15. Salah kirim

70 45 11
                                    

— head in the clouds

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

head in the clouds.

— 𝜗𝜚。

Hari ini tergolong hari yang sibuk untuk Karel. Siang ini dia baru sampai rumah sudah disuruh membantu ini dan itu. Sorenya masih dilanjut untuk menemani Laura ke supermarket, dan dia juga belum tahu ada apa dengan keluarganya sampai sibuk seperti ini.

Selama di supermarket Karel terus mengikuti Laura dari belakang dengan keranjang belanjaannya. Kaki dia cukup pegal berjalan memutari supermarket selama berjam-jam. Sebenarnya apa yang perempuan didepannya ini cari?

Karel melirik Laura yang sedang sibuk memilih beberapa sayuran, lalu dia menaruh keranjang belanjaan dan mengambil ponsel dari saku celana. Raut wajahnya tetap datar saat membaca pesan dari Shaka. Tapi tidak dengan otaknya, terus bertanya kepada diri sendiri, untuk apa Ghea mencarinya sampai mendatangi kontrakkan.

Laura menepuk bahu adiknya, dan itu membuat Karel terperanjat dan langsung menyimpan kembali ponsel tanpa membalas pesan Shaka. Terus terang saja, Laura menatap penuh curiga kepada Karel. Kemudian dia tersenyum geli.

"Apaan senyum-senyum."

"Lagi ribut sama cewek lo?"

"Punya cewek aja nggak."

"Bohong banget, dari tampang lo yang jelek itu aja keliatan."

Bukan Laura namanya jika tidak keras kepala. Yang Karel bisa lakukan adalah tak melanjutkan pembahasan ini. Memang keluarganya tidak pernah tahu kalau dia pernah berpacaran dengan Jenna.

Jika Laura tahu bahwa adiknya diduakan, mungkin perempuan itu akan mendatangi Jenna lalu mengatainya, atau bisa lebih dari itu? Karel sangat tahu sifat bar-bar kakaknya. Jadi, jika dia memiliki pacar, dia tidak mau mengenalkannya kepada Laura.

"Sebenernya ada acara apa sampe gue disuruh pulang dan nemenin lo belanja gini."

Laura selesai membayar, lalu dia mengucap terimakasih dan tersenyum kepada kasir tersebut. Setelahnya Laura memberikan sekantung plastik besar berisi belanjaan itu kepada Karel. "Cuma dinner," jawabnya.

"Yakin dinner doang?"

"Gue kasih tau, tapi jangan berontak ya."

Karel mengangguk. Laura berjinjit untuk sampai ke telinga Karel dan membisikkan sesuatu, "lo mau dijodohin," Laura tergelak kemudian menunjukkan layar ponsel ke Karel, "cepet, Bunda udah nelponin."

Tanpa pikir panjang, Karel berlari menuju mobil mendahului Laura. Dia harus memastikan ke Bunda, maka itu dia ingin cepat-cepat pulang. Dibelakangnya, Laura terkekeh lalu menyusul langkah Karel.

Bagi Karel, ucapan Laura benar-benar menjadi beban. Selama mengendarai saja Karel tak henti memikirkan soal perjodohan. Beberapa menit diperjalanan, kini mobil Karel telah terparkir sempurna di halaman rumah. Karel turun lebih dulu meninggalkan Laura dengan kantung plastik belanjaan. Laura berhasil dibuat melongo tak percaya dengan sikap Karel yang tak pernah berubah.

Coffee shopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang