2. The Storm

252 38 0
                                    

Tiga bulan kemudian.

Joanna sedang menatap Jeffrey yang baru saja keluar kamar. Dia sudah memakai setelan kerja. Sebab kali ini pekerjaannya tidak banyak. Sehingga bisa berangkat lebih siang.

"Papa! Mama masak enak!"

Jeffrey mendekati Luna. Lalu mengecup dahinya. Kemudian duduk di kursi yang ada di samping Joanna.

"Tumben tidak berangkat pagi-pagi."

"Aku libur setengah hari."

Joanna memulai sarapan. Begitu pula dengan Jeffrey yang duduk di sampingnya. Sembari menatap Luna yang sedang makan begitu lahap. Karena jarang sekali mereka bertiga bisa satu meja saat makan. Sebab ibunya kerap berangkat lebih awal dan pulang terlambat.

"Nanti aku ikut Luna ke sekolah. Sekalian belanja bulanan."

Jeffrey mengangguk singkat. Membuat Luna tersenyum girang. Sebab dia jelas suka jika berbelanja bulanan. Apalagi bersama ayahnya. Ya, meski dia tidak bisa membeli apapun yang disuka saat seperti bersama ayahnya. Namun tetap saja, Luna sangat senang karena akhirnya bisa berduaan dengan ibunya.

6. 30 Pm

Jeffrey baru saja pulang kerja. Namun dia terkejut saat masuk kamar. Karena tidak ada koper hitam yang biasanya ada di atas lemari. Sebab koper ini biasa dibawa Joanna saat akan melakukan perjalanan bisnis.

Tanpa pikir panjang, Jeffrey langsung mendial nomor istrinya. Guna bertanya dia di mana. Sebab tidak seperti biasanya si istri pergi jauh tanpa berpamitan.

"Kamu di mana?"

Masih di jalan. Ada apa?

"Kamu di luar kota? Kopermu tidak ada."

Iya. Aku lupa bilang. Hanya satu malam. Besok subuh sudah pulang.

"Dengan siapa saja?"

Bosku dan sekretarisnya, Dayana. Aku hanya di Bandung. Dekat. Besok jam enam pasti sudah sampai rumah.

"Kamu lupa kalau malam ini Luna ulang tahun?"

Ya Tuhan! Kenapa tidak bilang!? Aku belum menyiapkan apa-apa! Sekarang Luna di mana? Bagaimana kalau kita rayakan besok pagi saja?

"Kamu memang tidak peduli pada anak, ya? Bisa-bisanya hari penting seperti ini lupa!"

Aku hectic belakangan ini, aku harus kerja dan mengurus rumah. Kamu jangan berbicara seolah-olah hanya aku yang tidak peduli pada Luna. Lalu kamu bagaimana? Apa kamu sudah merasa sempurna menjadi Ayah? Kamu lupa kalau Luna pernah menunggu jemputan selama lima jam di sekolah hanya karena kamu lupa?

"Oh, kamu mau mau---"

Sudah, Jeff! Aku sibuk. Kita bicarakan lagi saat kita bertemu. Terserah jika kamu masih mau merayakan ulang tahun Luna tanpaku!

Telepon langsung dimatikan. Membuat Jeffrey meradang. Sebab dia jelas tidak ingin menyudahi obrolan.

Jeffrey ingin mengamuk sekarang, namun pintu apartemen yang terbuka membuatnya langsung menarik nafas panjang. Agar emosinya tidak tersalurkan pada orang yang salah. Apalagi pada anaknya yang berharga.

"Papa!"

Seru Luna saat memasuki rumah. Langsung memeluk ayahnya. Sedangkan di belakang ada Janet, kakak perempuan Jeffrey dan Celine, anaknya.

"Mama mau minta lauk katanya. Istrimu sudah masak?"

"Joanna belum pulang, Kak. Kalau butuh sesuatu ambil saja di kulkas. Tadi pagi dia baru saja belanja."

THE WORLD THAT SHE LIVE IN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang