04. Muslimah
Koridor kelas terlihat ramai, dipenuhi mahasiswa/i yang sedang belajar bersama atau hanya sekedar mengobrol santai sambil menunggu dosen masuk. Sesekali Adira mengecek jam tangannya, dia sedang menunggu dua sahabatnya yang belum kunjung datang. Hari ini dia sudah mendapat izin untuk kembali kuliah, tapi selama minggu ini dia harus di antar jemput oleh baba.
"Adira!"
Gadis bernama Adira tentu saja menoleh ke asal suara, Adesya gadis yang memanggilnya berlari mendekat. "Jalan kan bisa," ujar Adira.
"Hehehe," tawa Adesya. "Assalamulaikum bestie. Lo udah bener sehatkan? Tadi berangkat sendiri? Mana mungkin sendiri, pas di antar kan?"
"Wa'alaikumussalam," jawab Adira. "Kalo tanya bisa satu-satu?"
Adesya meringis, "Kan gue panik, Ra."
Adira mengangguk paham, "Iya tau kok. Alhamdulillah, udah sehat. Perut juga dah enggak sakit lagi. Berangkat ya di antar, selama seminggu ini bakal di antar jemput Baba."
"Lo gak takut di antar jemput Om Zai?"
"Takut apa?" Bingungnya, Adira merasa lebih aman jika di antar jemput baba atau adiknya.
Adesya menepuk keningnya, "Temen gue," gemasnya.
"Kenapa sih?" tanya Adira yang bingung.
"Maksud Esya itu, lo gak takut kalo Om Zai banyak yang naksir? Secara Om Zai itu awet muda dan gue akui masih ganteng kayak pas muda," jelas Syafa yang baru datang. "Maaf lupa salam. Assalamualaikum," ucapnya.
"Wa'alaikumussalam," jawab Adesya dan Adira.
Adira yang sudah paham dengan maksud Adesya hanya mengangguk pelan. Lalu dia merangkul dua sahabatnya untuk masuk ke kelas campuran hari ini, setiap pekan ada satu kelas yang berisi gabungan dari dua sampai tiga kelas dengan program studi yang sama. "Kalian gak usah khawatir, Baba itu bucin poll sama Umma. Mana berani selingkuh, perjuangan Baba dapatin Umma juga gak mulus. Insyaallah, Baba itu suami terbaik Umma dan Baba terbaik buat aku sama Aldo," jelas Adira dengan senyum manisnya.
Tanpa gadis itu sadari, ada seorang laki-laki yang langsung menundukkan pandangannya ketika tidak sengaja melihat senyum manis tersebut.
****
Suara getaran ponsel menyadarkan Adira dari kesibukan membacanya, ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel Adira segera berpamitan pada dua sahabatnya. "Aku duluan ya, Baba udah jemput"
"Iya, fii amanillah," jawab Syafa.
“Ma’assalamah, assalamualaikum," salam Adira.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah," jawab keduanya.
Adira segera mengembalikan buku yang tadi dia baca, lalu mengambil tas yang dia simpan di loker. Dengan terburu-buru Adira segera turun menggunakan tangga, karena lift sedang perbaikan.
Bruk... Adira terjatuh, dia tidak berhati-hati membuatnya menabrak orang lain. "Adira?"
Adira mendongak melihat siapa yang memanggilnya, netranya melebar karena terkejut. "Dia lagi?" batinnya.
Dylan mengulurkan tangan berniat membantu gadis itu, tapi gadis itu menolak dengan berdiri sendiri. "Terima kasih," ucap Adira.
Dylan mengangguk dengan menatap tangannya yang kembali hampa. "Gue mau tanya," ucap Dylan menghentikan Adira yang akan kembali pergi.
Adira mundur selangkah, "Tanya apa Kak?"
"Kenapa kalian gak mau menjabat tangan kami laki-laki? Sedangkan cewek lain oke-oke aja salaman bahkan pelukan."
![](https://img.wattpad.com/cover/368138391-288-k536650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan✓
ДуховныеNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...