Turut berduka cita juga ya bu, saya tau kehilangan anak didik kita sendiri itu sulit" ucap laki-laki itu.
bu sarah pun hanya mengangguk. "Bagaimana kamu tau rasanya kehilangan seorang anak yang sudah selalu kita didik?" tanya bu sarah dengan penasaran.
"Saya juga kehilangan salah satu junior saya di kepolisian yang dimana dia udah lama saya didik semenjak dia masuk kepolisian" jelas seorang laki-laki polisi itu dengan tersenyum.
bu sarah sedikit menunduk lalu tersenyum. "Kalo boleh tau, bapak lagi bertugas apa disini?" tanya bu sarah karena ia melihat tidak hanya satu mobil polisi yang ada disana.
"Kami masih mencari kebenaran untuk kasus keracunan disekolah ini, karena kesaksian dari guru membuat kita tahu bahwa ada pelaku dari kasus keracunan makanan ini" jelas polisi itu dengan bu sarah yang menganggukinya.
"Saya bu sarah pak, tolong bantu cari pelaku nya ya pak" dengan menjulurkan tangannya, pak polisi itu pun membalasnya.
"Baik bu akan kami bantu sebisa kami, saya pak bintar" bu sarah pun menganggukinya dengan tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
TRENDING SCHOOL
ActionTrending School Satu masalah yang menjadi awal dari ditutupnya sekolah dalam beberapa hari selama masalah masih di tangani oleh pihak berwenang. Tidak hanya mau diam, beberapa siswa itu menguji nyali mereka dengan membantu para polisi secara diam-d...