7. 30 PMJoanna baru saja selesai kerja. Dia merasa lelah. Namun dia malas juga untuk pulang. Sehingga dia memutuskan untuk menginap di hotel saja. Tetapi harus pulang sebentar juga, guna mengambil pakaian.
Ceklek...
Joanna masuk kamar. Dia melihat lemarinya berantakan. Membuat emosinya meradang.
"APA YANG MAMA LAKUKAN!?"
Pekik Joanna saat melihat Jessica duduk di bawah ranjang. Sembari membaca beberapa lembar surat hutang yang entah didapat dari mana.
"JANGAN SENTUH BARANGKU SEMBARANGAN!"
Seru Joanna dengan raut marah. Dia langsung menarik kertas yang Jessica baca, sebab dia benar-benar emosi sekarang. Karena dia jelas tidak suka dengan apa yang dilakukan si mertua.
PLAK...
Joanna mendapat tamparan dari Jessica. Wanita itu sudah berkaca-kaca. Sebab dia begitu murka.
"KAMU BENAR-BENAR ISTRI TIDAK BERGUNA! GARA-GARA KAMU HIDUP ANAKKU BERANTAKAN!"
Jessica menjambak Joanna. Dia juga berkali-kali menampar wajahnya. Tidak lupa mencakar juga.
Joanna? Dia tentu berusaha menjauhkan badan. Namun usahanya terus gagal. Karena Jessica benar-benar tidak mau berhenti sebelum puas.
Hingga setengah jam kemudian wanita itu pulang. Setelah mengatakan jika tadi ada tiga orang berbadan besar datang ke rumah untuk menagih hutang. Sehingga Jeffrey yang tidak tahu apa-apa langsung melawan. Namun tentu dia tumbang karena kalah tenaga dan jumlah.
Jeffrey sedang di rumah sakit sekarang. Karena dia mendapat dua jahitan di kepala. Babak belur juga di seluruh badan. Hampir sama seperti apa yang Joanna dapatkan.
Aku akan bercerai. Aku bisa mengurus Luna sendiri. Aku bisa mengatasi masalah ini sendiri!
Joanna mulai mengemasi barang. Karena Jeffrey sudah tahu tentang hutang yang dipunya. Hutang yang kurang empat tahunan lagi lunas.
Di rumah sakit, Jeffrey ditemani Janet sendiri. Karena Luna jelas tidak diizinkan melihat keadaannya yang seperti ini. Sehingga dia dan Celine berada di rumah Jessica bersama tetangga yang dititipi.
"Aku mau pulang sekarang. Aku sudah tidak kenapa-kenapa."
Ucap Jeffrey saat cairan infus habis. Dia juga menarik jarum infus sendiri. Membuat Janet sedikit bergidik ngeri.
"Aku tahu kamu sudah ingin bertemu istrimu, tapi paling tidak tunggu Mama dulu. Dia sedang dalam perjalanan dari rumahmu!"
Jeffrey menggeleng saja. Sebab dia enggan mendapat ceramah sekarang. Dan juga, dia merasa jika masalah ini harus diselesaikan segera. Karena dia masih belum tahu hutang istrinya yang kini tersisa 350 juta include bunga selama empat tahun ke depan untuk apa.
"Aku titip Luna, Kak!"
Jeffrey langsung pergi begitu saja. Dia menahan rasa sakit di seluruh badan. Sehingga dia hanya bisa jalan perlahan.
Jeffrey naik taksi menuju apartemennya, karena tadi dia diantar Janet menggunakan mobil si kakak. Sehingga kini dia harus pulang sendiri juga. Sebab Janet masih harus mengurus biaya administrasi di dalam.
Semoga dia sudah pulang.
Batin Jeffrey selama perjalanan. Sebab dia ingin meminta penjelasan. Untuk apa hutang sebanyak itu tentu saja.
Jeffrey khawatir pada Joanna. Khawatir jika wanita itu juga mendapat perlakuan yang sama seperti dirinya. Sebab sebagai suami dia jelas memiliki rasa ingin melindungi juga.
Tentang ajakan berpisah yang sebelumnya, sebenarnya Jeffrey hanya asal bicara saja. Dia tidak serius dengan ucapannya. Karena merasa jika wanita itu sudah keterlaluan.
Jeffrey mencintai Joanna. Sejak dulu hingga sekarang. Tidak ada yang berubah.
Hanya saja, sikapnya yang agak temperamental membuat Jeffrey terkadang tersulut juga. Sehingga keluar perkataan yang tidak seharusnya diucapkan.
Ceklek...
Tidak lama kemudian Jeffrey tiba di unitnya. Namun saat masuk kamar, dia terkejut saat melihat Joanna yang sedang berkemas. Total ada tiga koper dan dua kardus besar.
"APA YANG KAMU LAKUKAN!?"
Joanna yang memunggungi pintu sedikit terperanjat. Dia yang sebelumnya duduk menata pakaian di dalam kardus mulai membalikkan badan. Menatap Jeffrey yang kini dalam keadaan berantakan. Sama seperti dirinya.
Mereka tidak mengatakan apa-apa saat saling tatap. Mereka membeku sejenak. Hati mereka terasa tercabik saat menatap luka-luka yang dilihat.
Karena Joanna jelas tahu jika hal ini terjadi karena dirinya. Sedangkan Jeffrey merasa gagal melindungi istrinya. Dari orang-orang sebelumnya. Sebab dia tidak tahu jika ibunya yang berlaku demikian.
"Kenapa hutang pada mereka? Untuk apa uangnya?"
Tanya Jeffrey dengan nada suara rendah. Dia tentu merasa iba saat melihat wajah istrinya yang mendapat banyak luka. Bahkan rambutnya juga masih berantakan karena bekas jambakan.
"Untuk membayar uang 500 juta yang pernah aku hilangkan."
Ucap Joanna sembari memalingkan wajah. Dia lanjut mengemas pakaian. Sebab merasa jika pernikahan ini sudah tidak lagi bisa diselamatkan. Mengingat mereka sudah sama-sama hancur sekarang.
10 comments for next chapter.
Tbc...