9. Its Over

196 45 12
                                    


6. 30 AM

Joanna sedang bersiap kerja. Tentu saja dari hotel tempat dirinya menginap semalam. Sebab dia tidak mungkin tidur di rumah dalam keadaan tidak baik seperti sebelumnya.

Ceklek...

Setelah menutup pintu kamar, dia menelepon bos rentenir yang dihutang. Sebab semalam dia sudah membayar angsuran sekaligus denda keterlambatan selama satu hari saja. Sebab dia memang baru gajian. Sehingga terlambat membayar angsuran.

"Halo? Sudah terima uangku, kan? Lain kali jangan kirim orang datang! Kamu tahu pekerjaanku di mana! Tidak mungkin aku kabur dari tanggung jawab!"

Sudah. Lain kali aku tidak akan mengirim orang. Karena suamimu sudah membayar sisa hutang.

"Apa maksudnya!?"

Joanna panik. Dia mulai masuk lift. Lalu menekan angka lantai dasar gedung hotel ini.

"Hutangmu sudah lunas. Sisa hutangmu sudah dilunasi kemarin malam. Oleh suamimu yang tampan."

"BAJINGAN!"

Seru Joanna karena kesal. Dia langsung mematikan panggilan. Bukan karana Jeffrey yang membayar hutang diam-diam. Namun karena bos rentenir itu menyebut suaminya tampan. Mengingat dia suka pria.

Joanna mendatangi kantor suaminya. Karena ingin marah tentu saja. Sebab dia tidak ingin hutang ini dilunasi olehnya.

"Jeffrey ada di dalam?"

"Ada, Bu."

"Tolong bilang kalau aku ingin bertemu."

"Baik, Bu."

Joanna duduk di ruang tunggu. Karena dia sengaja tidak bilang ingin bertemu. Agar pria itu terkejut.

"Ada apa?"

Tanya Jeffrey yang baru saja keluar ruangan. Sedangkan Joanna hanya berdiri dari duduknya. Lalu memasuki ruangan suaminya tanpa diminta.

"Kita perlu bicara!"

Jeffrey yang jelas tidak mau bertengkar di luar tentu mengekori istrinya. Dia menatap Joanna yang tampak marah. Mungkin karena dia membayar hutang tanpa bilang.

"Aku tidak pernah minta kamu membayar hutangku! Kenapa kamu selalu membuatku terlihat buruk!?"

"Lalu kamu mau aku melihatmu menderita karena tekanan hutang sebanyak itu? Jadi ini alasanmu kenapa bekerja sekeras itu? Joanna, kamu istriku! Kamu tanggung jawabku! Seharusnya kamu tidak menyembunyikan masalah sebesar itu!"

"Dan membuatku terlihat semakin buruk di mata keluargamu? Di mata Mamamu? Sebab dianggap benalu karena hanya bisa menghabiskan uangmu?"

"Lagi! Kamu bahas soal Mama lagi! Kenapa kamu sebenci itu pada wanita yang sudah melahirkanku, Joanna? Kenapa---"

"Kenapa kamu tidak bertanya pada Mamamu saja? Kenapa dia begitu membenci wanita yang sudah menjadi istri anaknya? Melahirkan cucunya? Kenapa kamu tidak pernah marah padanya saat dia mengkritik aku di depan keluarga besar? Karena takut durhaka? Kamu sudah dewasa! Kamu sudah tahu mana yang baik dan tidak! Benar dan salah! Tapi kenapa kamu menomorduakan aku darinya? Jeffrey, kamu tahu kalau aku tidak pernah berfoya-foya menggunakan uangmu! Aku juga selalu belanja daging merah dan ayam karena permintaanmu! Agar Luna tumbuh menjadi anak yang unggul! Kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu tidak pernah membelaku saat Mamamu mempermasalahkan itu semua, hah!? Selama ini aku selalu menahan. Di keluargaku, aku anak yang selalu dibanggakan. Orang tuaku tidak pernah membiarkan tentangga apalagi saudara berbicara buruk tentangku baik di depan maupun belakang. Tapi kamu? Keluargamu? Secara terang-terangan menghinaku di depan banyak orang! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa melanjutkan ini semua! Aku ingin bercerai saja. Luna, dia ikut denganmu juga tidak masalah. Karena aku pasti akan kalah dalam persidangan!"

Joanna pergi begitu saja. Meninggalkan Jeffrey yang kini sudah menjatuhkan air mata. Sebab merasa tertampar.

"Apa aku memang seburuk itu?"

Jeffrey hanya menatap kepergian Joanna. Dia mulai menelepon mertuanya. Sebab dia tahu kelemahan Joanna ada di sana.

"Ibu Ayah apa kabar? Kalian ada waktu minggu depan? Aku siapkan tiket travel untuk kalian ke Jakarta, ya? Sudah lama kita tidak jalan-jalan. Luna kangen kakek neneknya. Oh, begitu? Oke. Berarti sepuluh hari lagi, ya? Baik. Kalau begitu aku matikan, Bu, Ayah."

Setelah menelepon mertuanya, Jeffrey merasa lega. Sebab orang tua Joanna sangat tradisional. Jelas mereka akan menentang perceraian.

10 comments for next chapter.

Tbc...

THE WORLD THAT SHE LIVE IN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang