It's so Him

7 0 0
                                    

Putra kembali ke ruangan nya dan melihat keberadaan Mira yang sudah ada di sana, "Lah kenapa belum pergi? bukannya mau ke Bali?" tanya putra sambil mendudukan diri di kursinya, "Gajadi, dianya ada kerjaan jadi langsung pulang lagi ke Singapore" sahut mira, "Terus kenapa kamu masih di sini?" "Gapapa, aku pengen nyobain liburan di rumah yang kamu bangun sendiri" jawab mira lurus, "ohh, eh maksudnya di rumah gue!?" tanya putra kaget, "iya" "engga engga, kamu cari hotel aja di tempat lain, rumah gue bukan penginapan" putra menolaknya karena mereka mungkin nantinya hanya akan berduaan dan tidak menginginkan hal lain terjadi, "terserah, pokonya gue mau ke sana" jawab mira tegas, "lah sok aja kalo tau" mira hanya diam dan tidak menjawabnya, putra lalu membuka laptop nya dan memesankan hotel untuk mira tempati, walaupun tidak tahu mira akan sampai kapan ada di Indonesia, putra reservasi hotel selama satu minggu untuk Mira. Selesai dengan hal tersebut putra teringat dengan perkataan Clarissa sebelumnya tentang Iren, satu sisi ia merasa bersalah, tapi di sisi lain ia merasa itu bukan tanggung jawab nya untuk memikirkan perasaan orang lain yang bukan lagi tanggung jawab dirinya, "Woi, jawab" teriak Mira memecahkan lamunan Putra, "apa?" tanya putra meliriknya, "Ini apaan maksudnya ngirim email reservasi hotel? lu bener-bener ya ngebiarin gue sendirian di kota ini" kesal mira, "Asisten lu kemana emang?" tanya putra, "Gue kasih cuti lah", "Tarik, suruh dia nemenin kamu" jawab putra agar ada yang menemani Mira, "Enak aja, itu pegawai gue, lu yang atur", "Lah, elu seenaknya main pengen tidur di rumah gue, elu yang ngatur" putra membalikan ucapannya, Mira karena kesal lalu membawa tas tangan nya dan pergi keluar dari ruangan putra, waktu sudah menunjukan pukul 3 sore dan putra akhirnya menghampiri Vika untuk mengikuti dirinya ke ruangan macan untuk mulai meeting mengenai pembagian jobdesk untuknya.

*

Sekitar pukul 20:44 mereka berdua baru selesai meeting dan keluar dari ruangan, sambil berbincang sedikit putra menunggu Vika di depan ruangan nya untuk turun ke bawah bersama melihat keadaan kantor yang sudah sepi hanya tersisa security dan malik yang memang bisa pulang setelah semua orang kantor pulang kecuali jika ada yang sedang lembur. "Jadi begitu vik, aku harap kamu bisa beradaptasi dan segera inline sama project yang masih jalan sekarang" sahut putra ketika mereka sudah berada di dalam lift untuk turun, "Baik pak, saya duluan" salam Vika ketika lift sudah sampai di Lantai Dasar karena Pak Esor sudah menunggunya di Lobby, putra lalu melanjutkan menuruni lift menuju Basement tempat mobilnya terparkir. "Heh, ngapain?" tanya putra ketika melihat mira berada di sisi mobilnya sedang menduduki koper yang ia bawa, "Nungguin, ayo buruan, aku udah cape", "Kemana?" tanya putra sebelum membuka kunci mobilnya, "KE TEMPAT KAMU PUTRA! AKU UDAH BILANG AKU TAKUT KALO SENDIRI DI SINI!" teriak Mira sambil tak kuasa menahan tangisnya karena kesal, Putra hanya menatapnya lalu mengangkat kopernya ke dalam bagasi mobilnya, Mira lalu masuk ke dalam mobil disusul oleh Putra, selama dalam perjalanan tadinya putra berniat mengantarkan Mira ke hotel yang sudah ia pesankan, tapi melihat daritadi tangis Mira belum berhenti putra akhirnya mengurungkan niatnya dan membawanya ke rumah nya sesuai permintaan Mira.

*

"Mir, sorry ya, bukan maksud gue larang kamu ke sini, tapi di sini lagi gaada siapa-siapa, cuman gue doang, asisten rumah gue lagi cuti juga, terus nanti pasangan lu gimana kalo tau kita di sini berduaan" sahut putra ketika mereka sudah mendekati rumah, Mira hanya diam dan tidak menjawabnya. Sesampainya di halaman putra lalu keluar dan mengeluarkan koper Mira, tanpa berbicara Mira langsung menggeretnya dan berjalan naik ke pintu depan, besit putra tadinya berniat untuk menjahili Mira karena ia bisa masuk melalui basement, tetapi lagi-lagi ia mengurungkan niatnya mengingat Mira sudah menunggunya sedari sore di basement kantornya, Mira mengikuti putra masuk setelah ia membuka pintu, ia lalu melihat ke sekelilig design interior rumah putra dan sedikit terkagum dengan design yang sangat jarang ia lihat selama ini, tapi menurutnya design interior rumah ini sangat cocok dengan kepribadian putra yang arrogan, angkuh, tetapi tidak suka menunjukan kemewahan berlebihan selain dalam Mobil, karena terlihat juga di salah satu sisi tembok rumah ini ada bagian wing depan asli dari mobil F1 dari team Scuderia Ferarri yang menjadi team kesukaan nya sedari kecil. "Kalo kamu mager bisa tidur di kamar tamu yang di bawah, kalo kamu pengen yang lebih enak bisa tidur di kamar tamu yang di atas" sahut putra, "Bedanya apa?" tanya mira penasaran sambil mendudukan diri di sofa tengah, "Yang atas aku bikin untuk ditempatin kalian berempat kalo ada yang kesini" jawab putra, "Tuh kan kamu sendiri udah siapin tapi aku kesini gaboleh" jawab mira yang sudah agak sedikit menurunkan kesal nya mendengar putra masih memikirkan mereka berempat, tapi putra hanya diam saja beberapa saat lalu berkata "yaudah kamar yang di atas ada di sebelah kiri, kalo ada apa-apa kamar gua gak di kunci" sahut putra lalu berjalan duluan ke atas karena merasa dirinya sudah sangat lelah hari ini. Sesampainya Mira di kamar yang ada di lantai dua, Mira tersenyum karena kamar tersebut dibuat sangat mirip seperti kamar dari Penthouse yang mereka berempat tempati, lengkap dengan foto mereka berempat di depan kampus Mira pada saat kelulusan mereka yang bersamaan, ia juga lalu segera membuka koper nya dan membersihkan diri sebelum tidur.

**

"Ratu Tidur baru bangun" sahut putra yang sedang sarapan di meja makan ketika mira turun ketika baru bangun dari tidurnya, putra terlihat sudah rapih menggunakan setelan kemejanya lengkap dengan jas yang dia taruh di kursi makan di dekatnya, "Rapih banget masih pagi, mau kemana lu?" tanya Mira sambil membuka kulkas, ia sedikit tersenyum ketika melihat banyak kotak jus cranberry di dalam kulkas tersebut, karena ia tahu jus tersebut milik siapa karena hanya ada satu orang di antara mereka berempat yang suka jus tersebut yang mungkin sebelumnya tinggal di sini, "Ke kantor bentar, abis itu ketemu temen, lu gapapa di sini sendiri kan?" jawab putra, "Pulang jam berapa?" "Gatau, mungkin malem", "Boleh pinjem mobil ngga?" tanya mira karena berencana menghabiskan waktu untuk ke mall dan takut jika menggunakan taxi online sendirian, "Pake aja, kuncinya semua ada di lemari bawah deket pintu" jawab putra mengiyakan permintaan Mira, "Ih tapi aku mau pake yang kemarin kamu pake aja" pinta Mira,
"G-Wagon?", Mira mengangguk, "Nih" sahut putra sambil memberikan kunci yang ada di saku celana nya karena tadinya ia juga akan menggunakan mobil itu lagi karena malas untuk mengeluarkan mobil yang ada di basement, tapi pikirnya yasudahlah, mobil itu juga lebih aman bagi Mira, setidaknya jika hal yang tidak di inginkan terjadi, mengingat keahlian menyetir mobil Mira sedikit serampangan, itu lebih aman bagi Mira dari segi keamanan dan keselamatan, "Yaudah, gue cabut duluan ya, tuh udah gue bikinin sarapan, susu oatmeal nya ada di kulkas" putra berkata sambil membawa jas nya dan berjalan turun menuju basement, Mira tersenyum diam-diam karena Putra juga masih ingat bahwa Mira hanya bisa minum susu Non-Dairy.

********

"Pagi Pak" sapa Vika ketika berpapasan dengan putra di Lobby kantor, "Pagi, kemana Vik?" tanya putra melihat Vika yang masih menggunakan jaket seperti ingin berjalan keluar kantor, "Ke supermarket sebrang pak, beli buah-buahan sama vitamin buat anak kantor" jawab Vika, "Oh oke, nitip rokok dong, uangnya aku transfer ya", "Oke pak", putra lalu berjalan masuk ke ruangan nya dan mulai bekerja mengingat masih ada beberapa MoU yang belum selesai ia baca karena kali ini Dean tidak bekerja dengan dirinya jadi ia harus membacanya sendiri. Seseorang mengetuk kaca jendela ruangan nya, ternyata itu adalah Malik dan Putra mempersilahkan ia untuk masuk dan duduk di kursi yang ada di depan nya, "Kenapa lik?" tanya Putra kepada malik karena pasti ada sesuatu yang ini ia sampaikan mengingat ia belum meminta malik membuatkan kopi atau membawakan apapun, "Maaf pak, saya mau bertanya, ini izin saya gimana ya?" tanya malik canggung karena selama ini ia tidak pernah meminta izin selain cuti, "Izin apa lik?" putra menatapnya heran, "Itu, izin saya liburan ke Raja Ampat, kan kemarin saya menang pak" jawab Malik, Putra lalu tertawa karena lupa akan hal tersebut, "Yaudah lik, itu minggu depan kan ya, tolong cariin dulu yang bisa gantiin kamu, kalo udah ada gak usah potong cuti, itu bonus dari saya" sahut Putra, "Nganu pak, nanti saya dari sini sampai ke Raja Ampat nya gimana ya? saya belum ngerti" tanya malik, "Nanti saya kasih guide, dari sini sampai Bandara kamu di guide sama Pak Esor, dia udah biasa handle sampe bandara, Sampe Manokwari kamu nanti langsung dijemput sama guide dari sana, jadi gak usah pusing tinggal duduk manis dan liburan aja" putra tersenyum, "Nggeh, nuhun pak" Malik bergegas berdiri dan menundukan badan nya untuk berterima kasih, Putra lalu bergegas berdiri dan merangkul malik untuk mengantarnya keluar ruangan karena merasa malik tidak perlu sampai menunduk jika tidak diperlukan.

**

"Vik, rokok saya mana?" tanya Putra ketika tiba-tiba memasuki ruangan Vika yang sedang bekerja, "Eh rokok? ah, duh, pak saya lupa" Vika menepok jidatnya dan berdiri untuk segera ke supermarket lagi untuk membeli titipan putra, "Loh, kok lupa? itu padahal permintaan pertama saya loh" Putra langsung melototi Vika, "Maaf pak maaf, saya kesana lagi sekarang" Vika yang gugup dengan segera membuka tas nya dan mencari dompet nya sambil berjalan keluar ruanganya tanpa melihat putra yang masih berdiri di pintu ruangan hingga Vika akhirnya menabraknya, Vika yang semakin kaget mencoba melirik ke arah wajah Putra, ia masih merasa panik dan sedikit takut karena tatapan putra masih terlihat kesal dan melototi dirinya, Vika lantas mencoba menggeser dirinya mencoba untuk melewati putra, "Kemana?" tanya putra sambil ikut menggeserkan badan nya untuk menghalangi jalan Vika, "Ke bawah pak, beli yang bapak titip tadi" Vika menjawab sambil gemetar karena kali ini merasa sangat terintimidasi menyadari bahwa dirinya saat ini sangat berdekatan dengan Putra dan ternyata tubuh terutama bahu putra lebih besar dan lebar dari yang sebelumnya ia hanya melihatnya tapi tidak dari sedekat ini, "Duduk" pinta putra kepada Vika untuk duduk kembali ke kursinya sambil menunjuk, Vika dengan gemetar kembali duduk ke kursinya, tak sadar diikuti oleh putra yang sudah menutup pintu ruanganya.

THE LAST DANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang