Theo is back, guys. Ini chapter baru dengan kedatangan chara yang lumayan random, maaf ya guys, theo ga tau harus include siapa lagi. BTW, dari kemarin aku baca komen positif kalian kemarin, aku jadi semnagat buat nulis terus. Makasih banyak apresiasinya yaaaaa! ILYSM GUYSSS!!!! enjoy!
***
Mobil itu melaju melalui jalan aspal yang membelah area hutan yang entah mengapa sampai sekarang masih ada. Tiga serangkai, setelah perdebatan sengit tadi malam, memutuskan bahwa mereka akan menyelidiki kasus ini lebih dalam. Hari ini mereka akan menemui seseorang yang Banana kenal dan Banana yakini bisa membantu mereka dalam urusan 'supranatural'. Mereka bertiga kini tengah melaju dengan mobil Banana dengan pemuda jangkung itu menjadi sang supir.
"Ban," panggil Brusko yang duduk di kursi depan, Skylar tidur di belakang.
"Gimana, Brus?"
"Rumahnya temen lo ini emang agak di pedalaman gini, ya?"
Banana tertawa. "Hahaha. Iya. Agak sepi sih, lumayan masih hutan rumahnya."
Brusko bertanya demikian karena ia menyadari jarak antarrumah saja bisa mencapai setengah kilometer sendiri. Jalanan juga sangat sepi, kendaraan yang berpapasan dengan mereka dapat dihitung jari semenjak mereka mulai memasuki kawasan ini.
"Orang ini," lanjut Brusko mengalihkan topik secara tiba-tiba, "beneran bisa bantu kita?"
Banana memfokuskan matanya ke jalan aspal yang sepi itu. Jalan itu membelah area yang masih didominasi hutan, pohon-pohon tumbuh di samping jalan. Pemuda yang ditanyai memberi jeda berupa keheningan selama beberapa detik.
"Gue," jawabnya, "jujur engga yakin. Gue bahkan engga yakin dia mau ketemu gue lagi apa enggak."
"Loh, lo engga janjian sama dia kalau kita bakal dateng?"
"Kagak. Situasi gue dan dia sebenernya agak rumit. Gue enggak bisa jelasin sekarang."
Skylar, tak tahu sejak kapan dia bangun, yang tidak sengaja mendengar potongan percakapan itu menimpali mereka berdua. "Enggak semalem, enggak hari ini, sama aja anjir."
Banana melirik Skylar melalui kaca tengah. "Yaelah, Ler. Masih aja dibahas."
"Lo mau tidur lagi, Ler," tanya Brusko kepada pemuda yang di belakang.
"Iye, jangan ganggu gue."
Brusko hanya ber-oh ria mendengar jawaban Skylar. Skylar tadi malam, setelah kedatangan mereka berdua ke rumahnya, tidak tidur hingga pagi. Alasannya? Ia beralibi bahwa Banana dan Brusko yang ikut menginap di rumahnya terlalu berisik saat tidur sehingga ia tidak bisa tidur dengan lelap. Alasan utama barangkali ia takut terkena mimpi buruk lagi, ditambah lagi dengan dua orang teman yang berada di rumahnya. Ia takut kelabakan menjelaskan mimpinya. Tidak boleh ada yang tahu tentang ini.
Brusko kembali membuka percakapan, "Masih lama enggak sih, ini, Ban?"
"Harusnya, sih, enggak."
Keheningan kembali. Skylar terlelap. Banana fokus menyetir. Brusko melamun. Matanya terarah pada pohon-pohon yang menjulang tinggi di samping jalan. Hanya sedikit sinar matahari yang menembus celah-celah ranting. Ada sesuatu yang ia rasakan. Perasaan aneh yang entah mengapa bisa muncul. Jalanannya mulus tanpa geronjalan. Teduh. Angin sepoi-sepoi. Sunyi. Brusko tidak suka keheningan ini.
The quiet before a storm. Setiap badai selalu diawali oleh ketenangan. Angin tidak bersuara, awan tidak berteriak. Semuanya mencoba untuk mengheningkan diri sehening mungkin, sebelum akhirnya pecah dan menjadi badai yang sangat besar. Secara kiasan, barangkali Brusko memprediksi bahwa ini semua hanya permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Barangkali hilangnya Irrad bukan suatu anomali, bukan suatu kejanggalan yang tunggal, melainkan satu gejala dari ruwetnya benang permasalahan. Brusko takut semakin dalam mereka menyelami ini, semakin terancam nyawa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lurking light; RRQ
Horror"Irrad, jangan sembarangan ngambil yang bukan punya kita." "Ih, padahal gue cuma metik setangkai bunga." "Balikin." "Tapi, cakep ga si, Sky?" the story may contain bxb (queer) relationship, be wise. don't like, don't read.