Halo guys, sebelum lanjut baca chapter ini. Aku MOHON hiks, plis bantu aku. Menurut kalian mending karakternya pakai nama diri kayak Andre, David, Nicky, dll atau mending pakai nama nick mobile legend kayak Banana, Skylar, Kiboy? Please bantu jawab yuh, i mean if you guys are okay then, i would use david etc names. but kalau kalian lebih ngefeel pake nama kayak skylar, aku revisi engga papa kok guys. i would be glad that i could get some recommendation on how i could improve the story. Thank you. Janlup votes and komen ygy. Enjoy your reading! ilysm!
***
Malam telah datang. Lampu remang-remang itu menjadi pelengkap nuansa yang paling disukai pemuda dengan tubuh jangkung itu. Matanya sering sakit apabila terlalu lama terpapar lambu biru sehingga lampur seperti ini sangat membantu matanya. Malam ini sunyi, tidak ada serangga yang berceloteh, mungkin mereka menghormati Andre. Pasalnya, malam ini bukan malam biasa. Malam ini tepat seminggu Irrad dinyatakan menghilang. Andre memandang jam yang tergantung di dinding rumahnya itu. 21.32.
"Satu jam tujuh belas menit sebelum waktu sialan itu."
Ia menyandarkan dirinya di kursi dan memijat pelipisnya. Ia menutup mata, mencoba meresapi dan mendalami memori guna mencari sesuatu yang berguna. Bagaimana sekolah akan menjelaskan situasi ini kepada keluarga dari Irrad? Apa kata mereka? Apa kata publik tentang sekolah di mana muridnya menghilang saat malam keakraban?
"Irrad di mana?"
"Nicky! Lu gila! Irrad masih belum ketemu dan lu nyuruh kita balik duluan?"
"Bajingan!"
"Gue harusnya bisa nylametin dia, Ndre."
Gambaran David menangis tersedu-sedu itu masih tercetak jelas di memorinya. Pemuda itu masih ingat bagaimana temannya menangis meraung-raung seperti dunianya hancur. Bahkan, David meracau beberapa saat sebelum ditenangkan olehnya. Napasnya memburu ketika ia mengingat bagaimana Nicky seperti lepas tangan dan mencoba untuk menggiring masalah ini.
Aneh memang. Aneh. Semua yang terjadi aneh. Alur semua kejadian saling bertabrakan. Reaksi dari kejadian tidak ada yang bisa dinalar. Pikirannya pusing karena mencoba untuk menalar adanya paradoks di sekitarnya. Murid seperti tidak memberikan sedikit pun atensi. Anehnya, saat pengumuman tadi, tidak ada reaksi yang berlebih dari semua teman SMA-nya. Mereka semua hanya oh belaka dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Saat kabar bahwa salah satu teman mereka menghilang saat makrab, mereka tampak cemas, lalu sudah? Tidak ada yang menanyakan tentang hal apapun lebih lanjut. Apa-apaan ini? Sebenci itukah mereka dengan kelasnya? Tidak mungkin mereka semua terkena sihir atau semacamnya? Iya, kan?
"ARGH! Bangsat!" geram Andre gusar. Untung malam ini orang tuanya memang pulang lumayan malam sehingga ia tidak perlu khawatir.
Andre memejamkan mata sejenak, mengembuskan napasnya perlahan. Ia memutuskan untuk mengeluarkan laptopnya. Barangkali ia bisa membunuh kebosanan atau kebingungannya ini dengan menjelajahi dunia maya. Sekitar sebelas menit ia telah berselancar di internet. Tidak ada yang menarik.
"Tidur aja, kalik, ya?"
Jarinya masih meliuk-liuk di touchpad laptop itu. Matanya berkeliaran ke sana kemari. Layar yang ia setel agar menjadi kekuningan itu menampilkan hal yang tidak terlalu menarik baginya. Haruskah ia menonton film? Atau bermain gim? Ia tak tahu. Ia bosan dengan segalanya. Pekerjaan rumahnya pun sudah ia kerjakan semua.
Ia menyerah. Ia menutup mati laptopnya dan menaruhnya di tempat aman sebelum beranjak dari kursi. Ia melakukan sedikit perenggangan sebelum memandang tempat tidurnya. Mungkin alangkah baiknya ia tidur sekarang. Masih jam 21.47. Suatu rekor sebenarnya apabila ia tidur sekarang, barangkali memang ada baiknya untuk tidur sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lurking light; RRQ
Horreur"Irrad, jangan sembarangan ngambil yang bukan punya kita." "Ih, padahal gue cuma metik setangkai bunga." "Balikin." "Tapi, cakep ga si, Sky?" the story may contain bxb (queer) relationship, be wise. don't like, don't read.