The Prize

4 0 0
                                    

Putra berjalan turun sambil membuka dokumen yang dean berikan, ia lalu duduk di sofa dan melihat ternyata isinya adalah foto, dari hasil yang putra minta sebelumnya, di dalam foto tersebut terlihat Nabilla yang sedang bersama seorang pria di salah satu restoran dan dilanjutkan masuk ke salah satu hotel, lalu juga ada foto Nabilla yang sedang berjalan di bandara swiss dan terlihat memeluk seorang pria berwajah oriental tersebut. Tak perlu waktu lama, karena memang putra sudah memperhatikan gerak geriknya sedari lama, putra langsung cut off nabilla dan memutus semua hubungan mereka juga hubungan kerja perusahaan nya dengan perusahaan nabilla, terkecuali perusahaan yang masih di pegang oleh ayah nabilla, dean segera bergegas ke kantor dan membuat surat referendum pemutusan kontrak kerjasama, semua ini ia lakukan di hari terakhir ia bekerja bersama putra, tuntas sudah tugas dean bersama putra dibayar lunas.

********

Putra memutuskan untuk pergi lebih siang karena mencoba memahami apa yang terjadi kepada dirinya akhir-akhir ini, setelah mengetahui kabar iren akan menikah, kali ini nabilla juga menghianatinya, tapi putra tidak ingin menyalahkan mereka, karena putra sadar pasti ada kesalahan dari dirinya atau masih ada kekurangan dari dirinya. Putra lalu beranjak ke kamar mandi dan menyalakan shower air hangat, selama merenung di bawah guyuran air, entah mengapa dirinya tidak merasakan apapun, ia lebih kecewa pada dirinya sendiri saat ini, hatinya meminta istirahat sejenak dengan kejadian ini, tapi pikiran nya meminta putra untuk terus bergerak, karena seseorang harus berada di luar sana menyelesaikan tugas dan impian nya. Selesai mandi ia terpikirkan untuk mencoba menyalurkan emosinya dengan kecepatan mobil atau menginjak pedal gas sedalam dalamnya, ia lalu memilih menggunakan mobil GT3 RS miliknya yang dirasa masih aman untuk di gas di jalan raya. Tapi ternyata keadaan berkata lain, ketika sampai di daerah dago, jalanan sangat macet, ia sempat memukul setirnya karena kesal, tak bisa putar arah, ia akhirnya menarik nafas dan menikmati kemacetan, matanya melirik ke arah sebrang jalan dan melihat penjual bubur dekat warung kopi, akhirnya di putaran jalan ia memutar balik dan berhenti untuk memenuhi ego nya yang ingin mengaduk-ngaduk bubur, karena ego sebelumnya di mobil belum tersalurkan.

**

"Alus mang euy" sahut penjaga warung kopi yang sedari tadi memperhatikan putra, "Percuma ari jalan na kieu mah, mang" jawab putra sambil mengaduk bubur nya, "Nya kadang da hirup mah teu tuluy sasuai kahayang mang" jawab penjaga warung tersebut yang memberi tahu bahwa hidup tidak selalu sesuai keinginan, putra yang mendengarnya tersenyum dan tersadar atas apa yang baru saja terjadi dalam hidupnya juga, ia lalu melanjutkan berbicara dengan penjaga warung tersebut hingga selesai makan dan memesan kopi untuk melanjutkan pembicaraan, ketika ia baru saja ingin menyeruput kopinya, ia tersontak kaget karena matanya melihat iren yang berjalan kearah dirinya, putra kaget karena selama ini dirinya tidak kembali menghubungi iren setelah terakhir memberikan hadiah, tapi perhatian nya juga langsung teralihkan karena merasakan panas kopi yang tumpah ke tubuhnya, ia mengambil tissue yang diberikan penjaga warung untuk mengeringkan, tapi tiba-tiba direbut oleh iren, ia lalu memberikan kain sapu tangan baru untuk mengeringkan bajunya, iren berkata jika menggunakan tissue akan merusak bajunya, karena baju yang putra kenakan berbahan silk, putra awalnya tak menghiraukan hal tersebut, dan bertanya kabar iren, tapi jawaban nya sepertinya berasal dari kemarahan iren, ia akhirnya bertanya darimana iren tau bahwa baju ini berbahan silk, "Ya taulah, itu aku yang beliin dulu" jawab iren, putra yang akhirnya menyadari hal tersebut juga malu dan diam, ketika bubur pesanan iren datang, putra tahu ini akan jadi panjang, akhirnya ia memberi kode ke penjaga warung untuk memesan lagi kopi yang sama, "Jangan kaya anak kecil, ada sesuatu yang perlu kamu jelasin" sahut iren sambil mulai memakan bubur nya.

Putra menyalakan sebatang rokok dan meminum kopi yang baru dibuatkan lagi, ia melihat ke sekeliling jalan dan mencoba memikirkan dari mana dirinya harus mulai berbicara atas apa yang ia akukan sebelumnya, "Fyuhh" suara hembusan berat rokok putra menandakan putra sedang berpikir keras dan hati-hati, iren hanya duduk dan memakan bubur nya sambil menunggu jawaban putra, "Sebener..." baru saja putra akan buka suara, iren tiba-tiba memotongnya, "Bentar, kayaknya jangan di sini deh, di dalem sana aja" potong iren sambil berdiri dan menunjuk ke dalam mobilnya, putra mengiyakan hal tersebut, iren berjalan membawa mangkok bubur nya, entah di sengaja atau tidak, iren meninggalkan tas nya seraya berjalan menuju mobilnya yang terparkir juga di sisi jalan, supir iren segera membuka kan pintu untuk iren, putra lantas reflek membawakan tas iren dan berjalan mengikuti, supir iren juga menunggunya di depan pintu mobil dan sempat menyapa putra sebelum menutupnya dan menunggu di luar sambil menikmati bubur yang ia pesan. Di dalam mobil iren terlihat menaikan kedua kakinya dan mengarahkanya ke satu sisi lalu menyimpan makanan nya di antara kaki dan perutnya, posisi kebiasaan iren ketika makan di dalam mobil, yang putra masih hafal. Di dalam mobil iren hanya diam sambil terus memakan buburnya, menunggu putra untuk kembali berbicara, "This is me listening" sahut iren meminta putra berbicara, putra menyerangah tersenyum karena itu adalah kata-kata dirinya ketika sedang marah atau sedang berdebat yang sering dikeluarkanya ketika masih bersama iren dahulu.

"Kamu udah mau nikah kenapa masih nanyain ini?" tanya putra memulai obrolan mereka, "Engga, sebelumnya, tadi di luar kamu ngomong apa" jawab iren penasaran dengan apa yang akan dikatakan putra sebelumnya, "Engga, bentar, kamu mau nikah kan? kenapa masih pentingin ini?" putra menegaskan pertanyaan nya, "Bisa gak, jawab aja kalo aku minta" jawab iren kesal, "Engga, buat apa?" sahut putra, "Bener-bener ya, belum berubah ternyata" iren berkata perlaham sambil menyimpan mangkuk bubur nya karena selera makan nya sudah hilang, "What are you expect, ren?" lanjut tanya putra, iren hanya diam dan mengeluarkan air matanya, "Really, apa yang kamu mau sekarang? kamu sudah mau menikah bukan? buat apa kamu masih menanyakan hal yang ngga perlu?" lanjut putra, "Aku gamau ganggu hubungan kamu, aku gamau ganggu pilihan kamu, sudah cukup, jalanin hidup kita masing-masing" sahut putra sambil beranjak dan meraih pintu mobil untuk keluar, "Putra...." ucap iren perlahan, putra lalu menahan dirinya untuk mencoba mendengarkan, "Aku harus nunggu sampai kapan....aku harus apalagi biar kamu sadar selama ini aku selalu nunggu kamu..." ucap iren sambil menangis, putra hanya diam tanpa menatapnya, "Aku bingung, putra, aku bingung, aku gabisa lupain kamu gitu aja, atas semua yang kamu lakuin ke aku, aku masih sayang sama kam...", "Diem." sahut putra memotong perkataan iren, mereka berdua diam beberapa saat, "udah, cukup, kamu udah mau nikah, kamu sudah memantapkan pilihan kamu, aku tidak mau ganggu hal tersebut" sahut putra sambil membuka pintu, "seharusnya aku kasih tau kamu kalo nabilla main di belakang kamu" lanjut iren mencoba memberi tahu putra hal yang sebenernya sudah beberapa lama ini ia tahu dan menggangu pikiran nya, putra yang sudah turun membalikan badan nya, "aku udah tau" jawab putra sambil menutup pintu mobil iren dan pergi meninggalkanya.

********

Selama sesi makan di acara townhall, dean mulai membuka semua jawaban dari peserta yang memberikan kertas jawaban, "si anjing apa-apaan kuis nya bangsat" sahut putra menghampirinya dan tersenyum, putra juga penasaran dengan jawaban mereka, Vika juga ikut membantu dean membuka jawaban nya, "Inimah bener semua dong jawaban nya" ucap Vika ketika melihat nama lengkap iren di akhir jawaban karena mayoritas menjawab yang sama,"Engga, gaada yang bener malah" jawab putra sambil tersenyum dan meminum whisky yang ada di gelas nya, "Ada, ini" jawab dean sambil menunjukan kertas jawaban dari office boy kantornya. Akhirnya selesai sesi makan, beberapa peserta ada yang masih terduduk dan ada yang berdiri di dekat meja bar menikmati minuman yang disediakan, dean mulai mengumumkan pemenang dari doorprize malam ini, dean memberi tahu bahwa ternyata hanya ada satu pemenang mutlak, dan hanya satu-satunya yang menjawab benar, tapi dean tidak akan menyebutkan jawaban nya di depan panggung, "Baik, semua mantan team ku yang kurang ajar dan manja" semua tertawa mendengar celetukan dean tersebut, "Pemenang dari doorprize malam ini, juga dengan tambahan bonus liburan exclusive ke Raja Ampat, karena pak bos gajadi liburan, jadinya katanya sekalian aja buat hadiah liburan pasangan untuk 2 orang" ruangan makin ramai penasaran siapa pemenangnya, karena mayoritas mereka menjawab jawaban yang sama, juga membayangkan liburan seperti apa yang dipesan putra yang rencananya untuk dirinya, tapi akhirnya diberikan secara cuma-cuma, "Pemenang nya adalah....Malik" sontak seisi ruangan ramai memberikan sorak tepuk tangan dan selamat kepada malik, orang yang paling aktif dan peduli di kantor kepada semua orang, mereka tidak menyangka, juga penasaran dengan apa jawaban malik, tapi fokus mereka saat ini adalah malik yang sedang berjalan ke depan menerima hadiah tersebut dengan ekspresi tidak mengira bahwa ia adalah pemenang nya. Pemberian hadiah tersebut juga menutup acara utama townhall malam ini, dilanjut dengan after party di tempat yang berbeda. Beberapa karyawan yang sudah menikah dan "Sayang Istri" memutuskan untuk pulang, karena putra juga tidak mewajibkan mereka semua untuk ikut, dan beberapa karyawan lainya dengan semangat beralih ke Zouk untuk afterparty perayaan kedatangan "Navigator" baru, juga perpisahan dengan Dean.

THE LAST DANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang