12. Baseless Rumors

85 54 10
                                    

— her aura was a warm chaos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

her aura was a warm chaos.

— 𝜗𝜚。

Hari sudah berganti, dan kini masih jam 12 malam. Ghea masih di dalam lift dengan berulang kali meniup kedua telapak tangannya. Dia tidak tahu mengapa udara semakin dingin, serta tubuhnya terasa lemas.

Pintu lift terbuka, dengan langkah gontai Ghea berjalan menuju pintu apartemen.

Ghea berusaha membuka mata yang kini terasa panas. Kemudian, tangan kanan yang kosong memegang kepala. Semakin lama pandangan Ghea memburam dan hitam. Tidak memiliki kesadaran lagi, tubuh Ghea terhuyung dan jatuh dalam hitungan detik.

Pintu apartemen tepat sebelah pintu Ghea terbuka. Anin keluar dengan piyama dan sekantung plastik hitam besar.

Mata Anin membulat saat melihat Ghea telah tergeletak di lantai yang dingin. Dia meletakkan kantung plastik berisi sampah itu asal dan berlari menuju Ghea.

"Astaga, Kak Ghea!" seru Anin lalu tangannya menepuk pelan pipi Ghea, dan ia merasakan hangat dari pipi perempuan didepannya.

Semakin bingung cara membawa Ghea bagaimana, Anin berlari masuk ke apartemen dan mengambil ponsel untuk menelepon satpam dibawah.

Baru kali ini Anin merasa kalang kabut. Debaran jantungnya berpacu lebih cepat. Jauh di dalam hati, ia merasa khawatir dengan tetangga yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri itu.

𝜗𝜚

Terik matahari memasuki jendela kamar. Mau tak mau Ghea membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Rasa sakit kembali menyerang kepalanya dan Ghea mengabaikan rasa sakit itu.

Detik berikutnya pintu kamar terbuka, "masih sakit, Kak? Aku udah kompres Kak Ghea tadi malem." Anin meletakkan semangkuk bubur dan air putih diatas nakas. Lalu dia melihat Ghea yang tengah mengernyitkan kening. "Jadi, tadi malem aku mau buang sampah, dan liat Kak Ghea udah pingsan di lantai, terus aku telepon satpam untuk bawa Kak Ghea ke dalem tapi gagal karena ada temen Kak Ghea."

Penjelasan Anin hanya membuatnya penasaran akan kalimat terakhir, "siapa, Nin?"

Anin mengedikkan bahu, "aku gak kenal, tapi dia ganteng Kak," ucap Anin seraya tertawa kecil. "Keadaan Kak Ghea gimana?"

"Masih sama, kamu gak ada urusan?"

"Aku ada kelas sebentar lagi."

Ghea mengangguk mengerti, "sana berangkat kelas, aku baik-baik aja."

Anin meragu dengan jawaban Ghea, tapi ia juga tak bisa membolos kelas, kemudian sebuah ide muncul. "Saranku, Kak Ghea telepon temen aja, gimana?"

Coffee shopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang